06. Honest

77 14 34
                                    

"Ji, Lo beneran pacaran sama Lino?" Tanya seorang siswa saat Yeji sedang membereskan barang-barang yang ada di mejanya. Yeji tidak memberikan respon apapun. Dia masih sibuk bersiap. Sudah waktunya untuk pulang.

"Ji. Jawab gue!" Ucap siswa itu lagi.

"Bukan urusan Lo Hyunjin!" Ucap Yeji ketus. Ya, siswa itu adalah Hyunjin.

"Jelas itu urusan gue. Lo gak inget? Lulus SMA kita mau dijodohin." Ucap Hyunjin lagi. Ya, Hyunjin adalah anak dari teman ayah Yeji yang rencananya akan dijodohkan dengan gadis itu.

"Itu baru rencana ya. Selama itu belum terjadi, hidup gue masih seutuhnya milik gue. Lo gak berhak ikut campur sama sekali." Ucap Yeji kesal.

"Gue berhak ya Ji. Papa Lo juga nyuruh gue buat perhatiin Lo." Ucap Hyunjin sambil meraih tangan Yeji.

"Perhatiin aja kan. Udah, hak Lo cuma sampe situ. Gak usah nglewatin batas!" Seru Yeji.

Percakapan mereka cukup keras untuk terdengar dari luar ruangan.
Tanpa mereka sadari, Lino baru saja sampai dan hendak memasuki kelas Yeji.

Lino tidak mendengar bagian Hyunjin yang mengatakan bahwa Yeji dan dirinya akan dijodohkan.

"Kenapa harus Lino Ji?" Tanya Hyunjin jelas. Yeji melirik tajam. Sementara Lino yang baru saja sampai menghentikan langkahnya dan memutuskan untuk mendengar jawaban Yeji.

"Udah deh Hyun. Itu bukan urusan Lo." Ucap Yeji lagi sambil menepis tangan Hyunjin yang menggenggam tangan kanannya.

"Itu urusan gue Ji. Gue suka sama Lo." Ucapan Hyunjin membuat Yeji terdiam. Hyunjin gugup menunggu reaksi dari Yeji.

Sementara di luar kelas, Lino sama gugupnya dengan Hyunjin.

"Maaf Hyun, tapi sekarang gue udah ada Lino. Gue udah nerima dia jadi cowok gue." Ucap Yeji. Kali ini melembut.

"Lo gak punya perasaan apapun ke gue?" Tanya Hyunjin sedikit lemas.

"Jujur aja Hyun, kalo lo bilang gini ke gue lebih awal. Mungkin yang terjadi sekarang bakal beda." Ucap Yeji.

Hyunjin terhenyak. Sama juga Lino yang sedang mendengarkan mereka dari luar. Perasaan cemburu dan khawatir menjalar di dadanya.

Tangannya mengepal erat. Ia memejamkan mata dan menarik napas panjang. Berusaha menenangkan amarahnya.

"Tapi yang terjadi sekarang beda. Gue udah nerima Lino. Dan gue udah buka hati gue buat dia. Dia orang yang gue suka." Ucap Yeji yang membuat Hyunjin semakin lesu.

Di luar ruangan senyum Lino terkembang. Kepalan tangannya mengendur. Beruntung tadi dia berhasil mengendalikan amarahnya. Apa yang ia dengar sekarang adalah obat paling ampuh untuk meredam amarah.

Akan jadi penyesalan terbesar baginya jika tadi ia meledak tak terkendali.

"Lo gak pernah denger rumor tentang dia?" Tanya Hyunjin.

"Pernah. Tapi gue gak peduli." Ucap Yeji lagi. Membuat Lino semakin tersenyum lega.

"Tapi Ji. Gue khawatir sama Lo." Ucap Hyunjin lagi.

"Makasih banyak udah khawatirin gue. Tapi gue yakin Lino gak bakalan nyakitin gue." Ucap Yeji yakin.

"Maafin gue ya Hyun. Gue pergi dulu." Ucap Yeji lalu berlalu meninggalkan Hyunjin.

Tepat di depan pintu kelas Yeji terkejut bukan main saat melihat Lino yang berdiri di sana.

"Kak Lino? Sejak kapan kakak di sini?" Tanya Yeji.

Lino tak segera menjawab. Pemuda itu justru langsung membawa Yeji ke pelukannya.

"Kak?" Yeji tak tahu harus bereaksi seperti apa selain bertanya.

"Makasih banget Ji." Ucap Lino tiba-tiba. Yeji diam.

"Makasih banyak Lo udah ngasih gue kesempatan. Makasih banyak Lo mau percaya sama gue walaupun banyak rumor jelek tentang gue." Ucap Lino sambil terus menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Yeji.

Yeji sebenarnya agak merasa risih dengan perlakuan Lino. Bagaimana tidak? Mereka baru beberapa lama menjalin hubungan. Dan lagi ini masih di lingkungan sekolah. Sampai sekarang ia belum membalas pelukan Lino.

"Kak." Ucap Yeji singkat.

"Maaf Ji. Gue lancang ya?" Tanya Lino saat melepaskan pelukannya.

Yeji menggeleng pelan dengan tersenyum.
"Yok pulang kak." Ajak Yeji kepada Lino yang masih terlihat canggung kepadanya.

"Ayok." Yeji meraih tangan Lino dan menggenggamnya. Yeji merasa tidak ada salahnya melakukan itu. Ia memang tidak begitu nyaman saat dipeluk Lino tadi. Tapi ia juga merasa bersalah saat melihat wajah Lino yang murung.

Yeji sudah menerima Lino sebagai kekasih. Harusnya ia juga bisa menjaga perasaan yang Lino miliki. Jika dia tak mau melakukannya, harusnya ia tolak Lino sejak awal. Lagi pula entah sejak kapan rasa sayang sudah muncul di hati Yeji. Hanya saja Yeji masih tidak nyaman untuk skinship semacam itu.

"Ji, ikut gue ke suatu tempat ya. Mau?" Tanya Lino pada Yeji. Yeji pun mengangguk dan tersenyum.

Lino pun menyunggingkan senyum tipis khasnya. Ia segera merubah posisi gandengan tangannya. Yang awalnya ia digandeng Yeji, berubah menjadi ia menggandeng Yeji.

--Tahu kan perbedaannya? Hemm.--

......

Di suatu tempat di salah satu sudut kota. Lino mengajak Yeji duduk di sebuah bangku taman panjang. Menghadap langit sore dengan hamparan pemandangan kota di bawah sana. Tempat itu taman yang berada di puncak bukit. Cukup sepi. Disertai hembusan angin yang membuat suasana sedikit tenang.

"Ji, gue mau jujur." Ucap Lino membuka pembicaraan.

"Apa yang Lo dengar itu bener Ji." Ucap Lino sambil menunduk. Yeji mengerutkan keningnya.

"Apa maksud kakak?" Tanya Yeji.

"Rumor itu bener Ji. Gue memang punya masalah di pengendalian amarah." Ucap Lino membuat Yeji terkejut. Namun dia berusaha menetralkan ekspresi di wajahnya. Namun gadis itu masih diam.

"Ji, gue sayang banget sama Lo. Gue gak mau Lo tau dari orang lain. Atau kecewa saat melihatnya langsung." Lino menghentikan ucapannya.

"Gue sayang banget sama Lo. Gue cinta banget sama Lo. Tapi apa Lo mau nerima gue yang kayak gini? Jujur gue takut Lo ninggalin gue. Tapi gue juga gak bisa bohongin Lo." Ucap Lino dengan mata sendunya.

Yeji menarik napas panjang. Sebenarnya ia sangat terkejut. Sedetik dia berpikiran untuk meninggalkan Lino, selagi hubungan ini belum terlalu jauh. Selagi perasaan belum terlalu jatuh.

Tapi hati kecilnya menolak untuk meninggalkan Lino begitu saja. Apakah dia sudah benar-benar jatuh cinta kepada pemuda dingin yang sedang menunduk dihadapan dirinya itu.

"Jelasin kak. Kenapa kakak bisa jadi kayak begitu? Dan apa yang bisa buat kakak jadi seperti itu?" Pinta Yeji.

Akhirnya kalimat itu yang keluar dari bibirnya.

----------

Hyunjin muncul gaes..
Entah kenapa ya, apapun ship Yeji. Aku selalu pengin munculin Hyunjin gitu...

Entah sebagai second lead, sahabat, atau kakak juga gak papa sih.. wkwk.

Rasanya gak bisa nerima kalo dua Hwang ini gak ada hubungan apa-apa.  Pokoknya mereka harus deket gitu. Hehe

Baiknya lagi kalo hubungan yg bucin😂 Karena sejak awal aku ship mereka as couple.

Deepest Love - Yeji Leeknow (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang