Rahasia tak Terhindarkan

73 19 4
                                    

Rumah Dito itu selalu sepi, orang tuanya kerja di luar negeri, ada sih asisten rumah tangga tapi cuma dari pagi sampai sore doang. Dengan alasan-alasan itu, Dito dengan sendirinya mendeklarasikan rumahnya sebagai markas untuk Extravaganza, ketiga tetangganya itu sama Dito dikasih satu-satu kunci rumahnya dia. Kalau Dito lagi nginep di tempat lain, kadang malamnya Angkasa jagain rumahnya, kadang kalau Nadira merasa rumahnya terlalu berisik dia bakal ngungsi belajar di rumah Dito. Bahkan barang-barang ketiga tetangganya itu sebagian ada di rumah Dito. Bagi ketiga temannya, rumah Dito itu semacam rumah kedua dan tempat pelarian terbaik kalau lagi ada masalah.

Dulu waktu papanya Yuda meninggal dia pinjem kamar Dito untuk nangis sejadi-jadinya, Angkasa yang kelihatannya selalu seneng dan santai aja pernah nangis sesegukan karena patah hati pertamanya, kalau Nadira gak terhitung sih dia setiap ada masalah apapun bakalan semedi di kamar Dito. Pokoknya kamar Dito itu saksi bisu buat kesedihan keempat sahabat yang udah bertetangga sekian tahun lamanya.

Hal itu juga yang mendasari Dito memutuskan untuk jadiin satu kamar gak kepakai di rumahnya sebagai ZEE (Zona Eksklusif Extravaganza), Dito izinin temen-temennya mau jungkir balik, jadi lumba-lumba, terserah.

Kayak hari ini Nadira memilih untuk belajar di kamar ZEE karena kebetulan yang punya rumah katanya mau nginep di kosan temen jurusannya. Keheningan di rumah Dito tentu saja bakal dimanfaatkan sebaik-baiknya sama Nadira. Niatnya dia mau review materi sampai jam 11 malam, habis itu baru mau balik ke rumah buat tidur.

Tepat jam 11 Nadira bener-bener menyelesaikan baca materi yang jadi bahan kuis kelas acara perdata besok. Dia pun beresin perlengkapan belajarnya setelah itu berdiri untuk keluar kamar. Begitu dia membuka pintu, di atas keset ada sekantong makanan ringan berbagai macam rasa dan semua kesukaannya.

Alis Nadira saling bertaut, otaknya memikirkan oknum mana yang menaruh makanan sembarangan di atas keset. Kepalanya menoleh ke kiri dan kanan mencari tanda-tanda kehidupan yang mungkin menjawab rasa ingin tahunya, namun hening. Dia lalu mengambil sekantong penuh makanan itu dan berlalu menuju dapur, namun pandangannya menangkap post it berwarna biru muda tertempel di daun pintu.

'Dimakan ya Nad. Selamat belajar'

Gak ada nama penulis post it bukan berarti Nadira gak tahu. Dia hapal betul satu persatu tulisan dari para sahabatnya. Tulisan tangan hurufnya kecil-kecil dan rapat itu gayanya Yuda, tulisan tangan cantik khas sekretaris kelas itu pasti Dito, dan tulisan dengan jarak antar huruf agak jauh terus gede kecil gak karuan itu jelas banget Angkasa. Nah tulisan di post it itu jelas banget kalau tulisan Yuda.

Nadira menatap post it itu cukup lama, baru setelahnya dia cabut dari pintu dan tempel ke buku yang ada di pelukannya. Dia keluar rumah sambil menenteng kantong makanan di tangan kirinya dan tangan kanannya memeluk buku di depan dadanya.

Kebetulan di pos kamling ada Angkasa yang lagi serius menghadap laptopnya entah lagi ngerjain apa yang jelas Nadira memilih untuk menghampiri. Begitu Nadira lihat dengan jelas ke arah layar laptopnya Angkasa, dia yang tadinya ngira muka serius Angkasa itu karena lagi ngerjain tugas tahunya lagi nonton drakor.

"Oy Sa!" Sapa Nadira lalu duduk di pinggiran pos, kakinya menggantung.

Angkasa mendongakkan kepalanya lalu menaruh di lantai laptop yang tadi berada di pangkuannya. Dia mengamati wajah Nadira yang kelihatan capek lalu pandangannya beralih pada kantong kresek putih di samping perempuan itu.

"Buset. Banyak bener jajanan lo Nad, bagi dong gue!"

"Ambil aja. Terserah lo mau yang mana Sa."

Dipersilakan buat ngambil sendiri tentu saja Angkasa gak tau diri. Dia mengambil chitato rumput laut yang kemasannya paling gede. Langsung dia buka, lumayan buat nemenin nonton drakor. Tadinya Angkasa mau lanjut nonton, tapi ngeliat Nadira yang ngelamun tangan dia iseng melambai di depan muka sahabatnya itu.

Lay Your Head On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang