Chapter 7 = I'm With You

1.3K 218 15
                                    

Sakura menggigit bibirnya, terlihat jelas sedang gelisah. Dia masih ragu untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Dokter Sakura, aku bisa menunggumu di sini jika memang kau takut suamimu kembali melakukan sesuatu padamu"

Saat ini Sakura masih berada di dalam mobil Sasuke. Sesaat setelah matahari terbenam Sasuke memaksanya untuk mau diantar pulang karena tangannya sedikit sakit untuk digunakan menyetir mobil sendiri. Terpaksa mobilnya dia tinggalkan di rumah sakit.

"Tidak, itu akan merepotkan anda. Emm.. mengenai kepindahan saya ke Jepang, apakah sudah ada kepastiannya Sasuke-sama?" Dia harus memastikan hubungannya dengan Gaara sedikit membaik sebelum berangkat ke Konoha.

"Kemungkinan lusa, dan maaf jika aku berbicara informal padamu sejak tadi, dokter Sakura" Sasuke mengusap leher belakangnya, merasa tidak enak hati karena sejak tadi hanya dirinya yang merasa akrab dengan Sakura.

"Ah, tidak masalah Sasuke-sama. Jadi, keberangkatannya secepatnya itu ya?"

"Ya, berkas-berkasnya sudah lengkap dan juga-"

"Bruk Bruk"

Sebelum Sasuke menyelesaikan ucapannya, di depan sana terlihat seorang wanita paruh baya baru saja melempar sebuah koper dan tas besar dari dalam rumah Sakura.

"Ibu? kenapa ada di rumah?" Sakura segera membuka pintu mobil Sasuke dan berlari menghampiri mertuanya yang masih sibuk melempar keluar barang-barang yang dia tau merupakan barangnya ke halaman rumah.

Sasuke segera menyusul, merasa ada sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Ibu... Kenapa barang-barangku dilempar seperti ini?" Sakura tidak habis pikir, bukankah mertuanya ini sudah kembali ke rumahnya sendiri.

"Huh? Ku kira kau tidak akan pulang karena akan menjadi orang kaya!" Ucap mertuanya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa maksud ibu? Di mana Gaara? biarkan aku masuk dulu bu, kita bicarakan ini di dalam"

"Kenapa? Kau malu jika tetangga melihat kau pulang dengan laki-laki lain, begitu?" Ujar mertuanya sinis sambil menunjuk ke arah Sasuke yang berdiri di dekat pintu pagar.

"Tidak Bu, ku mohon.. ayo masuk ke dalam" Sakura berusaha menenangkan mertuanya yang terlihat begitu marah padanya.

"Kau akan ke Jepang bukan! Pergilah kalau kau mau, tapi putraku akan segera mengurus surat cerai kalian. Kau membuat putraku malu tahu!"

Sasuke yang sejak tadi memperhatikan mulai gerah melihat tingkah wanita paruh baya yang ia duga sebagai mertua Sakura.

Tapi dia tahu posisinya di sini hanyalah orang asing, dia tidak bisa ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka.

"Ibu dan anak sama saja, egois!" Batin Sasuke.

"Tidak bu, biarkan aku bertemu suamiku lebih dulu. Dia hanya atasanku Bu, dia hanya mengantarku pulang" melihat Sakura yang terus memohon pada ibu mertuanya membuat Sasuke mau tidak mau harus ikut campur untuk meluruskan kesalahpahaman mereka.

"Selamat malam, maaf jika kedatangan Saya hanya membuat keluarga kalian salah paham pada Sakura. Saya atasan Sakura, yang bertanggungjawab di Rumah Sakit Konoha di Jepang" Sasuke mendekat untuk meluruskan masalah berharap sikap bar-bar mertua Sakura itu berhenti.

"Cih.. jadi Kau yang membuat telapak tangan anakku terluka heh! Kau yang mendorongnya bukan!"

Sakura sedikit gelagapan ketika mertuanya berusaha menarik kerah kemeja Sasuke.

"Hentikan Bu"

"Minggir kau! Aku tau kau berusaha melindunginya karena dia selingkuhanmu kan?!" ujar mertuanya sambil mendorong Sakura ke arah Sasuke.

Beruntung Sasuke dengan sigap menahan tubuh keduanya agar tidak jatuh ke tanah.

"Bibi-"

"Diam kau! Apa kau tau, karena perbuatan kalian telapak tangan putra yang berharga menjadi tergores. Dia seorang dokter, bagaimana bisa kalian melukai tangannya!!"

Sakura menunduk menahan malu, malu karena mertuanya berteriak-teriak tidak tahu tempat dan situasi.

"Sakura, kau sejak dulu memang hanya menjadi penghalang karir putraku. Pergilah! aku tidak butuh menantu mandul sepertimu!" Ucap mertuanya pelan sebelum berbalik menuju rumah dan menutupnya rapat.

Sasuke menundukkan pandangannya, memastikan keadaan Sakura. "Sakura, kau baik-baik saja?"

"Hah... Maaf atas perkataan dan perbuatan mertuaku, Sasuke-sama" terlihat jelas mata itu berkaca-kaca menahan agar air matanya tidak menetes.

Sakura segera membereskan beberapa barangnya yang berceceran di tanah, terkadang matanya melirik kearah pintu rumahnya, berharap suaminya datang. Tapi sepertinya semua ini terjadi karena suaminya yang mengadu pada ibunya jika dialah penyebab dia tidak lolos menjadi dokter pribadi keluarga Uchiha.

"Sakura, kau akan kemana setelah ini?" Sasuke membantu Sakura membereskan barangnya, merasa kasihan dan bersalah karena secara tidak langsung dirinya lah yang membuat Sakura diusir oleh keluarganya.

Sakura hanya diam, meremas kuat kopernya. Tidak mungkin dirinya pulang ke rumah orangtuanya, dia tidak tega melihat wajah sedih ibunya jika tahu anaknya diperlakukan dengan buruk oleh keluarga suaminya. Apalagi ayahnya memang lebih condong pada sang suami daripada putrinya.

"Ayo Sakura.. tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja" Sasuke mengambil alih semua barang Sakura untuk di masukkan ke dalam bagasi mobilnya. Menuntut Sakura yang masih termenung menatap pintu rumahnya, berharap Gaara keluar untuk membawanya masuk ke rumah. Tapi, harapan hanyalah harapan, suaminya tetap tidak terlihat meski mesin mobil Sasuke telah dihidupkan.

Selama perjalanan, keduanya hanya diam. Sakura yang masih syok dan malu serta Sasuke yang memilih memberi ruang untuk Sakura menenangkan diri, walau sesekali dapat didengarnya isak tangis Sakura.

Perjalanan membutuhkan waktu selama kurang lebih lima puluh menit untuk sampai di hotel tempat Sasuke menginap selama di Toronto.

"Hiks.. Sasuke-sama, ke-kenapa kita ke h-hotel hiks?" Sakura menatap was-was pada Sasuke.

"Di sini tempatku menginap selama di Toronto. Mungkin kau bisa beristirahat di sini juga untuk malam ini atau mau ku antar ke tempat lain untuk menginap? Di rumah temanmu misalnya?" Sasuke entah sejak kapan berubah menjadi orang yang peka jika bersama dengan Sakura.

"Di sini saja, terima kasih" Sakura sudah mulai lelah, lelah hati maupun fisik, setidaknya dirinya beruntung ada orang yang peduli padanya di saat-saat seperti ini.

"Hn" Sasuke turun membantu membawa koper Sakura, sementara Sakura hanya mengekor di belakang, menyerahkan semua pada Sasuke.

"Kamarmu berada di sebelah kamarku" Sakura menerima lock card yang Sasuke beri.

"Hei, tidak apa-apa. Istirahatlah, semua akan baik-baik saja" Sasuke tersenyum lembut dengan tangan yang sibuk mengelus mahkota pink Sakura

Juugo yang memang sedari sore menunggu kepulangan Sasuke, melihat dengan jelas dari lobi kamarnya bagaimana bosnya yang terkenal sangat acuh pada lawan jenis itu bersikap lembut pada perempuan.

"Dokter Sakura? Hah.. apa ini! Setelah kakeknya banyak membuat drama dengan dokter, sekarang cucunya pula" Juugo hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah para bosnya itu.








Continue

Okee.. isi chapter ini didominasi konflik antara menantu dan mertua ya

Mungkin di sini ada readers yang bertanya-tanya kenapa Sakura keras kepala gak mau berhenti kerjakan? Next chap bakal terjawab

Btw, kesel juga lama-lama sama Wattpad, udah ngetik panjang ada mulu masalah sampe sebagian text hilang

Selamat membaca
Jangan lupa vote dan komen

With Love
Blossom

Patriarki (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang