06. Seek

15 3 0
                                    








"Dua,tiga!"

Teriakan Vourghabel mengindikasikan untuk melompat berbarengan. Aletha tertawa keras saat kedunya berhasil menaikkan poster. Sebenarnya Elnara bisa saja membantu menaikkan nya, tapi gadis itu sibuk membagikan surat undangan.

Suara dari kelas mereka terdengar menyenangkan dan penuh candaan. Persiapan penampilan membuat seluruh remaja sihir itu bersemangat.

Beralih dari seluruh perspektif, percakapan kecil serius yang lain mengalihkan pemikiran bahwa hal ini akan berjalan dengan nyaman.

"Vincent abu-abu, antara setuju atau tidak. Setelah kejadian itu, aku harus terus pergi ke ruangan organisasi, namun dia tak pernah ku temui. Bahkan, pihak lain bingung karena Vincent tak pernah membahas hal itu," gundah Whale.

Alice mengangguk sedang Magdalena yang sudah membaca pikiran Whale hanya melirik pelan untuk melihat ekspresinya sementara tangan nya bergerak memperbaiki kostum.

Alice melirik pelan Elvano yang menatap bosan dengan keadaan sekelilingnya.

"Berarti mau tidak mau, kita harus menyediakannya sebuah peran," usul Magdalena.

Alice mengangguk, "Vincent dengan arogansi yang kuat bahkan tak bisa menyalahi Elvano dan terdiam, maka kita bisa manfaatkan ancaman anak itu."

"Aku sebenarnya khawatir, ini akan menjadi bumerang jangka panjang," ragu Whale, "Elvano tidak mau memberitahu apapun."

Magdalena mendadak berhenti dari gerakannya menyatukan gaun, "jangan lupakan Elnara."

Ketiganya saling menatap satu sama lain bergantian, seolah mengerti.





Ketiganya saling menatap satu sama lain bergantian, seolah mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




























Jayhian tersenyum membagikan beberapa kartu undangan dengan efek sihir. Jylosie dan Elnara juga tersenyum dengan ramah, sesekali  berubah datar kala melihat beberapa penyihir menolak undangan setelah melihat warna line jubah ketiganya.

"Serius saja, ide gila mereka berdua membuat ku terdiam," hela Jylosie.

Kedua manusia lain terkikik, ketiganya mendadak berhenti dan menyandarkan punggung sejenak pada pembatas dinding.

Elnara membalikkan tubuhnya dan meletakkan lengan pada dinding pembatas, melirik taman ditengah gedung. Gadis itu merasakan angin yang menyapu rambutnya. Tangannya terangkat naik memainkan angin untuk berkumpul disekitar jarinya.

"Losie, aku tidak pernah melihat mu menggunakan kekuatan?" celetuk Elnara membuat Jayhian memiringkan kepala penasaran. 

"Eh, masa sih?" kaget Jylosie membuat Elnara mengangguk.

"Perasaan aku pernah menggunakannya, waktu itu, kepala Izuna terbentur dinding kelas secara tidak sengaja, lalu aku mengobatinya. Elnara juga disana," jelas Jylosie membuat Elnara semakin bingung.

[-08] : AXIOMATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang