Suara hak sepatu bertemu permukaan lantai menggema di koridor lantai tiga puluh sebuah gedung pencakar langit. Sosok yang sedang melangkah di sepanjang koridor sepi itu adalah seorang wanita berambut hitam panjang namun ditata berbentuk cepol menghias kepalanya. Saat melihat seseorang sedang berdiri sambil membungkuk di dekat meja kerjanya, kedua alis wanita itu mengernyit dalam.
"Tolong taruh kembali dokumen itu di atas meja," sahut wanita itu dengan suara keras. Langkahnya buru-buru mendekat lalu merampas map berisi dokumen dari genggaman petugas kebersihan itu. "Yang ini masih belum disortir, jadi saya tidak ingin membuatnya tercampur dengan dokumen lain."
Sang petugas kebersihan, seperti biasa, hanya diam lalu mengangguk-anggukan kepalanya. Wajahnya tertutupi masker berwarna biru, serasi dengan seragam yang dia kenakan. Namun walaupun wajahnya tertutup masker dan kepala tertutup topi berwarna hitam, wanita itu tahu bahwa petugas itu adalah seorang laki-laki.
"Lain kali saya yang akan membereskan meja saya sendiri. Tolong jangan sentuh barang di atas meja." Wanita bernama Mentari Aprilia itu mengucapkan kalimatnya dengan nada ketus. Bagaimana dia tidak sebal tiap kali petugas kebersihan itu datang ke mejanya?
Dua hari lalu terjadi insiden dimana dia harus keluar dengan tergesa-gesa dari ruang rapat akibat mengambil dokumen yang salah. Padahal dia sudah mempersiapkan dokumen rapat dengan baik. Namun, karena ulah petugas kebersihan yang selalu datang saat jam istirahat makan siang inilah yang menyebabkan dia harus kembali ke mejanya dan mencari dokumen yang benar. Petugas kebersihan ini selalu saja memindahkan barang tanpa sepengetahuannya. Padahal hampir semua map di mejanya berwarna sama. Sangat susah membedakan antara satu dengan yang lain.
Kejadian yang sama juga pernah terjadi sebelumnya. Membuat Mentari geram ketika mengingatnya kembali. Hanya si petugas ini saja yang selalu berani menyentuh barang di atas meja. Sedangkan, petugas kebersihan lain tidak pernah berani memindahkan atau menyentuh sesuatu selama mereka membersihkan. Apa aku perlu komplain ke devisi kebersihan? Tapi, aku tidak ingin terjadi masalah dan menyebabkan orang lain kehilangan pekerjaannya.
Mentari memikirkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini. Saat ini juga. Tidak bisa ditunda lagi. "Permisi, saya hanya ingin Anda berjanji supaya tidak menyentuh dokumen di atas meja saya lagi. Khusus meja saya saja. Apakah Anda bisa melakukannya untuk saya?" tanya wanita itu dengan nada tegas. Dia harus bisa bernegosiasi dengan orang ini.
Laki-laki itu menundukkan kepalanya lalu menjawab dengan takut-takut. "Ta-tapi pekerjaan saya adalah membersihkan seluruh bagian di la-lantai ini, bu." Walau tubuh laki-laki itu lebih tinggi dari Mentari, sosoknya terlihat kecil karena dia menundukkan kepala serta pundaknya meringkuk ke dalam. Sosoknya tampak ringkih di mata wanita itu.
"Ya, saya tahu. Tetapi, saya hanya minta Anda mengecualikan meja saya saja kok. Bisa, kan?" tanyanya kembali. Dia berharap negosiasinya berhasil.
"Ba-baik, bu. Saya mengerti," jawab laki-laki itu yang langsung membuat Mentari merasa lega. "Sa-saya permisi dulu kalau begitu."
Mentari menganggukkan kepalanya lalu menatap punggung petugas kebersihan itu saat melangkah pergi. Dengan begini, wanita itu sudah berhasil mencegah insiden kembali terjadi. Dia pun meletakkan dokumen di tempatnya semula sebelum duduk di atas kursi dan mengerjakan sisa tugasnya pada hari ini. Sesekali dia meregangkan tubuhnya yang terasa letih akibat jadwal hari ini cukup padat.
Beruntung bos wanita itu sedang melakukan perjalanan bisnis sehingga dia hanya perlu merapikan pekerjaannya saja. Sebagai seorang sekretaris CEO dari perusahaan besar, tentu saja terasa aneh jika bos melakukan perjalanan bisnis tanpa kehadiran sekretarisnya. Namun, bosnya itu memang terkenal mandiri dan cukup hanya membutuhkan bantuan secara remote saja. Dia tidak pernah melibatkan sekretarisnya. Bahkan, pemegang jabatan sekretaris sebelum Mentari juga menceritakan sifat bosnya ini sebelum dia resign. Mentari, sebagai sosok yang meneruskan pekerjaan seniornya itu, hanya mengangguk dan berusaha mengerjakan bagiannya dengan patuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secretary and The Janitor (Ongoing)
RomanceMentari Aprilia selalu mendambakan pasangan hidup yang tidak usah terlalu neko neko. Pokoknya, yang mau menemani serta memiliki kelakuan baik. Sesimpel itu aja. Bahkan, jika pekerjaannya tidak terlalu bagus dibandingkan dengan dirinya pun tidak masa...