🦋 Butterfly" Bang iya dong yaa, sekalii aja ini bang.. Saya bayar lebih deh yaa? " Setia membujuk sejak 20 menit yang lalu.
Sesuai perkataan bu Chyntya semalam, jika tidak ada satupun wali yang datang ke sekolah maka Reyna akan di scors selama satu minggu. Karena itulah kini ia sedang membujuk abang ojol yang mengantarnya pagi ini ke sekolah.
" Gak bisa atuh neng, ini saya mau lanjut kerja lagi nyari pelanggan. Udah neng masuk aja ya, bapak mau berangkat ini " Tolakan kesekian kalinya dari abang ojol.
" Bapak, tolong saya dong.. Kalau gak ada walinya saya bakalan di skors. Bapak tega ngelihat saya gak bisa ikut belajar sama temen temen saya satu minggu? Nanti saya gak ngerti pelajaran, nilai saya turun, terus saya tinggal kelas gimana pak? Tolong saya ya pak. Nolong anak sekolahan pagi pagi berkahnya berlipat loh pak " Bak lagu perjuangan, tak gentar tak gentar. Itulah Reyna sekarang, demi memperjuangkan satu minggu tetap sekolah ia rela mempertaruhkan kebaikan abang ojol untuk berbohong dengan bu Chyntya.
" Yaudah deh neng. Ayo kalau begitu " Akhirnya setelah sekian purnama, luruh juga pertahanan bapak ojol ini. Terimakasih bapak ojol dan maaf dosa bapak harus bertambah sesuai elakan jawaban buk Chyntya.
Pagi ini sama seperti biasanya, suasananya. Namun yang sedikit berbeda adalah Reyna yang tidak berangkat dengan motor scoopy kesayangannya karena tangan kanannya bengkak dan kaki kirinya sakit. Ditambah dengan luka disiku dan lututnya juga memar disekitar tubuhnya. Ya walaupun setelah menggunakan seragam sekolah semua itu tersamarkan cukup dengan akting baik baik saja oleh Reyna.
" Permisi bu Chyntya " Sumringah khas gadis cantik itu sengaja ia tunjukkan pada guru cantik nan muda dihadapannya.
" Iya masuk "
" Bu, wali saya " Ucap Reyna hati hati kala memberitahukan walinya itu.
Alih alih mempersilahkan duduk, bapak ojol malah dipersilahkan untuk melanjutkan pekerjaannya.
" Loh bu, wali saya bu " Reyna kembali berucap kala melihat bapak ojol kian menjauh dari ruang konseling itu
Tatapan nanar diberikan guru tersebut pada muridnya. Layaknya muak dan jengah menjadi satu kini tertumpuk di atas kepala guru bk itu
" Ibu minta kamu bawa wali sungguhan Reyna. Ayah atau ibu kamu, bukan malah orang lain seperti ini! " Marah nya guru cantik itu ternyata menyeramkan juga.
" Tapi bu-"
" Kamu di scors seminggu. Ibu udah tau kamu gak bakalan bawa wali kamu, makanya ibu langsung siapkan surat scors kamu. Apa susahnya sih ngasih surat panggilan itu untuk orang tua kamu, kamu takut kena marah? Makanya jangan berbuat kalau takut kena marah. Sudah sana kamu pulang, rabu depan baru kamu masuk lagi " Andai beliau tau yang sesungguhnya. Apa masih akan diminta seorang wali dari Reyna untuk datang?
Scors ya scros. Mau bagaimana lagi, Reyna harus kembali kerumah pagi ini. Sebenarnya ada untungnya juga ia di scors, karena badannya benar benar masih sakit bahkan lukanya pun sebenarnya belum ia obati sama sekali dari tadi malam. Mood nya sudah keburu hancur oleh kakak tirinya.
" Kenapa kau selalu pulang larut " Sapa Reyhan, kakak tiri pertama Reyna. Sebenarnya dari pada sapaan lebih kepada interogasi tahap awal sih kalau begini
" Apa urusanmu " Benar sekali, ia tak perlu tau apa dan mengapa tentang Reyna bukan. Karena memang pada dasarnya dan memang sudah dari dulu kakak tirinya itu sama sekali tak pernah perduli padanya. Malah ia hanya akan tambah menyulutkan api ketika Reyna tengah dalam masalah
" Kau ini. Apa kau tak tau sopan santun? Aku lebih tua dari mu. " Mungkin hati nurani lebih dibutuhkan dari pada sopan santun, Reyhan.
" Sopan santun? Aku tak tau, tak ada yang mengajarkan ku tentang sopan santun dirumah. " Sebenarnya Reyna benar benar sangat ingin kembali ke kamarnya sekarang, seluruh tulang tulang nya terasa mau patah dan lepas dari tempatnya, belum lagi luka lukanya yang sekarang mulai terasa perih

KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Teen FictionReyna seorang remaja perempuan yang tak pernah mengenal kebaikan semesta. 17 Tahun ia hidup tak ada satupun rumah yang dapat ia singgahi. Kata orang, anak adalah anugerah terindah dari Tuhan dan hadiah paling menakjubkan dari semesta. Lalu kapan me...