13. A CHANCE

3 1 0
                                    


Suara tapak menyahut satu sama lain di sekitar lorong. Vourghabel memadu langkahnya bersama sisa anak koridor biru yang melarikan diri dari kediaman hanya untuk menemui. Tak terlepas oleh kembar tak seiras beserta Aurelia, tentu saja Orion dan Aletha.

"Tunggu sebentar, kenapa kita sangat terburu-buru?" celetuk Aletha membuat manusia lain yang ada berhenti dan menatapnya.

Saling bertatapan seolah dapat membaca pikiran satu dengan yang lainnya. Jumlah mereka cukup banyak dalam satu kasus serangan. Apalagi tidak mungkin musuh akan menunjukkan diri dengan jumlah mereka sebanyak ini.

"Entah aku harus menjawab itu dengan apa," balas Jylosie malah terdiam.

Jayhian mengangguk, "yah, sejauh kita bisa membaca seluruh bagian sekolah ini, kita tidak perlu khaw—"

Belum selesai pemuda itu menyelesaikan kalimatnya, suara dentuman membuat kelimanya melirik satu sama lain dan mulai berlari dengan cepat. Mengalahi kebingungan Hans yang baru saja melewati beberapa ruangan dari unit kesehatan. Kelimanya tidak berbicara apapun sebelum Vourghabel membuka pintu unit kesehatan dan menutupnya kencang.

Aurelia terduduk dengan napas tersendat lantas berbicara. "Aku berjanji akan berhenti serius, tapi kejadian ini membuatku menarik kata-kataku."

Elvano yang melihat kelimanya hanya menghela napas. Meski meliriknya sekilas, lelaki itu sudah tahu apa yang terjadi, apalagi teriakan napas Orion yang lelah dan memilih untuk tertidur dilantai.

"Jay—hian kau ba—jingan sekali!" teriak pasrah Orion dengan napas tersenggal.

Jayhian tersenyum kikuk masih terengah, "ma–maaf, bro."

Jylosie yang lelah menatap sekitarnya, melirik dua manusia yang berada satu ruangan tersebut. Tatapannya tak lepas dari seorang gadis yang melihat kelimanya dengan datar. Vourghabel menahan semua pergerakan dan sekiranya perkataan yang akan keluar dari gadis itu dengan gelengan. Jylosie hanya menghela napas lalu membantu Aurelia untuk berdiri.

Keduanya mendekat kearah ranjang yang terisi tersebut. Sendu, seluruh suasana ringan itu mendadak berganti dengan atmosfer berat yang terjadi.

"Aku melihat Hans berlalu dari sini," basa basi Orion yang terdengar seperti bukan topik yang bagus bagi Elvano.

Lelaki itu menghela napas lantas bertanya, "kalian mengetahui faksi Acerilly?"

Sisa dari mereka menatap dengan penasaran, entah apa yang akan coba Elvano bahas. Tapi setidaknya, perjalanan ini harus diselesaikan dalam waktu yang cepat. Mau tidak mau, semuanya harus terlibat.










AXIOMATIC

"Prof, Prof!" panggil Hans kuat saat melihat bayang seorang lelaki yang rambutnya hampir dipenuhi uban. Pemuda itu terkejut ketika lelaki tua itu menyerangnya dengan tongkat yang hampir mengenai ulu hatinya sebelum Hans menahan tongkat tersebut dengan kekuatannya yang berbentuk perisai.

Profesor Ash melirik kebelakang sebelum akhirnya tersadar bahwa ia menyerang muridnya. Telinga nya mungkin menjadi salah satu alasan.

"Ada apa putra penobatan?"

Suara Profesor Ash terdengar sangat lembut mengalun telinga Hans meski lelaki itu sudah sangat tua dan renta. Banyak dari antarsiswa yang menyebarkan cerita aneh mengenai kehidupan lelaki tua ini, tanpa terkecuali mengatai umur nya yang sudah cocok untuk meninggalkan dunia apalagi rumor bahwa dia melakukan perjanjian dengan alam bawah tanah. Tetapi tidak untuk anggota organisasi dan tiap anak penobatan yang begitu mengenal lelaki ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[-08] : AXIOMATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang