Chapter 14 = Doki-Doki

1.4K 262 16
                                    

Fugaku memasuki kamarnya dengan membawa beberapa lembar kertas dan foto. Diletakkan kertas-kertas itu di meja samping ranjangnya sebelum menaiki ranjang dan duduk di sebelah istrinya yang sibuk membaca majalah.

"Istriku.."

"Ya, Sayang?" Mikoto menutup majalah yang dia baca sebelum memfokuskan diri kepembicaraan yang akan dimulai suaminya.

"Bagaimana penilaianmu tentang dokter Sakura mu itu?"

"Jadi tentang calon menantuku ya? Tentu saja aku sangat menyukainya, dia pintar membuat kue, tutur bahasanya lembut tapi tegas dan kau bisa melihat sendirikan suamiku, bagaimana dia membuat kakek Madara tidak berkutik"

Fugaku menatap mata istrinya yang berbinar cerah saat membicarakan dokter pink itu, bahkan istrinya sudah mengklaim sebagai calon menantunya. "Hah... Tapi ada sesuatu yang harus kau ketahui tentang status dokter Sakura, istriku"

"Aku tahu kok" balas Mikoto sambil tersenyum misterius pada suaminya, "aku Nyonya Uchiha, tidak ada yang tidak ku tahu, Suamiku"

"Juugo?" Fugaku menebak, pasti istrinya mendapatkan semua informasi tentang Sakura dari tangan kanan kepercayaan Sasuke itu.

"Mungkin.. tapi kau tahu sendirikan, sayang. Kita mempunyai banyak informan" ucap Mikoto sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Hn.. ini profil keluarga Sakura dan keluarga suaminya. Ku rasa kau membutuhkannya istriku" ternyata diam-diam Ayah Sasuke juga ikut mengumpulkan informasi tentang perempuan yang berhasil mendapatkan hati putra bungsunya itu.

"Wow.. kau memang yang terbaik, Sayang. Hemm.. jadi Sakura belum memberi tahu orangtuanya tentang perselingkuhan suaminya, ya?"

"Untuk masalah itu, biarkan Sakura sendiri yang menyelesaikan" Mikoto mengangguk, menyetujui ucapan suaminya.

Fokusnya teralihkan pada foto seorang ibu-ibu yang kira-kira seusia dengannya. Sudah jelas itu ibu mertua Sakura. Mikoto menyeringai, sangat mirip Sasuke, "tidak adil kalau yang tua menindas yang muda, kau seharusnya mencari lawan yang sepantaranmu, mertua diktator! Sakura pasti akan mengalah karena tidak ingin dicap sebagai menantu durhaka. Tapi.. tidak masalahkan kalau aku yang membungkam mulut nenek-nenek ini!"

"Istriku, ada apa? Kenapa melamun?" Fugaku mengelus rambut halus istrinya yang diam menatap foto seorang ibu-ibu yang dia ketahui sebagai mertua Sakura.

"Aa.. aku lupa memberitahumu. Sasuke, dia mengambil cuti kerja selama satu minggu, dia sendiri juga yang meminta agar dokter Sakura diberi cuti selama seminggu. Ck.. anak itu, padahal Sakura baru satu setengah bulan bergabung di rumah sakit tapi dia sudah mau meliburkan Sakura" Fugaku membaringkan tubuhnya, setelah lelah seharian bekerja di kantor.

"Tunggu... Cuti? Mereka berdua?" Mikoto melempar majalah yang ada di pangkuan ke sembarang arah begitu saja. Sementara Fugaku yang melihat tingkah aneh istrinya hanya mengangguk kaku.

"Haha.. tidak masalah bukan, Sasuke selama ini tidak pernah mengambil cutinya, dia selalu gila kerja. Mungkin saja dia mau liburan ke suatu tempat dengan Sakura sekalian untuk menyelesaikan "sesuatu". Jadi, suamiku... bagaimana kalau kita liburan juga, hemm? Ke Kanada?"

Fugaku yang melihat senyum lebar istrinya hanya menghela nafas panjang, tahu pasti sesuatu sudah direncanakan istrinya.

********

Di sebuah restoran sushi terdapat dua anak manusia berbeda gender yang sedang menunggu pesanan sushi mereka selesai dihidangkan. "Sasuke-san.." sang wanita berupaya membuka percakapan.

Patriarki (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang