Part 4

618 32 2
                                        

Lima bulan setelah ayu merid.
Tiba tiba berita ayu ingin bercerai muncul.

"Lu benar yu? Udah di pikir matang2? " tanya wendi.

"Di pikirin yang matang yu, misal kan hal sepele mah di bincang dulu. Ini isu cerai yu. gue ama wendi aja selalu ribut kok.. tapi kita harus give and take dalam rumah tangga.. lagian lu kan baru berapa bulan merit.. kalian lagi fasa menyesuaikan diri.. " Tasha memberi nasihat.

"hmmm.." ayu menarik nafas cukup berat.

"Lu kenapa? cerita yu. Kita semua ada. Keluarin semua unak unak dalam pikiran lu.. " Wendah mengengam tangan ayu yang duduk di sampingnya.

"Dia selingkuh. Dan gue punya bukti. Dia di kamar sama cewek. Dan lebih gue ngak bisa terima,Gue kenal itu cewek. " Ayu bersuara. Dan air mata mula turun membasahi pipinya.

"Siapa? " Ruben yang tadi hanya diam mula bersuara dengan nada tegas.

"Kirana.  sekretaris di kantor Jay. " Tangis ayu mulai reda.

"sejak kapan sih ayu? kok lu baru cerita? " wendi bertanya.

Wendah dah Tasha yang duduk di kiri dan kanan ayu mula merangkul ayu dalam pelukan mereka. Rupanya bukan hal sepele seperti yang mereka duga.

"beberapa bulan lepas kita nikah, gue udah syak ada yang ngak beres. Tapi gue positif thinking aja. Mungkin mereka dekat kerna kebanyakkan kerja mereka bareng. Tapi kemuncaknya sih bulan lepas gue terima foto foto mereka. Dan sejak dari itu gue keluar dari rumah. " Ayu mula bercerita kisah yang selama ini di pendam.

"Terus sekarang lu tinggal di mana? kok ngak bilang sih dari awal.." Tanya ruben.

"Gue balik ke rumah orangtua gue. Dan orangtua gue udah setuju dengan penceraian ini. Gue ngak tega lagi hidup dengan dia. Ternyata bahagia yang gue harap terjadi itu hanya mimpi.. "

Ayu memejamkan seketika matanya seolah mencari kekuatan,sebelum lanjut berbicara..

" Dan satu hal lagi yang lu semua harus tau.... Gue lagi hamil. "

"Ya Ampun, benar yu?" Wajah Wendah berubah ceria

"Yahh Congrats yu, berapa bulan sih. Pantasan lu agak dikit berisi. gue pikir lu lagi naik berat aja.. " Tanya Tasha.

"Makasih ya, Udah mau jalan 3bulan, dan satu hal lain nya, Jay ngak nerima bayi ini.. katanya gue yang selingkuh, demi Allah ini anak Jay.. " Tangis ayu lagi..

"Ya ampun, pengen gue nabrak pake trak si itu orang.." Wendah meluahkan rasa geram setelah mendengar cerita ayu..

"Lu yang sabar ya,kita semua ada buat lu.." Tasha turut memberi semangat buat ayu..

"Ngak papa kali yu, Anak ini ngak salah. Anggap aja dia di kasi Tuhan untuk beri lu kekuatan ya, tetap semangat demi anak lu.. " Wendi bersuara setelah hanya menjadi pendengar dari tadi.

"Yu,Ivan udah tau semua ini? " Tanya Ruben yang dari tadi hanya mendengar. Ada rasa marah di dalam diri ruben. Ayu udah di anggap seperti adiknya sendiri..

Ayu memandang Ruben.

"Ngak. Gue udah ngak contactkan ama ivan sejak dari dia tau gue balakan merid. Ben,Jangan kasi tau ivan yah. Dia lagi bahagia. Jangan di ganggu..Gue yang mencipta jarak antara kami, dan biar gue yang tanggung ini semua.."

................

RUSIA..

Sengaja Ivan mengajak Ross untuk dinner malam ini kerana ada sesuatu yang mau ivan bicarakan..

"Ross, Aku ada sesuatu deh yang aku mau kasi tau ke kamu.." Ivan memulakan bicara setelah mereka selesai menjamu selera..

"Ya terus? Lanjut ngomongnya aku dengar...."

"Hm, kamu baik. Kamu cantik. Aku senang kok ada kamu di sini.. Dan aku juga sayang sama kamu.. " Ivan menhentikan bicaranya dan menatap Ross..

"Jadi,habisin dong ayat kamu,kok susah amat.."  Walaupun sebenarnya Ross merasa bahwa dia udah mula mengerti maksud dari kata ivan tadi.

"Tapi aku ngak bisa sayang kamu lebih dari sayang seorang teman. Maafin aku ross, jujur aku udah coba tapi aku ngak bisa. Aku belajar untuk mengubah sayang itu pada cinta, tapi aku ngak berjaya ross. Dan aku pikir aku harus jujur dengan aku. Aku ngak mau terus berpura gini,kerna itu akan buat kamu lebih sakit nantinya.. " Ivan menatap wajah Ross yang kelihatan biasa saja tanpa sebarang reaksi.

Ross melemparkan senyum pada ivan dan mengengam tangan ivan yang ada di atas meja.

"Sudah aku agak ini semua van. Kamu ngak perlu rasa bersalah. Aku ngerti, Aku bahkan mau ngucapin terima kasih kerna kamu jujur. Yah,kita ngak bisa memaksakan yang namanya cinta. Aku ngerti. Terima kasih kerna pernah mencoba. Aku hargain usaha kamu itu. Tapi kita masih bisa jadi temanan kan? meski waktu kita udah pulang ke Indonesia nanti? " Tanya Ross pada ivan.

"Pasti dong! kita tetap temanan. sampai kapan pun itu, mau di Rusia atau Indonesia,Kamu tetap teman aku.  makasih ya ross. " Ucap Ivan yang akhirnya lega. Ternyata berlaku jujur dengan ross tidak sesulit yang dipikirkan nya..

"maaf yah van, aku bisa nanya ke kamu sesuatu ngak? "

"Bisa.. Apa? "

"Ini semua kerna foto wanita yang ada di dompet kamu yah? Siapa sih dia? Maaf yah aku ngak sengaja lihat  foto  itu waktu kamu buka dompet kamu di depan aku tempoh hari.."

Ivan hanya tersenyum. 

"Cukup kamu tau dia siapa.. Dia Ayu. Ayu Rosmalina, Teman baik aku sebelum aku kesini.. " Bibir ivan nengukir senyum pass menyebut nama ayu..




-TBC-

"LELAKI SEPERTI DIA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang