Chapter 20 = We Draw Now

1.5K 198 25
                                    

*
*
*
Warning!!!
Mengandung unsur kekerasan
*
*
*
Segala bentuk
plagiarisme dilarang
*
*
Tekan bintang diujung kiri bawah jika kalian suka dengan cerita ini
*
_____________

Terakhir kali dia berada di lokasi ini, dia harus disuguhi drama ibu mertua yang sedang menindas menantu perempuannya.

Sekarang dia merasa Dejavu, posisi tempat dia berdiri sekarang sama persis sewaktu dia mengantar Sakura pulang setelah insiden kekerasan yang coba suaminya lakukan di taman kota dulu.

Bedanya, sekarang dia berada di depan rumah Sakura bersama manusia kuning nan cerewet alias Naruto yang terlihat berdiri sejauh lima langkah di depannya, kepala kuning itu menelisik setiap sudut rumah minimalis itu. Diam-diam Sasuke berdoa agar tingkah aneh Naruto tidak membuat tetangga di sekitar rumah Sakura melakukan penggilan darurat ke kepolisian karena mengira mereka sebagai komplotan perampok.

"Hentikan, Dobe" Sasuke menggeplak kepala Naruto begitu melihat sahabat karibnya itu mengintip di sela-sela pagar rumah.

"Akhh.. sialan kau, Teme" Naruto mengusap-usap pelan bekas tampolan Sasuke di kepalanya.

Mengabaikan wajah jelek Naruto, Sasuke memberikan kode kepada beberapa bodyguard yang dia bawa untuk menekan bel rumah tersebut. Dia bisa menebak jika bukan si setan merah yang akan membuka gerbang, dirinya tak sudi jika harus berhadapan dengan ibunya Gaara atau selingkuhan si setan itu.

Dan hualaaa.. tebakannya tidak meleset, tidak lama gerbang terbuka, menampakkan perempuan yang Sasuke tahu sebagai selingkuhan Gaara.

"Kau! Mau apa kau kemari hah!! Dasar tidak tahu malu!" Cermin, tolong siapapun yang memiliki cermin, berikan pada wanita tidak tahu diri ini. Bagaimana bisa dia dengan santainya tinggal di rumah yang Sasuke tahu di bangun dari hasil jerih payah Sakura.

"Oii Nona, pelankan suaramu. Apakah begini cara kalian menerima tamu?" Itu bukan suara Sasuke, melainkan Naruto. Pagar rumah coba Matsuri tutup, tapi terlambat, dua bodyguard Sasuke sudah lebih dulu menahan pagar agar tetap terbuka. Wajah perempuan itu terlihat memerah menahan emosi, seharusnya dia tidak menuruti perintah Gaara tadi, sialan.

"Pergi-" sebelum Matsuri menyelesaikan ucapannya, Naruto menunjukkan sebuah berkas tepat di depan wajah perempuan brunette itu.

"Properti yang saat ini kau tempati, sudah menjadi hak milik orang lain. Rumah ini menjadi tunjangan tempat tinggal untuk Sakura. Jadi, tolong buka lebar pagarnya, Nona, tolong tunjukkan sedikit rasa malu anda" Haruskah Sasuke bertepuk tangan atas kerja keras Naruto, dia akan membelikan salah satu toko ramen favorit Naruto sebagai hadiah.

"Apa maksudmu dengan rasa malu hah!!"

Ini tidak akan berhasil, Sasuke mulai muak mendengar jeritan cempreng perempuan selingkuhan Gaara ini. "Bungkam dia, kita masuk sekarang" titah Sasuke yang langsung menerobos masuk.

Ini merupakan rencana yang Sasuke rencanakan beberapa hari sebelumnya, kekerasan fisik yang ia terima harus dibalas dengan kekerasan fisik juga bukan, prinsip ini dia dapatkan dari kakek Madara.

Sepertinya keberuntungan berada dipihak Sasuke, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi dimana orang-orang sudah berada di kantor masing-masing untuk berkerja dan suhu udara dingin yang membuat lingkungan sekitar sangat sepi, suasana yang mendukung untuk proses pembersihan parasit.

Patriarki (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang