06 : lamaran

1.2K 192 44
                                    

Ahreum melihat Juni, Juni melihat Ahreum lalu kembali ke Dae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ahreum melihat Juni, Juni melihat Ahreum lalu kembali ke Dae. Sepi selama sepuluh detik. Lalu Juni baru sadari tangan Dae ada di pinggangnya. cepat-cepat dia menjauh.

Lalu tanpa disangka, Dae menatap Ahreum. "Apa kau tidak lihat dia sedang hamil?"

"Tapi ... dia duluan."

"Aku tanya apa kau tidak lihat dia sedang hamil?" ulang Dae lagi. Ahreum mengalihkan pandangan karena tak sanggup menatap mata Dae yang seperti leser.

Sementara Dae sadar Juni tak berkedip menatapnya. Dae seolah memulai aksi. Pria itu berkacak pinggang dengan tampang kesal. "Kalau terjadi sesuatu padanya, kau mau tanggungjawab?"

"J-juni aa... maaf ya." buru- buru Ahreum mendekati Juni, menggamit tangannya. "Aku tidak sengaja. Kau tidak apa-apa?"

Juni menghempas tangan itu. kini dia kembali dibuat kesal oleh Ahreum. "Kembalikan uangku," katanya.

Ahreum memelas. "Aku kan sudah bilang akan segera menggantinya."

"Jadi kau ya." Juni dan Ahreum kembali melihat Dae. "Kau yang menipunya saat di Paris, 'kan? Kau orangnya?" Dae berkata pada Juni. "Benar, 'kan?"

Seolah terhipnotis, Juni mengangguk.

"Kau siapa?" tanya Ahreum saat Dae meraih ponsel dan akan menghubungi seseorang. Mata gadis itu tak berkedip. Melihat Dae dari atas ke bawah dengan penuh minat.

"Aku ayahnya. Maksudku, aku ayah dari bayi-nya."

"Apa?!" Juni kesal karena pertanyaannya bersamaan dengan Ahreum. Dalam konteks keterkejutan berbeda.

Juni terkejut karena Dae seolah tau dan mengakui. Ahreum terkejut karena kedengaran mustahil tapi diucapkan begitu jelas ke telinganya.

"Itu pertanyaanmu tadi, 'kan? Kau tanya dia mengandung anak siapa? Dia mengandung anakku."

Juni memejam dengan alis terangkat. Susah payah dia berucap namun suaranya mendadak hilang. Ahreum pun sama. Dia tak berkata apapun.

Tepatnya setelah Dae berkata padanya, "Kau sebaiknya jangan lari atau hukumanmu akan bertambah."

"Apa?" Ahreum membeliak. Dia gemetar. "Apa yang akan kau lakukan, Tuan?"

"Melaporkanmu ke polisi. Kau harus dihukum karena membuat Juni kesusahan saat di Paris."

"Juni... Juni kau tidak serius, kan?" Ahreum kembali meraih tangan Juni yang jelas langsung menepisnya.

Juni, walaupun masih sulit beradaptasi dengan seluruh ucapan Dae, dia tetap membiarkan pria itu yang sepertinya menelpon polisi. Itulah yang hendak dia lakukan sejak lama.

Lalu, tibalah Ahreum yang mulai menangis.

Ahreum berlutut di antara kaki Dae dan Juni hingga Dae menjauhkan ponselnya karena dia sadar dirinya pun ikut menarik perhatian orang-orang. Terutama orang-orang di Leciel. Sungguh kebetulan luar biasa bangunan butik Juni dan restorannya berseberangan. Takdir mereka begitu melekat erat seperti perekat.

 I Hate To Love You [Tamat] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang