Chapter 8 = Leave to Japan

1.3K 219 28
                                    

Sepanjang mata emerald itu memandang, warna jingga yang mendominasi penglihatannya tak jarang awan-awan putih di langit yang mulai menggelap menjadi pelengkapnya.

Bola mata itu kemudian bergulir ke sisi kanannya, sesosok pria tampan terlihat tertidur sepanjang penerbangan menuju Jepang.

Sakura hanya bisa menghela nafas panjang, masih memikirkan kejadian tempo hari. Kepindahannya dipercepat karena mendapat kabar bahwa tenaga medis tambahan di RS Konoha diperlukan secepatnya, imbas dari sikap menyebalkan kakek Madara.

Ponsel pintar terus digenggamnya, berharap Gaara membalas pesannya. Ketika di rumah sakit tadi, dia hanya sempat berpamitan pada rekan-rekan kerjanya serta Tsunade-sama.

Gaara seperti menghindarinya, dia bahkan sengaja mengambil shift malam agar tidak bertemu dengannya. Yah, dokter Tsunade yang peka memberitahu bahwa Gaara menukar shift kerjanya dengan orang lain.

Sakura yang sedikit frustasi meletakkan ponselnya sedikit kasar pada meja lipat di depannya.

"Hn. Sakura, Kau baik-baik saja?"

"M-maaf, apa Anda terbangun karena saya?" Sakura masih sedikit tidak enak hati pada Sasuke. Dimulai dari insiden suami dan mertuanya, sekarang dia bahkan mengganggu waktu tidur Sasuke.

"Tidak, aku tidak benar-benar tertidur. Apa ada yang mengganggumu, Sakura?"

"Em.. itu kepindahan saya terlalu mendadak, banyak hal yang belum saya persiapkan, termasuk untuk tempat tinggal saya selama di Jepang"

Sakura tidak mungkin membahas tentang Gaara pada Sasuke, mereka belum sedekat itu. Lagipula, dirinya memang belum memiliki tempat tinggal di Jepang. Dia memang orang Jepang, tapi keluarganya sudah resmi pindah ke Kanada sejak dia belum lahir, dia juga tidak memiliki keluarga lain selain di Toronto, seluruh keluarganya sudah berkewarganegaraan Kanada. Saudara jauh? Dia bahkan tidak mengingat wajah dan nama mereka.

"Asistenku sudah mengurusnya, tidak perlu dipikirkan. Jika ada yang kau perlukan, kau bisa menghubungi Juugo atau menghubungiku" Sasuke sedikit berdehem ketika mengatakan untuk menghubunginya.

"Terima kasih, Sasuke-sama" Sakura bersyukur setidaknya Sasuke tidak membahas hal-hal yang berkaitan dengan keluarganya.

"Sakura, apa kau memang terbiasa memanggil orang seformal itu?" Sasuke melirik Sakura yang sedang menaikkan kedua alisnya mendengar pertanyaan Sasuke.

"Formal?" Ucap Sakura tidak mengerti.

"Kau bisa memanggilku Sasuke tanpa suffix "sama" di belakangnya, di luar area pekerjaan"

"Kalau begitu, bagaimana dengan 'Sasuke-san'?" Tawar Sakura dengan senyum di wajahnya.

"San?" Sebenarnya Sasuke berharap suffix yang lain, tapi biarlah. "Ya tentu".

Sementara Juugo yang duduk tepat di belakang mereka, hanya memutar kedua bola matanya, dia hanya menjadi obat nyamuk semata di sekitar mereka.

Dalam hati Juugo sedikit mendumel melihat sikap Sasuke yang ia nilai seperti orang yang sedang PDKT. "Oh ayolah.. dia sudah bersuami Boss! bisakah bossnya ini sedikit jual mahal sampai 'urusan' dokter pink itu dengan suaminya selesai"

"Hah.. itupun kalau benar-benar berpisah" ucap Juugo pelan pada dirinya sendiri.

********


Sakura menelisik setiap sudut apartemen yang menjadi tempat tinggalnya sementara selama di Konoha. Perjalanan yang memakan waktu sekitar enam belas jam itu, telah membuat Sakura jetlag.

Patriarki (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang