20. PALSU

3.1K 206 9
                                    

Seharian ini Malik benar-benar membuktikan kata-katanya dengan mengajak Isna jalan-jalan.

Awalnya Malik mengajak Isna jalan-jalan ke Dufan.

Mereka berdua layaknya ABG yang baru melihat dunia luar. Semua wahana permainan dicoba terkecuali yang memang dilarang untuk ibu hamil. Meski Isna mengatakan dirinya berani, tapi Malik melarang karena tak mau mengambil resiko.

Siang hari mereka membeli makanan di restoran cepat saji. Malik sengaja mencari lokasi sepi untuk mereka makan karena tak mungkin Malik membuka masker wajah yang dia gunakan di tempat umum, bisa bahaya jika sampai ada wartawan infotainment yang memergoki mereka.

Setelah mendapat tempat yang aman dan nyaman untuk makan, Malik menyuapi Isna seperti biasa agar Isna makan banyak.

"Berasa jadi seleb, mau makan aja harus ngumpet-ngumpet," celetuk Isna sambil cekikikan.

"Ya beginilah nasib orang terkenal," Malik jadi terkekeh.

"Ihhh sombong! Hahaah..."

Mereka tertawa bersamaan.

"Ayo makan lagi, habis ini kita pulang. Saya nggak mau kamu terlalu cape,"

"Yah, kok pulang sih Om? Kan belum semua kita naikin wahananya, sayang banget bayar mahal-mahal nggak dimanfaatin,"

"Apanya yang mahal?" Malik mengerutkan kening.

"Ya tiket masuk dufannya lah,"

"Oh, hahaha,"

"Tau deh orang kaya!" Isna jadi mencebik, sadar bahwa uang lima ratus ribu yang sudah Malik keluarkan untuk membayar tiket masuk Dufan mereka berdua jelas tidak berarti apa-apa untuk Malik.

"Bukan begitu sayang, sayakan cuma nggak mau kamu sakit karena terlalu cape. Kamu sekarang sedang hamil, harus pintar jaga kesehatan," nasehat Malik. Wajah Isna yang cemberut terlihat begitu menggemaskan baginya.

"Selagi saya makan banyak karena Om yang suapi, saya pasti bakal baik-baik aja kok, Om... Habis ini kita main lagi ya? Pleaseee, ini pertama kalinya loh saya ke Dufan," bibir Isna memberengut. Dia bergelayut manja di lengan Malik, merayu suaminya agar mereka tidak pulang cepat.

"Eh, serius kamu baru kali ini ke Dufan?" Tanya Malik tidak percaya. Dia kembali menyuapi Isna.

Isna mengangguk dengan cengiran lebar. "Baru kali ini ke Dufan sama Om, maksudnya, hehehe,"

Malik menoyor kepala istrinya yang jahil itu. "Memang sebelumnya sama siapa ke sini?"

"Sama Wildan," Isna buru-buru menutup mulut dengan tangannya saat menyadari dia sudah salah bicara. "Ma-maaf Om," ucapnya tak enak hati.

Isna memang bodoh!

Tak seharusnya dia membahas soal Wildan di hadapan Malik.

"It's oke, saya suka sama kejujuran kamu. Lagipula, sekarang kamu sudah jadi milik saya, soal hubungan kamu dengan Wildan itu tidak jadi masalah karena saya percaya sama kamu," ucap Malik menanggapi.

Jika sudah membahas Wildan, raut wajah ceria Isna pasti langsung meredup.

"Sebenarnya, tadi pagi sewaktu Om sedang menyiapkan mobil di halaman depan, Wildan telepon saya, Om," ucap Isna mencoba jujur.

Malik memang sudah memberitahu perihal pesan dari Wildan yang dibacanya di ponsel Isna, karena memang Isna sendiri yang mengizinkan Malik untuk melihat ponselnya. Isna bilang, dia tidak mau ada sedikit pun hal yang harus mereka tutup-tutupi dalam jalinan rumah tangga mereka. Isna adalah perempuan yang menjunjung tinggi kejujuran, Isna tidak ingin ada hal sekecil apapun yang disembunyikan dari pernikahan mereka.

DUDA KHILAF (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang