15. The Real Answer

56 11 1
                                    

Lino sudah berada di atas motor matic yang telah menjadi kesayangannya semenjak bersama Yeji.  Pemuda itu membelah jalanan pagi kota yang masih cukup lengang.

Angin sejuk menerpa wajahnya yang sudah terlihat segar walaupun di bawah matanya muncul tanda hitam. Sudah mandi? Ohh... Jelas. Sudah dong.

Beberapa saat lalu awalnya pemuda itu langsung meloncat ke motornya begitu selesai berpelukan dengan sang mama. Berniat langsung menemui Yeji secepat yang ia bisa. Namun tak jadi karena ditahan sang mama.

"Eh.. eh.. eh.. mau kemana?" Teriak mama Lino yang melihat putranya mengenakan helm dengan tubuhnya yang berbalut baju yang ia pakai tidur semalam.

"Mau ke Yeji ma." Jawab Lino singkat.

"Ya kali mau ketemu pacar belum mandi gitu. Berantakan, bau. Gak ganteng gitu." Tahan mamanya.

"Lino mah selalu ganteng ma. Walaupun baru bangun tidur." Ucap Lino menanggapi mamanya dengan sedikit gurauan.

"Mau bantah tapi nyatanya bener. Anak mama emang selalu ganteng." Ucap mama Lino.

"Tapi tetep aja. Mandi dulu sana! Masak mau ketemu calon mantu mama bentukannya gini. Jangan sampai dia lari. Susah dapet yang kayak gitu." Lanjut namanya. Pipi Lino memerah saat mendengar sang mama memilih diksi 'calon mantu' untuk mendeskripsikan Yeji.

"Sana mandi! Pake malu-malu gitu." Goda mama Lino saat mendapati pipi putranya memerah.

"Iya iya." Ucap Lino sambil membuka helmnya. Pemuda itu lalu kembali memasuki rumah dan melaksanakan perintah dari sang penguasa rumah. Ya siapa lagi kalau bukan mamanya.

Cerita kembali kepada Lino sedang dalam perjalanan menuju rumah Yeji. Pemuda itu kini sudah mampu tersenyum.

Lino menghentikan laju motornya saat lampu lalulintas di hadapannya berwarna merah. Dia termenung, senyum yang tadi sempat muncul di bibirnya kini lenyap. Bagaimana caranya ia mengatakan jawaban yang ia temukan? Apa yang harus ia katakan terlebih dahulu? Pemuda itu tenggelam dalam pikirannya selama beberapa saat. 

Tiiinn ... Tinnn...!!!

Suara klakson kendaraan ribut bersahutan membuat Lino tersentak. Ia melihat sekeliling, mencoba meneliti apa yang sedang terjadi. 

"Hey nak! Sudah hijau!" Teriak seorang laki-laki paruh baya ke arah Lino. Lino pun tersadar. Ia lah yang menyebabkan keributan ini. Ia pun segera melajukan motornya. Tak lupa ia sempatkan menundukkan kepalanya berkali-kali sebagai tanda menyesal.

Selang beberapa waktu, Lino dengan motor maticnya telah sampai di depan gerbang rumah Yeji. Penjaga yang sudah mengenal Lino pun segera membukakan pagar untuk pemuda itu.

"Nona Yeji ada di rumah Den. Silahkan masuk." Ucap Pak Satpam langsung bahkan sebelum Lino mengutarakan maksudnya. 

Lino pun mengangguk tanda mengerti sekaligus menghormati sang penjaga. Tak lupa pemuda iu juga melempar senyum. Sebuah kebiasaan baru yang ia dapatkan semenjak menjadi kekasih Yeji. Gadis itu selalu tersenyum dan menghormat kepada semua orang, terlebih kepada yang lebih tua. 

Secara tak sadar, Lino kini memiliki kebiasaan itu juga. Sering kali Yeji menyenggol lengannya ketika raut wajah pemuda itu  tidak enak dilihat, kemudian mengisyaratkan kepada Lino untuk melakukan apa yang ia sendiri lakukan. Alhasil Lino yang sekarang jauh lebih ramah dari Lino yang dahulu. Ekspresi yang bersarang di wajah Lino pun tidak melulu raut wajah dingin. Kini wajah itu mampu berekspresi lebih bermacam-macam.

Yeji baru saja keluar dari pintu rumahnya saat Lino menginjakkan kakinya di teras rumah besar itu. Gadis itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Serasa mendapat tamparan, Lino menunduk malu. Pasalnya hari ini ia mulai menjalankan hukuman skorsnya. 

Deepest Love - Yeji Leeknow (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang