Jadi Mahasiswa

92 24 8
                                    

Kuliah itu....latihan jadi dewasa mungkin?

Narasi itu diamini oleh keempat sahabat yang saling bertetangga. Selepas jadi mahasiswa, mereka menyadari banyak hal yang mereka rindukan dari masa sekolah. Kalau dulu waktu jaman sekolah gak perlu mikir mau pakai baju apa karena udah paten seragam, sekarang kebebasan pakai baju malah kadang bikin bingung mau pakai mix and match kayak gimana biar kelihatan rapi dan trendy. Habis itu belum lagi belajar yang tak terbatas meskipun udah ada RPKPS- nya, faktanya banyak dosen yang gak ngasih literatur paten yang bisa jadi bahan belajar alhasil mau gak mau harus mau baca banyak literatur biar kalau ditanya di kelas gak hah hoh dan waktu ujian lancar jaya.

Lebih dari itu, guru yang selalu ngingetin buat belajar dan ngumpulin tugas adalah hal paling dikangenin. Soalnya dosen gak peduli kita gak belajar dan ngumpulin tugas karena tadi titel dewasa membuat kita dirasa gak perlu apa-apa disuapin.

Seminggu ini Yuda sibuk banget, udah mulai ada praktikum, belum lagi jadwal bonding anggota baru UKM Archery sama Band. Belum lagi harus latihan di klub Archery yang udah dia ikuti dari SD. Belum lagi ngerjain tugas yang mulai dikasih. Kalau Yuda boleh memilih kemampuan spesial, dia kayaknya pengen punya jurus seribu bayangan kayak naruto atau membelah diri kayak spot amoeba peliharaan plankton di kartun spongebob.

Untungnya stamina Yuda bagus, kalau enggak mungkin aja dia udah kolaps kayak Dito yang minggu lalu dilariin ke rumah sakit karena vertigo nya kumat karena begadang tiga hari begadang ngerjain bahan ospek jurusan sama seleksi anggota BEM. Nadira yang kuliahnya masih santai udah wanti-wanti ke Yuda dan Angkasa untuk gak nyusul Dito nginep juga di rumah sakit. Bisa ribet urusannya kalau ketiganya bersama-sama masuk rumah sakit.

Sekarang Yuda lagi di study space deket kampusnya, bersama dengan temen jurusannya mereka lagi ngerjain tugas kelompok. Yuda bersyukur kelompoknya isinya anak-anak yang rajin dan gampang diajak kerja sama. Jadi gak sampai satu jam mereka udah menemukan topik paper yang bagus dan sekalian bagi-bagi tugas.

Yuda meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Beberapa teman kelompoknya sudah bubar menyisakan hanya dia, Runa, dan Sean. Suasana agak canggung buat Runa dan Yuda yang baru pertama kali ini berkenalan, beda dengan Sean yang jadi temannya di suatu matkul.

"Yud. Lo mau balik lagi ke kampus gak?" Tanya Sean sambil menata barangnya agar muat masuk ke dalam tas.

"Kenapa emangnya?"

"Tebengin gue dong? Please...ya?"

"Enggak ah. Lo naik ojek aja kalo gak bareng tuh sama Runa. Gue mau makan sama temen-temen gue."

DIjawab kayak gitu sama Yuda, Sean cemberut. Dia langsung memutar otak supaya Yuda mau kasih tebengan. "Runa juga gak bawa kendaraan. Iya gak Run?"

Runa yang awalnya cuma jadi tim menyimak mengangguk kecil. Tatapan matanya bertabrakan dengan iris kecoklatan Yuda. Seketika dia mengalihkan pandangannya.

"Tuh, ayolah Yud. sampe lo berhenti di mana deh, nanti ke FKH gue sama Runa jalan aja gak papa. Please ya...ya?"

Baru kali ini Yuda menemui sosok yang batu banget walaupun udah ditolak. Bukan apa-apa, dia cuma gak mau iktikad baiknya buat kasih tebengan ke Sean dan Runa jadi disalahartikan. Dia gak sebodoh itu untuk gak tahu kalau Sean lagi berusaha mendekat dalam konteks hubungan romantis. Yuda sadar betul tipikal orang kayak Sean itu kadang ngelunjak, mangkanya dia sebisa mungkin dari awal gak pernah kasih sinyal-sinyal kecil yang membuat harapan perempuan itu meninggi.

Sikap Yuda yang masih menimbang- nimbang itu membuat Sean cukup merasa gemas. Dia lagi-lagi berucap, "Kali ini aja Yud. Besok-besok enggak lagi deh. Suwer."

Omongan orang itu emang susah dipegang. Berkat persetujuan Yuda mau nebengin hari ini, besok-besoknya permohonan untuk nebeng dilakuin lagi sama Sean dan gak cuma itu, kemana pun Yuda pergi dia selalu jadi oknum paling pengen tahu sedunia.

Lay Your Head On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang