2. How They Meet

125 23 4
                                    

--Flashback--

Lino pertama kali bertemu Yeji di waktu dia masih kelas 1 SMA. Kala itu ia menjadi pembantu anggota medis di salah satu perlombaan olahraga SMP. Yeji hanya bertindak sebagai penonton. Menyemangati rekan-rekannya yang sedang bertanding voli.

Saat itu salah satu pemain dari sekolah Yeji terkena pantulan bola voli dan jatuh pingsan. Mau tak mau regunya kekurangan orang. Dengan terpaksa gadis itulah yang menggantikan posisi kosongnya. Dimana pemain cadangan? Sepertinya sekolah Yeji memang tak mempersiapkanya. Pasalnya tak banyak siswi yang pandai bermain voli.

Yeji sendiri pun sepertinya tak terlalu pandai bermain voli. Tapi gadis itu tampil dengan percaya diri. Jarang bola yang berakhir mendarat di tangannya. Tapi gadis itulah yang terus menguatkan anggota timnya yang lain. Dia selalu memberikan kata-kata kata semangat yang bahkan dapat di dengar dari luar lapangan.

Lino sangat mengagumi gadis kecil itu. Di usianya yang masih muda, dia bisa menjadi sangat suportif dengan keadaan segenting itu.

Beruntung kejadian naas itu terjadi di poin-poin terahir set penentuan. Hingga Yeji tak perlu berlama-lama menjadi pemain pengganti.

Lino tak bisa melepaskan pandangan dari gadis yang ia tebak kira-kira dua tahun lebih muda darinya itu. Senyumnya yang begitu cerah benar-benar mengalihkan dunianya.

Mata gadis itu sangat indah. Sipit, kecil, tapi tajam. Tapi justru itu yan yg membuatnya berbeda dari gadis lain.

Lino melupakan tugasnya yang harus berkeliling. Dia meminta bertukar tempat dengan kawannya agar selalu berada di sekitar Yeji. Saat itu dia belum tau namanya. Dia tetap di sisi lapangan tempat Yeji berada. Harap-harap ada yang menyebut atau memanggil nama gadis itu.

"Yeji" suara panggilan membuat gadis yang sedari tadi ia amati menoleh. "Ada apa?" Sahut si gadis.

Ahh namanya Yeji. Indah.
Lino bernapas lega. Mengetahui namanya adalah modal terpenting baginya. Ia ingin sekali bisa mengenal gadis itu.

Namun semua yang terjadi tak semulus seperti jalan cerita yang Lino bayangkan. Hampir selama dua tahun dia menunggu kesempatan bertemu dengan Yeji lagi. Tapi hal itu tak pernah ia dapatkan.

Selepas pertandingan voli itu dia selalu menyempatkan diri untuk melewati sekolah Yeji setiap berangkat dan pulang sekolah. Pasalnya ia hanya tahu nama dan sekolah Yeji saja. Hanya itu informasi yang ia tahu tentang Yeji.

Selama dua tahun itu juga dia tak pernah sekalipun berpapasan ataupun melihat Yeji barang sekelebat. Tentunya Lino sangat penasaran kenapa hal itu bisa terjadi. Mengapa dari sekian banyaknya kejadian di hidupnya selama dua tahun itu, tak pernah satu kebetulan pun yang mendukung kisah cintanya itu.

Sampai satu hari penerimaan siswa baru. Lino yang notabene sudah berada di kelas 12 masih ikut membantu sebagai tenaga medis di acara penyambutan siswa baru. Saat itu masih awal tahun pembelajaran, jadi guru-guru pun tak begitu mempermasalahkan keikutsertaan siswa kelas 12 dalam kegiatan sekolah.
Mata Lino membesar saat melihat sosok yang sangat ia cari-cari keberadaan nya. "Hwang Yeji", itu nama yang tertulis pada name tag miliknya.
Jantung Lino berdetak kencang. Darahnya seakan mengalir dengan penuh semangat. Raut bahagia tak bisa disembunyikan dari wajahnya.

"Kenapa senyum-senyum lo?" Tanya Chan sambil menyenggol lengan Lino yang mematung dengan wajah tersenyum. Pasalnya kejadian sahabatnya tersenyum itu suatu fenomena langka.

"Chan lo inget dia?" Kata Lino sambil menunjuk gadis berkuncir kuda yang sedari tadi ia perhatikan.

"Enggak emang sapa sih tu?"

"Turnamen voli SMP"

"Buset, dia yang selama ini lo cari-cari itu?"

"Jangan keras-keras bego!
Nih, gue mau cabut aja. Gue gak mau dia tau gue kakak kelas" Kata Lino sambil melepaskan atribut medisnya dan memberikanya kepada Chan.

"Loh bukanya malah gampang deketin dia kalo dia tau lo kakak kelas?" Ucap Chan membuat kegiatan Lino terhenti.
Lino mengerenyit kan alisnya.

"Maksud lo?" Tanya Lino.

"Lo bisa gunain posisi lo sebagai kakel buat modusin dia. Kayak apalah gitu. Gue pernah liat temen kita yang gitu juga." Jelas Chan.

"Lah modus gimana?" Tanya Lino.

"Ya kayak tiba-tiba mau ngajarin ini, ngasih nasehat ini, atau sekalian jailin aja" ucap Chan kemudian disusul tawanya.

"Udah ah, gue mau pake cara gue sendiri."

"Ya udah deh iya. Good luck deh"

"Oke thanks."

Semenjak itu Lino sering mengamati Yeji dari jauh. Dari kegiatannya itu dia tahu, Yeji orang yang sangat sulit didekati. Lino bernapas lega, karena dia tahu saingannya jadi tidak banyak. Tapi kemudian ia juga sadar, bahwa hal yang sama juga berlaku untuk dirinya. Pastinya akan sulit mendekati Yeji.

Berhari-hari Lino berpikir bagaimana caranya untuk bisa mendekati Yeji. Tapi buntu. Ide sama sekali tidak datang ke dalam pikiran nya.

Bagaimanapun dia termasuk orang yang dingin dan cuek. Ia tidak bisa merubah kepribadiannya semudah membalikkan telapak tangan.
Lagipula dia juga tidak mau merubahnya hanya karena ingin mendekati perempuan.

Lino tahu, sikapnya yang sekarang adalah jati dirinya yang sebenarnya. Seberapa keras ia ingin berubah, maka itu hanyalah menjadi orang lain. Dan dirinya yang sebenarnya akan tetap muncul suatu saat nanti.

Dia tidak mau jika nantinya Yeji akan menyukai dirinya yang lain, dan akan meninggalkan dirinya jika suatu saat dirinya yang sebenarnya kembali muncul. Ia bertekad untuk membuat Yeji mencintai dia apa adanya.
......

Masa orientasi siswa baru sudah selesai sehari yang lalu. Dan hari ini adalah hari pertama pembelajaran bagi siswa baru. Termasuk Yeji.

Tapi keadaan berkata lain. Saat ini Yeji berbaris diantara kumpulan siswa yang datang terlambat.

Gadis itu meringis saat matahari pagi menjelang siang menyilaukan pandangannya yang tengah berdiri menghadap ke arah pucuk tiang bendera.

Yeji tidak sendiri. Mungkin ada sekitar tujuh orang yang sedang mengikuti ritual hukuman itu. Gadis itu menyesali keputusannya yang kemarin malam begadang hanya demi menamatkan drama Korea kesukaannya.

Terus menerus mendongak membuat lehernya sedikit kaku. Ia pun berusaha meregangkan lehernya dengan memutar nya ke banyak arah. Sementara tangannya masih dalam posisi hormat.

Saat ia berusaha memandang ke beberapa arah, matanya menangkap seseorang yang sedang menatapnya tajam dari jauh. Kelas yang berada di hadapannya itu memang terlihat ramai. Sepertinya mereka sedang jam kosong.

Awalnya Yeji berusaha untuk tidak mempedulikannya. Namun saat ia berusaha meregangkan lehernya untuk yang kedua kalinya, ia masih mendapati orang yang sama lagi-lagi sedang menatap tajam ke arahnya.

"Apa yang salah dari orang itu?" Ucap Yeji dalam hati. Namun ia kembali menepis pikiran buruknya. Banyak siswa yang sedang berdiri bersamanya.

"Mungkin dia sedang melihat orang lain." Yakinya dalam hati. Tapi tetap saja, beberapa kali ia memastikan dugaannya dengan melihat sekilas ke arah siswa yang tadi menatapnya itu. Dan, lagi-lagi Yeji masih menemukan tatapan tajam darinya.

Hari semakin siang. Dan sialnya hari itu terasa begitu terik. Baru saja waktu bergeser ke arah jam 9. Namun panas itu sudah mampu membuat cairan tubuh menguap dengan cepat. Yeji sudah tak terlalu memperhatikan siswa yang sedari tadi menatapnya. Ia sudah tak bisa memikirkan apapun dengan baik.

Yeji merasakan pusing di kepalanya. Perlahan pandangannya seperti disertai efek kehijauan di segala penjuru. Kaki gadis itu juga ikut melemas. Tak lama pandangannya semakin menggelap dan gadis itu ambruk.

Sesaat sebelum Yeji kehilangan kesadarannya, ia menyadari seseorang berlari ke arahnya dengan tergesa-gesa dengan wajah penuh kekhawatiran. Ya, dia adalah siswa yang sama dengan siswa yang sejak beberapa saat lalu menatapnya tajam.
...

Deepest Love - Yeji Leeknow (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang