10. Risk

12 1 0
                                    


Hans menghela napas dengan tak tenang. Manusia di ruangan tersebut hanya terdiam dan tak bergeming. Langkah darurat yang diambil secepatnya, justru berlalu dengan penolakan salah seorang guru yang baru datang kedalam ruangan kesehatan.









 Langkah darurat yang diambil secepatnya, justru berlalu dengan penolakan salah seorang guru yang baru datang kedalam ruangan kesehatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak boleh menggunakan pengobatan sihir hitam disini! Radiasi nya sangat kuat," potong Profesor Alya.

Perempuan setengah baya itu menatap seluruh siswa dihadapannya dengan keras dan tidak berpikir lebih jauh, bergerak untuk mendekat kearah Caramel. Cahaya kecil perlahan muncul dari tangan tersebut.

Dalam sepersekian detik padatan seperti permata muncul ditangan guru kesehatan tersebut. Tepat setelah itu Alya meletakkan batu tersebut tepat di dahi Caramel. Lantas mengalihkan pandangan nya pada manusia diruangan tersebut yang menatapnya bingung.

"Anak ini akan aman selama beberapa waktu dan jangan mencoba melakukan hal beresiko seperti itu."


.

.

.


.

Atmosfer ruangan menjadi semakin pekat, rasa sedih turut bercampur. Rahasia yang terbongkar secepat itu, meski masih menjadi perdebatan dipikiran masing masing mereka.

Izuna perlahan bergerak mendekati Hans, badan nya menunduk seperti posisi duduk lelaki itu. Menepuk pundak pemuda itu perlahan, matanya menatap dengan serius.

"Kematian pada koridor biru, bukan dari pihak sekolah," bisik Izuna pelan membuat Hans turut membalas tatapan serius pemuda itu.

Yang lain mulai menaruh atensi nya kepada kedua orang disana. Bahkan, Vincent, sang ketua organisasi belum beranjak keluar dari ruangan teresebut sedaritadi.

"Simpulkan saja sendiri," balas Hans kembali menatap lurus.

Izuna terkekeh lantas membalas pernyataan Hans, "lebih baik kau jelaskan saja sekarang, atau Elianna . . ."

Tak melanjutkan kalimatnya Hans tersentak, "ada apa dengannya?"

Baru ingin mengangkat bicara, suara ketukan langkah kaki terdengar lugas dan ramai memasuki ruangan tersebut. Terlihat dua wajah familiar dan seorang dengan wajah asing memasuki ruangan.

"Alice, Whale ...," gumam Aletha.

Kedua manusia itu mendekati ranjang Caramel. Sedang lelaki yang turut datang bersama keduanya hanya bergerak kearah dinding ruangan. Beberapa dari manusia diruangan tersebut saling bertatapan satu sama lain melihat wajah baru tersebut.

Vourghabel berbisik pada Casey, "hei, aku tidak salah lihat kan?"

Casey mengangkat alisnya naik sebelah, "salah apa?"

Magdalena yang dapat membaca pikiran keduanya langsung melangkah mendekat, "iya, aku tau dia tampan, tapi tolong perhatikan waktunya."

Vourghabel dan Casey terkaget dan tersenyum susah. Magdalena menggelengkan kepalanya heran, "daripada kita disini saja, tolong kabari anak kelas lain melalui surat agar terus berhati-hati."

[-08] : AXIOMATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang