23 November 2021.Seorang wanita berumur tanggung sedang menghubungi untuk yang kesekian kalinya wali dari anak murid dihadapannya saat ini.
Kesal dan jengah ia lempar dengan kasar telepon genggamnya di atas meja kemudian melipat kedua tangannya sambil bersandar pada sandaran kursi yang tengah ia duduki itu yang tentu saja tetap dengan raut kesal nya.
" Kan saya sudah bilang bu, gak guna nelpon ayah atau mama karena gak akan diangkat. Kalau pun di angkat mereka gak akan datang, malah ibu akan kena marah sama mereka. " Ucap gadis berusia 17 tahun itu dengan enteng
Keheningan menerpa ruangan konseling sekolah menengah atas Bina Bangsa untuk kesekian kalinya.
" Bu, udah mau jam pulang nih. Ibu hukum saya aja deh, saya capek bu mau istirahat. " Sekali lagi satu satunya murid diruangan itu kembali bersuara.Mungkin ia sudah sangat jengah karena 1 jam bukan waktu yang sebentar untuk hanya sekedar mendengar celotehan guru muda itu dan keheningan berkali kali.
Namun nihil. Guru muda bergelar S.Pd bidang bimbingan konseling itu hanya diam sambil menatap kedua manik hitam bening sang murid yang tengah menatap ke bawah
" Reyna " Panggil bu Chyntya selalu guru bk itu, tak ada sahutan yang terucap dari mulut Reyna. Hanya manik matanya kini menatap sang guru seolah bertanya mengapa
" Kenapa kamu terus terusan berusaha untuk bolos di jam pelajaran? " Sebenarnya hal itulah yang membuat mereka berdua terperangkap di ruangan ini sekarang. Reyna, murid itu selalu berusaha untuk bolos di hampir setiap jam pelajaran namun selalu saja ada yang memergokinya. Sepanjang semester 3 ini yang ia lakukan hanyalah mencoba untuk membolos. Ketika ketahuan ia akan dibawa ke ruang bk ini dan berakhir diceramahi atau diberi hukuman. Setiap kali guru muda itu memberikannya surat untuk orang tua tetap saja tak akan ada satu pun wali yang akan mendatangi sekolah itu atas nama Reyna. Bahkan nomor kedua orang tuanya pun tak ada yang dapat dihubungi.
" Saya bosan bu, jadi saya bolos aja. Tapi tak pernah berhasil juga saya bolos. " Jawaban umum dan jujur dari semua siswa siswi yang membolos. Alasannya memang selalu bosan bosan dan bosan. Jika bosan kenapa masih memilih untuk sekolah?
Tapi sepertinya wanita di hadapannya ini sekarang tengah spechless dengan alasan yang terlontar dari mulut gadis remaja itu. Bagaimana bisa seenteng itu ia mengatakan bosan dengan pelajaran?
Melepas kespechelessannya, ia menarik secarik kertas lalu mengisi lembaran kertas tersebut dan di tanda tangani kemudian melipatnya dan memberikannya kepada Reyna
Reyna melirik malas Surat tersebut yang bertajuk Surat panggilan orang tua
" Pastikan kali ini suratnya sampai ke orang tua kamu. Besok pastikan paling tidak salah satu dari mereka mendatangi ibu. Sekarang kamu kembali ke kelas kamu bel sebentar lagi berbunyi " Putus bu chyntya disusul dengan anggukan Reyna kemudian ia mengundurkan diri dari ruangan menyebalkan seantero sekolah itu.
" Untung aja kali ini gue lolos dari hukuman. Kalo bukan karena ketos sialan itu gue pasti sudah berhasil kabur. Cih bajingan sialan " Umpatan dari mulut manis Reyna keluar dengan sangat sopan dan santunnya
" Lain kali kalau mau ngomongin orang lihat dulu kiri kanan " Ucap Areksa tepat dihadapan Reyna.
" Anjing " Kejut Reyna tiba tiba
" Language Reyna "
" Sialan " Umpatan final Reyna membuat Areksa tertawa terbahak bahak.
" Gila "
" Sinting gak sih? "
" Auugh, enyah kau setan "
" Jika aku setan maka kau pasti mempunyai mata batin Reyna " Benar juga yang diucapkan lelaki di sampingnya ini tapi itu konyol. Bodoh memang tapi tetap ia tanggapi

KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Teen FictionReyna seorang remaja perempuan yang tak pernah mengenal kebaikan semesta. 17 Tahun ia hidup tak ada satupun rumah yang dapat ia singgahi. Kata orang, anak adalah anugerah terindah dari Tuhan dan hadiah paling menakjubkan dari semesta. Lalu kapan me...