Chapter 2 = Don't Judge Me

1.6K 182 12
                                    

"Untuk apa kuliah? Kamu perempuan Ume, toh kamu juga akan kembali mengurus dapur, suami, anak kalau sudah menikah, gak usah minta yang aneh-aneh. Uang kita lebih baik digunakan untuk adik laki-lakimu, dia yang akan jadi tulang punggung keluarga kita nantinya".

Terdengar amarah dari arah pantry kediaman Mansion Uchiha sore ini. Sasuke tidak bermaksud menguping, tapi ini mansionnya, lagi pula sepertinya salah satu pelayannya itu tidak menyadari bahwa suaranya cukup membahana di ruangan itu.

Apa yang salah dari menempuh pendidikan setinggi mungkin, apa ada peraturan yang mengatur soal perempuan hanya boleh mengurus rumah tangga dan tidak berhak belajar di luar sana.

Sasuke cukup geram melihat pelayanannya yang bernama Kanae itu masih mengoceh mengenai pendidikan yang tidak perlu untuk putrinya. "Hn, ada apa ini? Bibi apa kau tau, suaramu memenuhi setiap sudut mansion, apa seperti ini tata krama seorang pelayan keluarga Uchiha?"

Suara datar Sasuke cukup membuat ibu dan anak itu ketakutan. "Maaf Tuan Muda, saya tidak bermaksud" ucap Kannae sambil berojigi.

"Stt.. apa yang kau lakukan, cepat minta maaf juga pada tuan muda" bisik Kannae pada sang anak.

"Saya minta maaf Tuan Muda, saya tidak akan mengulanginya kembali" Ume menurut dan berojigi seperti ibunya.

"Sebenarnya, tidak ada yang salah dari seorang perempuan yang mencoba untuk terus menggali setiap pengetahuan yang ada, entah itu berasal dari lingkungan sekitar maupun dari lingkungan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi" Sasuke tidak menganggapi permintaan maaf mereka. Dan lebih memilih memberi sedikit pencerahan kepada Bibi Kannae.

"Justru pemikiranmu yang mencoba menghalangi setiap langkah yang coba dibuat putrimu untuk melihat bagaimana dunia bekerja itulah yang salah"

"Perempuan maupun laki-laki, mereka berhak untuk terus belajar, tidak ada aturan yang mengharuskan perempuan tidak boleh lebih pintar dari laki-laki"

Tuan Muda mereka yang terkenal dingin, acuh tak acuh dan irit bicara, bisa berbicara sepanjang itu.

"Maaf Tuan, saya hanya memberi sedikit pengertian pada putri saya, bahwa kami hanyalah seorang pelayan, sedikit tidak etis jika putri saya menginginkan pendidikan yang terlalu tinggi" ujar Kannae sedikit gemetar, sepertinya ia salah bicara. Tuan mudanya memicingkan mata lebih tajam dari sebelumnya.

"Kami para Uchiha, mengajarkan kepada siapapun, entah itu keluarga, sanak saudara maupun pekerja kami, bahwasanya tidak ada batasan dalam mengejar ilmu"

"Hargai setiap keputusan yang dibuat putrimu, beri dia dukungan. Akan lebih baik, jika kedepannya putrimulah yang menjadi juru kunci terlepasnya keluargamu dari belenggu kemiskinan"

"Kau memandang remeh pada keinginan putrimu yang ingin terus belajar, lihat sekarang, sadarilah jika bukan karena wawasan dan pengetahuan mungkin cara berpikir kolotmu itu akan terus menurun digenerasimu"

Ume yang sedari tadi hanya diam, tidak bisa membendung air matanya, tuannya sungguh pengertian. Jika orang lain memandang rendah pada pelayan sepertinya, maka keluarga dari tuannya tetap menghargai keberadaan mereka.

"Perusahaan Uchiha memberikan beasiswa pendidikan secara penuh kepada setiap siswa berprestasi, jangan lepas kesempatan itu, dukung putrimu, dan rubah cara pandangmu terhadap kaum mu sendiri" tegas Sasuke.

********


Gaara memandang hasil dari penilaian kinerja bulanan, dan dia kembali merasa tidak terima karena sang istri menempati urutan pertama sebagai dokter dengan kinerja terbaik.

"Menyebalkan" diremasnya kertas tersebut sampai tak berbentuk.

Harus seperti apa lagi dia, posisi sebagai dokter untuk pasien kelas VVIP bisa saja tidak ia dapatkan. Dia tidak mau disejajarkan dengan para dokter umum ini.

Tidak ada yang boleh menghalangi jalannya, termasuk istrinya. Dia seorang istri, harusnya di rumahlah tempatnya, bukan di sini. Mencoba bersaing dengan suaminya sebagai dokter terbaik di kota Toronto.

Entah apa yang merasuki Gaara bisa dengan tega berpikir bahwa sang istri adalah pesaingnya bukan rekannya.

"Gaara-Kun, ini makan siang untukmu" seorang perawat perempuan terlihat menghampiri gaara dengan bingkisan makanan di tangannya.

Gaara menerima bingkisan itu dan terbesit dipikirannya, "lihat, seharusnya istrinya yang membawakan makan siang untuknya, tapi apa, malah perempuan lain yang menawarkan perhatian padanya"

Matsuri tersenyum senang melihat Gaara menerima makanan yang ia bawakan.

Dia tau bahwa Gaara sudah memiliki istri, tapi melihat hubungan mereka yang dingin, sepertinya dia memiliki celah untuk masuk.

Gaara seorang dokter berwajah tampan dan pintar di rumah sakit Toronto. Jadi, tidak sedikit perempuan genit yang mencoba mendekatinya.

Yang tidak disadari oleh Gaara adalah dia menganggap setitik perhatian kecil dari perempuan lain lebih berharga dibandingkan perhatian dan pengorbanan dari sang istri yang sedari pagi buta memasakkanya makanan, menyiapkan air hangatnya, menyiapkan bajunya, membersihkan sepatunya bahkan dia buta melihat jerih payah sakura untuk terus setia mendampinginya.

Sulit menjelaskan seberapa indahnya bunga daripada sampah pada orang buta

Lagi pula, rumah sakit itu memiliki kantin untuk memenuhi kebutuhan perut setiap pegawainya. Yah, orang bodoh akan tetap merasa dirinya pintar sampai dia menyadari kalau dia bodoh setelah melepas sesuatu yang berharga dari hidupnya.

*******


Sakura yang melihat hasil penilaian kinerja yang baik, merasa bahagia. Dia berencana untuk mencari suaminya, ia ingin tau reaksinya, apakah dia akan bahagia dan bangga juga pada istrinya.

Tapi, harapannya sepertinya sirna setelah melihat suaminya sibuk memakan makanan dari seorang perawat.

Dia sedikit mencuri dengar percakapan mereka, "Gaara-Kun, bagaimana? apakah makanannya enak?"

"Hm, enak.. Kau pintar memasak. Terima kasih"

Sakura dengan jelas melihat suaminya mengelus rambut perawat yang dia tau bernama Matsuri itu.

Apakah ini suaminya yang sangat jarang memuji masakannya. Tapi Saat ini, malah dengan mudahnya dia memuji masakan perempuan lain di belakangnya.

Sebagai seorang perempuan yang memiliki feeling kuat, dia memiliki firasat yang tidak baik. Semoga saja pemikiran negatifnya kali ini tidak benar. Yah, semoga.





Continue

Blossom in here
Tadi gak ada rencan buat update cerita ini. Tapi karena moodku lagi buruk dan butuh pelampiasan, jadi ku putuskan untuk nulis next chap.

Jangan lupa Vote dan Komen ya

Kali ini pembasahan sedikit berat mengenai hak-hak perempuan untuk terus belajar dan menuntut ilmu.

Terimakasih telah membaca

With Love
Blossom

Patriarki (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang