17. KENAPA BISA BERDIRI?

4.7K 235 14
                                    

"Wildan sudah menghancurkan kepercayaan saya. Dia sudah mengkhianati saya. Itulah mengapa saya memutuskan untuk memilih Om Malik, pada akhirnya...."

Malik tercenung.

Dia tidak bisa menebak perasaan apa yang lebih mendominasi hatinya saat ini.

Apa itu perasaan senang, cemas atau takut?

Semua perasaan itu bercampur menjadi satu dalam benak Malik. Lelaki itu membalas genggaman tangan Isna. Ditatapnya lekat manik mata Isna yang hitam.

"Sebelumnya, saya nggak pernah merasa seyakin ini dengan seorang perempuan. Tapi dengan kamu, saya yakin jika penantian saya untuk mendapatkan pasangan yang memang benar-benar cocok untuk saya telah berakhir. Sesungguhnya kamu adalah perempuan yang saya cari selama ini. Saya harap, kamu bisa menerima segala kekurangan yang saya miliki Isna..." Ungkap Malik menjelaskan.

Cukup bagi Malik merahasiakan soal malam di mana terjadinya kekhilafan itu, dan Malik tidak ingin menutupi apapun tentang kisah masa lalunya dari Isna. Itulah sebabnya, dia berniat untuk menceritakannya pada Isna malam ini.

Malik hanya berharap, bersama Isna dia bisa benar-benar melupakan masa lalunya bersama Kinara, untuk kemudian menjalani kehidupan baru di masa depan, tanpa harus lagi terjebak dalam lumpur penyesalan dan rasa bersalah yang seolah mendarah daging di hatinya, di dalam jiwanya.

Bahkan tidak cukup rasanya hanya dengan mengkonsumsi obat-obatan penenang. Jika Malik sudah teringat pada Kinara dan mengenai alasan Kinara memutuskan untuk bunuh diri, Malik seringkali merasakan kecemasan berlebih. Mimpi buruk yang terus menghantui, tiba-tiba berkeringat di malam hari padahal suhu ruangan di kamarnya sangat dingin, dan bayang-bayang Kinara dengan tubuhnya yang sudah kaku berlumuran darah membuat Malik kian dirundung frustasi akut.

Dan semua hal buruk yang mengerikan itu tak mampu Malik lupakan hingga saat ini.

Keduanya masih saling menatap. Terdiam dalam keheningan keadaan sekitar.

Semilir angin malam itu berhembus dingin membawa rintik hujan yang seketika menyapa kulit.

Kalimat terakhir Malik membuat ingatan Isna berputar pada kejadian di halte bus waktu itu. Tepatnya, ketika dirinya mengetahui sesuatu hal yang menjadi rahasia terbesar dari seorang Malik.

Dari sorot mata Malik yang sendu, Isna seolah melihat ketulusan dan sebuah harapan besar di sana.

Sorot mata Malik terasa menghangatkan sanubarinya. Membuat Isna merasa nyaman.

"Om nggak perlu sungkan untuk mengatakan semuanya sama saya. InsyaAllah saya pasti akan mengerti,"

"Tapi masalahnya, apa yang saya derita selama ini cukup mengkhawatirkan dan saya belum pernah menceritakan hal ini pada orang lain,"

"Om, saya mengerti kok. Dan sebenarnya, saya juga sudah tau apa yang ingin Om bicarakan pada saya sekarang,"

Kening Malik berkerut samar.

Isna sudah tahu?

Darimana Isna bisa tahu tentang masa laluku?

Pikir Malik membatin.

"Baiklah, hal seperti itu memang sangat sensitif dan pastinya memalukan untuk dibahas. Jadi, lebih baik sekarang, kita istirahat saja ya Om, saya capek," ucap Isna setengah merengek.

Isna sudah bangkit dari sisi Malik, sementara Malik masih berusaha keras berpikir mengenai asal muasal Isna mengetahui rahasia masa lalunya yang bahkan tak pernah dia ceritakan pada ke empat mantan istrinya terdahulu.

Yakni, tentang dirinya yang pernah menjadi salah satu pasien kejiwaan di sebuah Rumah Sakit Jiwa di Loss Angeles.

*****

DUDA KHILAF (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang