"Semua dokumen sudah selesai kurapikan," ucap Mentari sambil berdiri di hadapan pria itu.
Posisi Arief masih sama seperti beberapa jam lalu. Pria itu duduk di balik meja sambil menutup program di komputernya sebelum mematikannya. "Terima kasih sudah membantuku," ujarnya. Dia melihat jam dinding. Saat ini sudah lewat jam makan siang. Dia merasa perutnya mulai berbunyi.
"Mau makan siang bersamaku?" tanya Arief.
Ditanya seperti itu, Mentari langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Dia mengikuti langkah pria itu keluar ruangan itu. Saat Mentari berhenti berjalan di depan lift yang biasa digunakannya sehari-hari, tiba-tiba Arief memutar tubuhnya lalu menatapnya.
"Apa yang kamu tunggu?" tanya laki-laki itu.
"Bukankah kita akan turun dengan lift?" Mentari bertanya dengan nada ragu.
"Lift itu nggak beroperasi di luar jam kantor." Arief terkekeh pelan melihat wajah terkejut dan salah tingkah wanita itu saat mendengar jawabannya. "Lewat sini, ikuti aku. Kita akan pakai lift lain."
Wanita berambut panjang itu pun melangkah mengikuti arah kemana pria itu pergi. Rambut panjang sepinggang yang biasa diikat cepol kini terurai bebas di punggungnya. Melambai mengikuti tiap gerakan wanita itu.
"Lift ini aku baru pertama kali melihatnya." Mentari mengucapkan kalimat itu sesudah mereka masuk ke sebuah pintu di dekat pintu ruang penyimpanan alat-alat kebersihan. Di depan mereka ada dua lift. Yang satu memiliki pintu lebih lebar dari yang lainnya.
"Yang berpintu lebar itu adalah lift untuk mengangkut barang. Lift yang pintunya lebih kecil ini adalah lift khusus pejabat tinggi perusahaan," jelas Arief. "Tidak semua orang bisa menaikinya. Lalu, lift ini tetap berfungsi bahkan ketika hari libur seperti ini karena permintaan khusus perusahaan."
Mentari mengangguk paham. Perusahaannya ini memang hanya menempati beberapa lantai dari keseluruhan gedung saja. Wajar jika ada aturan gedung yang harus dipatuhi.
"Pemilik gedung ini sangat murah hati mengizinkan lift di luar jam kerja tetap beroperasi." Mentari tersenyum lebar sambil mengucapkan kalimatnya itu. Dia menoleh ke arah Arief yang sedang menatapnya dengan senyum miring di wajahnya. Ekspresi laki-laki itu membuat Mentari bisa merasakan jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Kemana kita mau pergi?" tanya Mentari sesudah mereka sampai di basemen.
"Aku mau mengajakmu ke restaurant di dekat sini. Aku tahu sebuah tempat," jawab Arief sedikit misterius. Laki-laki itu membukakan pintu sebelah kemudi agar Mentari bisa masuk. Sesudah menutup pintu, dia memutari mobil untuk duduk di kursi pengemudi. "Nggak akan makan waktu lama, aku janji." Sedan Mercedes putih itu mulai melaju sesudah mereka berdua memakai sabuk pengaman.
Jalan raya kota Jakarta seperti biasa, sangat macet. Apalagi ini adalah akhir minggu. Namun, sepertinya Tuhan mengabulkan keinginan mereka yang ingin cepat sampai tujuan supaya bisa segera mengisi perut yang keroncongan. Dua puluh menit setelah meninggalkan gedung kantor, mobil itu berhenti di sebuah halaman parkir berisi banyak ruko.
Arief membawa wanita itu ke sebuah rumah makan makanan Jepang. "Apa kamu suka sushi?" tanya pria itu ketika mereka duduk di dalam sambil membuka buku menu.
Mentari tersenyum kemudian meletakkan buku menu itu di atas meja. "Aku suka makanan Jepang. Apapun itu." Ya, terlebih dia senang bisa makan bersama pria itu.
"Kalau gitu aku yang pesan, ya." Arief memanggil pelayan restaurant lalu mulai menyebutkan pesanannya. Usai pelayan tersebut mencatat semua pesanan pria itu, dia pun segera pergi ke arah dapur.
Suasana restaurant dengan interior bernuansa Jepang itu saat ini sedang sepi. Wajar saja karena saat ini sudah lewat jam makan siang. Sebenarnya Arief merasa bersalah sudah membuat Mentari ikut kelaparan bersamanya. Mereka beruntung tidak perlu menunggu lama hingga pesanan mereka datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secretary and The Janitor (Ongoing)
RomansaMentari Aprilia selalu mendambakan pasangan hidup yang tidak usah terlalu neko neko. Pokoknya, yang mau menemani serta memiliki kelakuan baik. Sesimpel itu aja. Bahkan, jika pekerjaannya tidak terlalu bagus dibandingkan dengan dirinya pun tidak masa...