How Can I Still Live?

3 1 1
                                    

                         🦋 Butterfly

Plak

Sebuah tamparan sangat keras Reyna dapati dari ayahnya.

Ya, Reyna pulang kerumah begitu juga dengan ayahnya. Ketika ia baru saja akan naik keatas, ayah meneriaki nama Reyna kemudian menyeret gadis itu menuju ruang tengah yang membuat seisi rumah keluar dari sangkarnya masing masing untuk melihat hal apa yang tengah panas dirumah nya itu

" Dasar anak tak tau diri, menjijikkan, tak tau diuntung. Kau memang tak sepantasnya hidup di dunia ini. Kau sekarang tak jauh beda dengan sampah "

Plak

Kembali tamparan Reyna rasakan, jika tadi di pipi kiri maka sekarang ia dapati di pipi kanannya. Tak cukup dengan menampar, ayah pun menjambak rambut Reyna sehingga gadis itu terpaksa mendongak menatap sang ayah

" Kau benar benar memalukan. Sampai kapan kau akan terus memalukan ku hah?! Banyak perempuan di dunia ini dan ku rasa kau adalah perempuan paling murahan yang pernah ku temui! Berapa harga mu hah? Sudah berapa kali kau melakukannya? Apa kau melakukannya dengan banyak laki laki? Sialan. Anak sialan memang kau tak pantas untuk hidup ! "

" Aaaah " Teriakan sang mama terkejut dengan apa yang tengah suaminya lakukan.

Tamparan, tendangan, pukulan berkali kali Reyna dapati dari sang ayah.

Merasa tak cukup puas, ayah menyeret Reyna ke dinding dan menghantam tubuh ringkih itu kemudian menarik paksa Reyna untuk berdiri dan mencekik anak nya itu.

" Aargh " Reyna yang merasa sesak karena cekikan sang ayah berkali kali memegang tangan ayahnya agar melepaskan Reyna

" Penyesalan terbesar ku adalah membiarkanmu hidup. Jadi kini biar aku yang membuat mu menghilang dari hidup ku " Kalap ayah yang sudah tak sadar dengan apa yang tengah ia lakukan

Satupun. Satupun orang dirumah itu tak ada yang berani mendekat. Sepertinya melihat adegan pembunuhan lebih baik dari pada mencegahnya.

Reyna sudah tersengal, nafasnya sudah terputus putus. Tak mampu memberontak lagi hingga kini membiarkan sang ayah melakukan sesukanya.

Hitam mulai tampak jelas di penglihatan Reyna, namun sosok seorang perempuan cantik nan anggun tiba tiba muncul dan tanpa sadar Reyna memanggil wanita tersebut

" Buna " Panggil Reyna dengan tersengal. Bahkan nyaris tanpa suara. Hanya gerak bibirnya yang dapat terlihat dan terbaca cukup jelas oleh Arsyan

" Hahh " Sadar Arsyan kemudian melepaskan tangannya dari Reyna

Reyna yang di lepas pun langsung terjatuh dan terbatuk. Meraup oksigen dengan rakus mencoba menetralkan nafasnya yang sudah hampir berada di ujung tanduk

" Arsyan gila " Umpat Amanda melihat kekacauan Reyna saat ini

Bi Dyan mendekat kearah Reyna kemudian memberikan air hangat pada gadis itu dan membopoh Reyna menuju kamar bi Dyan.

Setelah agak lama Reyna perlahan mulai membaik, namun ia sedari tadi hanya terdiam. Tatapannya kosong, ia tak lagi menangis, tak pula berteriak ataupun bergerak barang sesentipun dari tempat awalnya ia tiba di kamar bi Dyan.

" Non, saya obatin ya " Izin bi Dyan kemudian mulai mengompres lebam lebam dan juga luka luka pada tubuh Reyna. Terutama pada bagian wajah, dan kepalanya yang tadi sempat mengeluarkan cairan merah akibat benturan keras dari ayahnya tadi.

Sakit dan perih tak Reyna rasakan ketika bi Dyan mengobati nya. Mungkin karena sakit dan perih itu kini mendarah daging dengan hati dan perasaan Reyna.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang