Sial

13.5K 931 37
                                    

Flashback On

"Weh bangun udah nyampe"

Eunggg,,

"Bangun," bisik Varo di telinganya.

Aiden terbangun

"Iyaa," ucapnya sambil mengucak-ucak matanya.

Mereka berjalan masuk ke dalam sebuah apartment

"Eh, eh, lu bawa siapa itu?" Tanya seorang yang Aiden tidak kenal.

Pandangan Juna, yaitu abangnya varo tak lepas dari seseorang bertubuh pendek, yang dibawa pulang oleh saudaranya itu.

Seseorang yang imut bertubuh kecil membuatnya sangat menggemaskan, alis tipis, bermata hijau, bibir yang sedikit tebal dan manis nan tampan.

"Bawa anak orang"

"Lo masuk kamar duluan sana, tuh kamarnya disitu," Tunjuk Varo ke Aiden.

Varo menyuruhnya agar cepat masuk, karena ia merasakan abangnya mengeluarkan aura-aura pedopil, yang siap menangkap mangsa.

Aiden mengangguk tanda mengerti

"Ngapain lu bawa anak orang kesini, emaknya gak nyariin?"

"Kgak emaknya yang nitipin dia kesini," jelas Varo sambil ikut duduk disofa.

"Wih cakep jugak temen lu Var?"

"Bukan"

"Tros siapa? Sejak kapan lo jadi penitipan anak?"

"Bocah yang dijodohin papa"

"Anjir, yakin papa jodohin lu sama bocah yang masih dibawah umur, mana laki laki lagi."

"Gak tau Jan banyak tanya," Ucap varo lalu membuka hpnya.

"Tapi boleh juga pilihan papa"

"Lu mau sama dia? ambil aja gua udah ada Reggie."

"Taruhan yok, keknya seru."

"Taruhan naon?"

"Kalo semisalnya gue bisa naklukin tuh bocah, lo harus traktir gue selama sebulan tapi kalo gue gak bisa seterah lo mau minta apa."

"Okeh deal," Varo mengulurkan tangannya lalu mereka berjabat tangan, tanda setuju akan taruhannya.

Bagi Juna, hidup tanpa taruhan itu kurang mengasikan, ia sudah sering melakukan taruhan bersama saudaranya, taruhan yang sama pernah terjadi saat waktu ia masih kelas 10 SMA sedangkan adiknya masih kelas 8 SMP, taruhannya dimenangkan Varo saat itu kali ini ia tak ingin kalah lagi.

Ya walau taruhan itu akan mengorbankan perasaan seseorang, yang dipermainkan.

Juna adalah seseorang yang bisa dibilang ia tak punya hati, tidak pernah memikirkan perasaan orang dan tidak memikirkan soal cinta, cinta bagi Juna adalah sebuah permainan sama seperti tantangan.

Flashback Off

"Aiden gak mau jawab"

"Okay," Juna aga sedikit kesal, apa yang dilakukan selama ini masih belum bisa membuat Aiden mengatakannya.

Ia menurunkan Aiden dari pangkuannya, lalu hendak pergi.

"Bang Nana marah?" Tanya Aiden sambil menahan tangannya.

"Gak kok," Nawab Juna lalu melepaskan tangan Aiden setelah itu keluar dari apartemen.

***


"Anj- lah masih gak mau bilang tu bocah, keburu basi taruhannya," Gumam Juna sambil berjalan menuju motor sportnya.

Aiden yang mendengar itu saat mengikuti juna, diam diam dari belakang pun sedikit kaget.

'Jadi selama ini Aiden jadi bahan taruhan? Aiden! Aiden! Aiden! Ini mimpikan? sadar ayo bangun, bangun Aiden' ucapnya dalam hati sambil mencubit pipinya.

"Akhhh sakit."

"Aiden gak mimpi," Ucapnya sekali lagi tak percaya, lalu menepuk-nepuk pipinya.

"Pasti mimpi, Aiden harus balik ke kasur," Ia berbalik ke arah apartemen lagi lalu kembali tidur.

***

Di sisi lain seseorang sedang berkendara dengan kecepatan sampai di angka 300 km/jam

Sampai akhirnya ia hilang kendali dan terjatuh, untung saja saat itu sedang sepi tak ada truk truk besar yang lewat, kalau ada mungkin ia sudah mati ketabrak truk.

Ia tiduran di aspal, sangkin sepinya tidak ada yang membantunya.

Dengan pelan-pelan, ia membuka helm full face miliknya.

"Sat! Gak gue gak boleh kalah taruhan lagi gue harus menang!" Kesalnya lagi.

Berapa menit berlalu tidak ada yang lalu lalang dengan terpaksa ia membuka ponselnya.

Ia mencoba menelpon Varo tetapi tidak diangkat, ia jugak menelpon Aiden sama saja tidak ada jawaban.

Juna tak sadar kepalanya mengeluarkan sedikit darah, hingga membuat kepalanya mulai pusing dan akhirnya tertidur.

***

Aiden terbangun dari tidurnya lalu bersiap siap, karena hari ini adalah hari spesial Varo dan Reggie.

"Dimana Bang Nana, oh mungkin sibuk kerja ini kan bukan hari libur," Aiden melupakan kejadian semalam, ia punya sedikit gangguan yang dimana ia akan melupakan apa yang ingin ia lupakan dengan cepat, dan menyebutnya hanya sebuah mimpi buruk.

***

Akhh

Rintih Juna, yang masih merasakan benturan aspal tadi malam, ia bersyukur tak mengalami amnesia karena benturan itu.

Flashback On

03.30 Juna terbangun pagi pagi buta, ia kira sudah berada di RS, tetapi masih tempat yang sama yaitu ditengah jalan.

"Anjir gue kira bakal bangun di RS, ini apa apaan ini, sesepi itu kah sampai gak ada yang lewat sini selain gue," Ia kesal mau tak mau ia berjalan pelan-pelan, meninggalkan motornya yang sudah rusak menabrak pembatas jalan.

Sudah setengah jam ia terus berjalan, tapi tetap tidak ada yang lewat.

"Sial banget gue hari ini"

08.35 Ia sampai di RS terdekat, eh, gak maksudnya kebetulan ketemu RS.

Juna istirahat disana, sampai pukul 09:46 ia memesan taxi untuk pulang.

Flashback Off

Juna teringat kalau hari ini adalah hari pernikahan adiknya, ia melihat pintu kamar varo masih tertutup itu artinya varo masih tidur.

Tuk,, tukk,, tuk,,

"VAROO LO NIAT NIKAH GAK SIH, DAH JAM BERAPA INI BANGUN WOY!"

Varo membuka pintunya

"Buru sana mandi, acaranya bentar lagi mulai lo blom mandi, blom dandan, acaranya jam Sepuluh."

Ia heran, adiknya itu tidak khawatir dengan kepala abangnya yang terbalut perban, atau mungkin saja varo belum sepenuhnya sadar.





Tbc

Seperti biasa vote and Komen ><
Tunggu bab selanjutnya~

Only You [bxb] COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang