****Alexandra berjalan menyusuri lorong laboratorium, gadis itu baru saja menyelesaikan penelitian ramuan. Berkutik ditempat itu tak membuatnya sadar hingga Whale mengirimkan pesan untuk kembali ke aula sekolah.
Bergegas mengejar keramaian, Alexandra yang merasa seram ditengah kerumunan itu berlari cepat menuju pintu aula. Tak sadar seseorang dari samping juga berlari cepat.
"Perlahan!" teriak seorang gadis membuat Alexandra menahan tubuhnya. Hingga tubuh seseorang melewatinya dengan cepat.
Gadis itu memutar pandangan, mencari sang peneriak, "Aurelia!"
Alexandra mengejar Aurelia yang dipapah oleh anak lelaki kelasnya. Dean menghela napas, lelaki itu tak sengaja menemukan Aurelia terjatuh akibat dorongan brutal dari para penyihir.
"Yang berlari cepat tadi meminum ramuan kecepatan tingkat tinggi, kontrol tubuhnya sudah hampir tak berdaya, hitungan nya akan berhenti dalam sepersekian detik, mungkin dia akan—"
Teriak dan kesakitan terdengar keras menghentikan ucapan Aurelia. Ketiganya mengintip cepat pada manusia-manusia di aula yang sudah meminggir, beberapa diantaranya terjatuh akibat tabrakan keras lelaki yang meminum ramuan tersebut.
Kekacauan pada ruangan menyebabkan suasana yang agak konyol.
"Yeah, aku tak yakin akibatnya separah ini," celetuk Aurelia membuat Dean dan Alexandra melirik pelan pada gadis itu. Ketiganya terkekeh pelan.
"Kepada seluruh siswa, silakan berdiri sesuai kelas!"
Perintah dari dalam aula membuat ketiganya kembali bergegas mencari barisan. Alexandra turut membantu Dean.
"Lihat wajah beragam anak kelas kalian," aneh Dean saat melihat ekspresi anak kelas.
Seolah-olah Aurelia sedang mengalami hal besar. Gadis itu menatap datar sedikit kehebohan ditengah kelas koridor biru yang lain. Whale yang merasakan keributan lantas mengirim telepati membuat siswa kelas langsung terdiam.
"Itu anak kelas mu juga," balas Alexandra terkikik setelah melihat anak kelas yang terdiam horor mendengar telepati tersebut.
"Kita disini saja," celetuk Aurelia saat merasa dirinya tak kuat berjalan.
Keduanya mengangguk, tak lagi berusaha mencapai barisan, lantas meminggirkan posisi ketiganya pada aula. Setidaknya, tidak akan menjadi tindak pelanggaran melihat beberapa manusia lain juga turut melakukan hal yang sama.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Seperti yang kalian ketahui, penyerangan dilakukan tanpa ada kejelasan. Penggunaan mantra perlindungan selalu hidup, namun tak terasa sedikitpun ancaman pada menit-menit penyerangan mengakibatkan kekacauan. Kami para dewan guru turut bersedih akan kejadian pada hari ini. Oleh karena itu, saya Profesor Pierre sebagai penanggungjawab festival tahun ini, akan mengundurkan kegiatan festival," umum Pierre.
Bisikan terdengar satu sama lain, diantaranya kekecewaan terdengar karena lelah mempersiapkan kegiatan yang lantas berakhir dengan tak baik.
Meski seharusnya kekhawatiran mengakhiri semua kelas, apalagi kematian yang biasa dialami koridor biru menyebar pada koridor lain. Mungkin akan dilakukan beberapa penyelidikan berkala, harusnya.
"Maaf, sebelumnya profesor, kalian akan menyelidiki siapa pelakunya, kan?"
Angkat tangan dan pertanyaan yang dilemparkan oleh okunum membuat alihan cepat pada seluruh siswa sekolah. Profesor Pierre terdiam, bayangan kacamatanya yang mulai terlepas membuat seluruhnya menatap tak percaya satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[-08] : AXIOMATIC
Teen FictionTo be loved or to be respected. Dunia yang rusak dan mereka yang terberkati. Yang tersayang diberi perlindungan. Yang berkuasa memberi perintah. Semuanya menaiki kapal yang sama. Jika seharusnya pemimpin yang terkuat, mengapa harus manusia lain data...