09. Fall in . . .

17 2 2
                                    




Mereka menyebutnya kutukan, banyak yang menyebutnya ritual sebelum penobatan dilaksanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka menyebutnya kutukan, banyak yang menyebutnya ritual sebelum penobatan dilaksanakan. Namun, bagi Alice itu hanya seonggok mitos dengan maksud tertentu dalam setiap kejadian.

"Permisi, nona, ada kiriman surat yang berasal dari akademi," celetuk Rusell.

Lelaki berusia sepantaran dengan Alice itu terlihat memberikan sebuah amplop kecil. Lelaki yang merupakan keturunan dari tangan kanan keluarga gadis itu hanya diberikan tatapan heran.

Alice mendekat perlahan mengambil amplop dari tangan lelaki itu, "panggil seperti biasa saja, Rusell."

Rusell menghela napas, menjaga kesetiaan dan kesopanan keluarganya sering sekali dihancurkan dengan nona atasannya sendiri. Apalagi dengan ucapan 'ayahku tidak akan menghukummu'.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Alice berbasa-basi, sedang tangannya berfokus untuk membuka surat.

Rusell mengangkat bahunya, "tidak lebih baik, hanya mengerjakan beberapa pengeluaran dapur."

Alice tertawa kecil, "kau menggunakan deduksi mu dengan baik."

Lelaki itu membalas nya dengan senyuman, "yeah, dan kau lebih memilih untuk tidak berpikir dibanding dengan deduksi mu itu."

Perkataan menusuk yang diberi Rusell membuat Alice menatapnya dengan tatapan kesal, "heh, kau semakin jago menyindir."

Rusell tertawa, "nama tengahku itu menyindir."

Kembali dengan fokusnya pada surat, Alice mulai membaca kiriman surat. Rusell berpikir sejenak untuk memperbaiki beberapa jubah gadis itu dan melipatnya dengan baik.

Hingga suara decitan kursi membuat lelaki itu berlari bingung. Menemukan Alice yang terduduk memegang kepalanya tertunduk. Rusell bergegas menemui gadis itu dengan raut khawatir.

"Kau baik-baik saja?"

Alice mengangkat tangannya perlahan menunjukkan balasannya. Tangannya bergetar lantas menatap Rusell, "a-aku akan balik ke akademi."

Lantas berdiri dengan cepat mencari tas kecil dan memasukkan beberapa pakaian lnya. Rusell menarik tangan gadis itu, "untuk apa Alice?"

"Ingat gadis bernama Caramel yang pernah aku ceritakan?" tanya Alice membuat Rusell mengangguk.

"Dia terluka," jelas Alice singkat yang membuat Rusell mengerti akan apa yang dirasakan gadis itu.

Alice, selalu melakukan keputusan yang terburu-buru. Nona nya yang satu ini, bahkan tidak mempertimbangkan nyawanya saat mendapat surat tersebut. Rusell menatap punggung gadis yang sedang begerak tersebut.

Dan putusan asal Rusell yang membuat Alice terkejut.

.


.


[-08] : AXIOMATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang