17. Sisi Lain Dunia Lino

64 10 0
                                    

Suasana terasa lengang. Denting jam terdengar nyaring. Ini bukan tengah malam, matahari pun sudah menampakkan dirinya sejak tiga jam yang lalu. Tapi mengapa semuanya seperti sunyi.

Langit-langit kamar berwana putih gading itu terlihat kosong. Objek yang kini menjadi pemandangan yang tertangkap oleh netra seorang pemuda sejak beberapa jam yang lalu.

Lino merenggangkan tubuhnya. Hari kedua menjalani hukuman. Ia sudah kehabisan akal. Bagaimana keadaannya empat hari ke depan?

Rumahnya kosong. Sang papa jelas sudah berada di kantor. Mamanya sedang mengatar Nagyeom pergi ke sekolah.
"Chh..." Lino berdecih pelan. Ia menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin hal semacam ini terjadi? Memalukan. Adik kecilnya sedang bersekolah, sementara dirinya hanya berdiam diri di kamar. Menjalani hukuman akibat perbuatan konyolnya.

Yeji benar. Lino telah salah karena tanpa sadar telah merubah cintanya menjadi obsesi. Mulai sekarang ia harus lebih menahan diri.

Ahh.. benar. Bagaimana keadaan gadisnya sekarang? Apakah dia mengalami kesulitan karena perbuatannya? Apakah semua orang akan membicarakannya? Apakah dia akan baik-baik saja?

Lino mengacak rambutnya kesal. Pemuda itu akhirnya beringsut meninggalkan kasurnya. Ia berencana untuk mandi. Mungkin saja jika tubuhnya segar, akan datang pikiran-pikiran positif di otaknya. Ya, setidaknya ia harus cari kegiatan. Tidak mungkin selama masa hukuman ia hanya bergelung di tempat tidur.

.......

"Gue bilang juga apa Ji. Lino emang temperamen. Rumor itu bener Ji." Ucap Hyunjin kepada Yeji. Pemuda itu terus mengikuti Yeji sedari pagi tadi. Namun Yeji hanya diam tak menanggapi.

"Ji. Lo dengerin gue gak sih?" Tanyanya lagi. Hyunjin menghembuskan napas kasar melihat Yeji yang tetap tak menanggapinya.

"Ji!" Hyunjin meraih pergelangan tangan Yeji. Nada bicaranya terdengar sudah tak mampu menahan kesabarannya. Yeji yang sedang membereskan mejanya menghentikan kegiatannya. Matanya menatap tajam ke arah pergelangan tangannya yang kini digenggam seorang Hwang Hyunjin. Sesaat kemudian, tatapan tajamnya beralih ke mata Hyunjin.

Hyunjin yang menyadarinya pun segera melepaskan genggamannya.
"Sorry Ji. Makanya respon gue dong. Lo dengerin gue gak sih?" Tanya Hyunjin lagi.

"Gue denger. Gue punya telinga dua." Jawab Yeji ketus.

"Terus kenap.." Ucapan Hyunjin terpotong oleh Yeji.

"Tapi mulut gue gak mau jawab lo Hyunjin. Gue gak mau bahas itu." Ucap Yeji lagi tak kalah ketus dari sebelumnya.

"Ji, gue cuma khawatir sama Lo." Ucap Hyunjin lagi. Ia terus mengikuti mengikuti Yeji yang kini sudah berjalan keluar kelasnya.

"Makasih udah khawatir sama gue. Tapi gue gak papa. Gue baik-baik aja. Jadi lo gak usah khawatir sama gue!" Ucap Yeji sambil terus berjalan, berusaha terlepas dari Hyunjin yang terus mengikutinya kemanapun dia pergi.

"Gue takut lo kenapa-kenapa Yeji." Suara Hyunjin terdengar frustasi.

"Gue bilang gue gak papa Hyunjin. Lo paham gak sih?" Ucap Yeji dengan sedikit nada penekanan. Ia  menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Hyunjin.

"Gue suka sama lo, gue sayang sama lo." Ucap Hyunjin dengan menatap dalam mata Yeji.

Yeji berdecak frustasi.
"Jin, lo gak bisa kayak gini. Gue gak suka sama lo. Dan gue udah punya pacar. Lo juga tau itu." Ucap Yeji.

"Kalo lo belum tau, gue kasih tau. Namanya Lee Minho! Gue milik dia!" Tegas Yeji kepada Hyunjin.

"Tapi Lino itu..."

Deepest Love - Yeji Leeknow (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang