Agustus 2018
Hari terakhir masa orientasi dimanfaatkan oleh mahasiswa baru sebagai ajang foto bersama, mengabadikan kenangan terakhir sebelum mereka benar-benar menjalani status sebagai mahasiswa yang berkutat dengan materi dan tugas kuliah. Nadira menjadi satu diantara banyaknya mahasiswa baru yang melakukan hal tersebut. Setelah selesai berfoto dengan teman-teman satu gugusnya, dia langsung berlari ke bawah pohon mangga tempat dimana dia bersama ketiga sahabatnya berjanji untuk berfoto bersama.
Di bawah pohon mangga sudah ada Angkasa yang menunggu sembari mengernyitkan dahinya mengamati mahasiswa yang berlalu lalang. Mulutnya akan menggerutu kecil di balik masker hitam yang dia pakai apabila dimintai tolong untuk memfoto. Salah satu sahabat Nadira yang menyandang status sebagai mahasiswa teknik arsitektur itu memang tidak terlalu suka bersosialisasi dengan orang baru.
"Sa, fotoin gue bentar dong sama temen gue ini."
Angkasa menoleh pada sosok perempuan yang sudah berdiri di sampingnya. Indi teman satu SMA nya yang statusnya juga pacar Dito sahabatnya. Sekarang pun masih menjadi teman, tapi statusnya ganti jadi teman satu jurusan di bangku kuliah.
"Bayar lima puluh ribu," ucap Angkasa bercanda, tapi dengan nada bicaranya yang datar.
"Kebiasaan matre."
Bukan Indi yang ngatain Angkasa, tapi Nadira yang kemudian juga noyor kepala Angkasa dari belakang. Melihat tindakan Nadira itu, salah satu teman Indi ketar-ketir sendiri takut Angkasa ngamuk. Soalnya tiga hari yang lalu, teman Indi itu ngeliat Angkasa maki-maki salah anak cowok gugusnya gara-gara gak ngerjain tugas gugus dan membuat semua orang kena hukuman. Temen Indi itu gak siap melihat Angkasa dalam mode maung.
"Hilih. Kayak lo kagak aja!" balas Angkasa lalu memiting leher Nadira.
Melihat ajaibnya Angkasa gak marah, temen Indi itu langsung melongo.
"Ndi, gue kira temen lo itu kek preman."
Indi mendengar bisikan dari temannya cuma bisa mengernyit bingung. "Ha?"
Akhirnya yang fotoin Indi sama temennya itu Nadira.
Gak lama setelah kepergian Indi dan temannya, datang lah pacarnya Indi aka Dito bersama dengan Yuda. Mereka berdua kelihatan banget lesunya, apalagi muka Yuda yang udah kayak kilang minyak mana kusam lagi. Menurut Nadira, muka lesu mereka berdua itu dipengaruhi karena ketua gugus pas di lapangan berdiri paling depan, otomatis terik matahari langsung kena ke muka dan mereka entah apes atau beruntung dipilih jadi ketua gugus.
Waktu pertama kali Yuda cerita kalau dia dipilih jadi ketua gugus yang namanya Nadira sama Angkasa ketawa ngakak melihat bagaimana sepetnya muka Yuda saat itu. Menurut Nadira, ekspresi Yuda waktu itu seakan ngerasa dunianya runtuh seketika karena dipilih jadi ketua gugus. Ya gimana, Yuda merasa dia gak punya jiwa kepemimpinan kayak Dito yang emang terbiasa jadi anak organisasi. Yuda terpilih karena beberapa anak gugusnya tahu siapa Yuda yang notabene anak SMA 8, atlit panahan, keyboardist band ABC (Band SMA 8) walaupun pendiam tapi ramah. Oknum-oknum yang tahu siapa Yuda itu mendadak jadi tim suksesnya, melebih-lebihkan cerita tentang Yuda hingga membuat anak-anak yang gak tahu jadi tercuci otaknya.
"Sumpah ya gue mengutuk manusia-manusia yang sukanya numbalin orang lain!" umpat Yuda sambil menyeka keringat yang bercucuran di dahinya.
Melihat muka Yuda yang memerah, Nadira spontan mengarahkan kipas angin mini portable miliknya, setidaknya Yuda sedikit merasakan kesejukan.
Sementara itu, Angkasa yang merasa di atas angin karena jadi anak biasa-biasa aja langsung memasang raut wajah sombongnya sambil mengibaskan rambutnya yang tidak ada pergerakan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lay Your Head On Me
FanfictionThe Identity Series#1 Nadira Riyani si pejuang kehidupan yang mencoba untuk memahami eksistensi dirinya sendiri di dunia. Di tengah upayanya mencari arti, Baratayuda Pamungkas hadir menemani. Mencoba membuktikan pada Nadira jika dirinya bukan hanya...