22. SADAR DIRI

2.2K 173 6
                                    

"Apa?" Pekik Emir kaget saat Lani memberitahunya bahwa kini Isna sudah mengetahui penyebab sebenarnya Kinara meninggal.

"Maaf Mas, habis Isna terus-terusan mencecar aku," balas Lani membela diri. Dari ekspresi kaget yang ditunjukkan Emir padanya, Lani sudah bisa menebak dia pasti akan terkena marah oleh suaminya tersebut.

"Ya tapikan kamu nggak harusnya kasih tau Isna juga, Lani! Terus selain itu kamu bilang apalagi ke Isna tentang Kinara?" Emir memang kelihatan emosi, tapi sebenarnya dia lebih khawatir akan keadaan Malik jika Isna sampai mengungkapkan apa yang diketahuinya tersebut ke Malik.

"Udah sih Mas itu doang. Tadi pas Isna tanya ke aku siapa yang sebenarnya membunuh Kinara, aku bilang aja kalau aku nggak tau,"

"Terus Isna percaya?"

"Kayaknya sih iya," jawab Lani yakin tak yakin.

Emir mengesah berat. "Lain kali jangan ceroboh Lani! Kamukan tahu, seluruh keluarga Malik termasuk kita yang mengetahui tentang kejadian kematian Kinara yang sesungguhnya sudah sepakat untuk tidak memunculkan kasus itu ke permukaan lagi! Jangan sampai, Malik harus kembali menderita jika dia tahu hal yang sebenarnya terjadi pada Kinara..." Emir menggantung kalimatnya.

Kejadian tragis yang menimpa Kinara belasan tahun yang lalu memang sulit untuk dilupakan.

Jika Emir saja sulit lupa, apalagi dengan Malik sendiri?

*****

Sepanjang perjalanan pulang selepas makan malam, kondisi di dalam mobil terasa begitu sunyi.

Tak ada percakapan apapun di antara dua sejoli yang berada di dalam mobil itu.

"Isna? Kamu nggak apa-apakan?" Tanya Malik pada akhirnya. Malik menyetir dengan satu tangan karena tangan satunya dia gunakan untuk menggenggam jemari Isna.

Keterdiaman Isna dirasa aneh bagi Malik.

"Oh, nggak apa-apa kok Om," jawab Isna disertai senyuman tipis. Isna membalas genggaman tangan Malik yang hangat.

"Kamu suka makanan tadi?" Tanya Malik lagi.

"Suka banget, cuma porsinya sedikit, lain kali buatin doble porsi dong buat saya? Hehehe," Isna malah terkekeh.

Guyonan Isna membuat Malik tertawa. "Oke, kapan pun kamu mau, pasti saya akan buatkan untuk kamu,"

Sesampainya di kediaman Malik, Isna langsung beranjak ke kamar untuk bersih-bersih sementara Malik langsung sibuk dengan laptopnya.

Dia baru saja menandatangani proyek kerjasama pembangunan restoran baru di Perancis bersama Emir dan beberapa kolega bisnisnya. Dan Proyek ini termasuk proyek besar yang bisa jadi akan menghantarkan karir Malik pada jenjang yang lebih tinggi, yakni sebagai Master Chef Profesional yang diakui di dunia.

Saat itu, Malik masih asik berkutat dengan laptopnya ketika Isna sudah selesai dengan aktifitasnya di kamar mandi.

Isna keluar mengenakan gaun tidur berbahan satin tipis yang menampakkan kemolekan tubuhnya.

Dia sempat melirik Malik yang saat itu diam-diam sedang menatap ke arahnya, meski Malik langsung berpura-pura kembali fokus menatap layar laptop saat tatapan Isna berhasil memergokinya.

Pakaian tidur yang dipakai Isna dengan rambut panjang Isna yang setengah basah tergerai hingga ke pinggul semakin memperlihatkan kesempurnaan raga wanita itu. Dan semua hal itu, sukses memecah konsentrasi Malik.

Lelaki itu mengesah tertahan saat dia mendapati Isna yang kesulitan mengeringkan rambut menggunakan Hair Dryer.

Malik bangkit dari duduknya dan mengambil alih hair dryer di tangan Isna. Tanpa berkata-kata dia membantu Isna mengeringkan rambut.

DUDA KHILAF (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang