Tembok yang Runtuh

164 27 7
                                    

Setelah lima hari berkompetisi di Thailand, Yuda bersama tim archery nya kembali ke Indonesia dengan jam penerbangan sore. Dia harus menelan kekecewaan setelah upayanya tidak membuahkan hasil kemenangan. Sejak selesai bertanding hingga perjalanan menuju Indonesia Rino selalu menghibur Yuda dengan melontarkan candaan-candaannya yang garing, Yuda menghargai usaha Rino maka dia sesekali tertawa walaupun agak dipaksakan.

Yuda takut jika kekalahannya juga menjadi takdir atas kekalahannya memenangkan hati Nadira. Padahal cocoklogi yang ada dipikiran Yuda itu sama sekali gak ada hubungannya. Soalnya Yuda gak bisa menebak isi hati Nadira sama sekali, apakah sahabatnya itu juga menyukainya atau tidak? Soalnya sejak dulu Nadira selalu baik pada Yuda, memberikan perhatian yang menggetarkan hati sehingga dia tidak bisa membedakan sikap Nadira itu sebagai teman atau sebagai perempuan. 

Yuda berpisah dengan Rino di gate kedatangan karena Rino udah menemukan kedua orang tuanya yang menunggunya dengan senyum yang lebar. Setelah menyapa sebentar, Yuda melanjutkan langkahnya keluar mencari taksi yang bisa mengantarkannya pulang ke rumah. Jujur saja Yuda lelah hati dan pikiran, dia butuh tidur yang lama agar semuanya terasa jernih. Namun, langkah Yuda memelan setelah melihat sosok yang tidak asing baginya.

Perempuan berambut coklat sepinggang yang tidak diikat menggunakan kaos putih polos dan celana jeans sederhana dilapisi dengan kardigan coklat bermotif marble. Tas hitam yang diselempangkan ke bahunya juga sangat Yuda kenal, hadiah ulang tahun dari Indi untuk Nadira. Perempuan itu, Nadira yang bersandar pada tiang penyangga bangunan. Sosoknya tertunduk sambil sesekali mengamati orang yang lewat seperti mencari keberadaan seseorang. Yuda yang melihat itu dari kejauhan tentu saja heran, untuk apa sahabatnya datang ke bandara sendirian.

Semakin Yuda berjalan mendekat, semakin dia dapat melihat Nadira yang terus memicingkan matanya mencoba melihat dengan jelas. Yuda tersenyum kecil melihat tingkah lucu sahabatnya itu.

"Ada yang bisa dibantu Mbak?" tanya Yuda ketika sudah berdiri di samping Nadira.

Nadira yang pandangannya memicing ke depan lalu menoleh ke sampingnya. Dia mengira jika itu petugas bandara yang mengira jika dia orang kebingungan dan butuh bantuan. Namun begitu tahu jika itu Yuda, dia langsung melebarkan matanya dan menggigit bibirnya canggung. Tadi saat di rumah, Nadira sangat yakin untuk menghampiri Yuda setelah dia mengeruk informasi pesawat yang ditumpangi Yuda melalui direct message akun resmi klub archery di instagram dan tidak semudah itu untuknya mendapat informasi. Dia harus mengirim lebih dari satu bukti yang menunjukkan dia itu memang teman dekat Yuda, sampai-sampai Nadira minta kesaksian dari mamanya Yuda. Semua itu dia lakukan karena Yuda yang sama sekali tidak bisa dihubungi.

Yuda tersenyum. "Hai Nad," sapanya berusaha santai, namun tidak bisa. Dia merasa deg-degan, apalagi pikirannya jadi penuh ketakutan.

"Yud," jawab Nadira singkat masih gugup. Keyakinannya yang dipupuk di rumah langsung menghilang ketika dia berhadapan langsung dengan Yuda. Hal yang ingin dia sampaikan juga ikut menguap.

Sama seperti Nadira, Yuda juga bingung mau ngomong apa. Dia cuma bisa berdiri memainkan tombol kuncian gagang koper. Dia juga tidak berani untuk menatap langsung ke dalam iris mata Nadira.

"Lo kesini naik apa Nad?" tanya Yuda memecah kecanggungan di antara mereka.

"Sendiri, naik kereta bandara tadi."

Kegugupan Yuda berkurang ketika mendengar jika Nadira datang ke bandara sendirian naik kereta lagi. Dia menatap Nadira teduh, ingin hati rasanya mengusap rambut Nadira, namun dia sadar jika itu mungkin dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi Nadira atas apa yang sudah terjadi.

"Ya udah. Pulangnya naik taksi aja ya? Biar gak perlu ganti-ganti kereta," tawar Yuda disetujui oleh Nadira. 

Mereka berdua pun berjalan berdampingan di antara banyaknya orang yang lalu lalang. Sesekali Yuda menarik Nadira untuk mendekat padanya ketika dari arah yang berlawanan melihat orang yang berjalan terburu-buru. Sikap Yuda membuat Nadira mengedipkan matanya berkali-kali karena terkejut.

Lay Your Head On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang