"Kinara?" Pekik Malik kaget saat dia tak sengaja membuka mata sewaktu berciuman dengan Isna.
Reflek Malik menjauhi Isna. Wajah lelaki itu memucat.
Hal itu jelas membuat Isna terheran-heran.
"Ke-kenapa Om?" Tanya Isna saat itu ketika Malik menatapnya dengan sorot wajah ketakutan.
Malik masih berada pada fase peralihan dalam alam bawah sadarnya. Seketika siluet kejadian belasan tahun silam kembali merasuk dalam ingatannya. Detik-detik di mana dirinya melihat sebuah pemandangan yang begitu mengerikan di depan matanya.
Tatapan sendu Kinara saat wanita itu meregang nyawa.
Darah yang mengalir deras dari kepala Kinara berlumuran di kedua tangan Malik.
Dan... Satu kalimat terakhir yang berhasil diucapkan Kinara sebelum menjemput ajal justru semakin membuat Malik terpukul.
*
"Aku mencintaimu Mas... Aku sudah memenuhi janjiku untuk selalu mencintaimu, bahkan sampai aku mati..."
"KINARAAAA... JANGAN PERGI... JANGAN TINGGALKAN AKU... MAAFKAN AKU KINARA! MAAFKAN AKU! BANGUN KINARA... BANGUUNNN... KINARAAAA!"
*
Dalam pengaruh bayangan masa lalu itu, lagi dan lagi sebuah suara aneh hadir dalam benak Malik.
*
"Kamu yang sudah membunuh Kinara!"
"Kamu satu-satunya alasan yang membuat Kinara pada akhirnya memutuskan untuk mengakhiri nyawanya!"
"Pembunuh!"
"Pembunuh!"
"Pembunuh!"
*
"Tidaakkkk!" Teriak Malik berusaha mengusir suara-suara aneh itu.
Kepala lelaki itu menggeleng dengan wajah hampir menangis. Malik meremas kepalanya yang terasa nyeri.
"Om? Om kenapa? Om..." Isna mengguncang tubuh Malik. Berusaha menyadarkan suaminya itu meski dia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya tengah dialami Malik saat ini.
"Isna..." Gumam Malik saat dalam sekajap rohnya seakan ditarik kembali ke dalam dunia nyata. Kedua bahu lelaki itu merosot seiring dengan kesadarannya yang mulai pulih.
Isna masih menatap Malik dengan sorot penuh tanda tanya, dan buliran bening yang saat itu menumpuk di kelopak mata Malik membuat hati Isna terenyuh. Terlebih saat satu tetes air mata Malik terjatuh di pipi lelaki itu.
Isna buru-buru menyeka air mata itu dengan jarinya. Dirapikannya rambut Malik yang berantakan dan dibimbingnya Malik untuk duduk lebih nyaman di tempat tidur.
"Saya buatkan teh hangat ya Om?" Ucap Isna saat itu.
Malik hanya mengangguk pelan seraya tersenyum tipis.
Tatapannya terus tertuju ke arah punggung Isna yang perlahan menghilang di balik pintu kamar.
Sepeninggal Isna, Malik menutup mata dan kembali meremas kepalanya.
Awalnya, Malik berpikir, setelah Isna berhasil membuatnya terbebas dari penyakit impoten yang dideritanya belasan tahun ini, dan karena Isna juga dirinya bisa terbebas dari bayang-bayang masa lalunya bersama Kinara.
Sayangnya, Malik salah.
Isna memang mampu membuatnya terbebas dari penyakit sialan yang memalukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA KHILAF (End)
RomanceHARAP BIJAK DALAM MEMBACA AREA DEWASA 21+ ***** Malik Indra Wahyuda adalah seorang duda beranak satu yang sudah pernah menikah lima kali. Dia dinyatakan impoten oleh Dokter akibat terlalu stress pasca ditinggal mati oleh istri pertamanya. Pernikahan...