Kekesalan

9.6K 827 26
                                    

"itu udah semua kan diangkut, jangan sampe ada yang ketinggalan," Ucap Juna kepada mamang pengantar barang.

Varo menyewa mamang pengantar barang, untuk mengangkut semua barang miliknya ke rumah barunya, karena tidak sempat terpaksa ia menitipkan kepada Abangnya untuk membantu mamang kurir.

Setelah mamang kurirnya pergi, Juna seketika memikirkan rencana jahat apa yang akan ia lakukan agar membuat Aiden mengakuinya, setelah Aiden mengakuinya ia akan memenangkan taruhannya.

"Gimana yah," Gumamnya sambil mondar mandir seperti setrikaan.

Baru saja dipikirkan orangnya pun datang

"Eh Bang Nana"

"Lu udah pulang? ini masih jam berapa emangnya udah kelar?"

"Udah, sekarang jam 13.00 Belum emangnya Aiden harus nungguin sampe kelar gituh? Aiden ngantuk pen bobo siang," Ucapnya singkat lalu pergi ke kamar nya.

Juna mengikuti Aiden

"Ngapain Bang Nana ngikutin Aiden"

"Mau ikut tidur"

"Kan bang nana punyak kamar sendiri, malah kamar Bang Nana yang paling nyaman."

"Emangnya gak boleh? ini kan apartment gue, suka suka gue dong mau tidur dimana."

"Yaudah Bang Nana tidur disini, Aiden tidur disana," Ucapnya lalu berjalan, baru saja sampai depan pintu Juna langsung memeluknya dari belakang dan berbisik di dekat telinga Aiden.

"Gue mau tidurnya bareng lu," Ucapnya itu membuat Aiden merinding.

"Yaudah ayo dikamar Bang Nana ajah kasurnya lebih empuk"

A : hayo mau ngapain lo bedua🌚

Juna dengan tiba-tiba menggendong Aiden, ke kamarnya ala bridal style, setelah itu menjatuhkannya di atas kasur yang cukup empuk.

Aiden menarik selimut dan coba memejamkan mata, ia merasakan sesuatu menyelusup kedalam selimut, lalu ngedusel di tengkuknya sambil memeluknya.

"Emm,, Bang Nana, Aiden mau tidur."

Aiden merasakan deru nafas Juna di tengkuknya, membuatnya menggeliat geli.

"Bang Nana geli," Larang Aiden, sambil menutupi leher bagian belakangnya.

Juna menyingkirkan tangan itu, lalu mengeratkan pelukannya.

Karena tidak tahan dengan gelinya, Aiden memutar tubuhnya berhadapan dengan Juna, Aiden membuka matanya terpaksa karena Juna mengganggu.

Juna langsung mencium bibir Aiden

Emmhh,,

Aiden mencoba melepaskanya, karna sudah mulai kehabisan oksigen, setelah ciumannya selesai, ia mengatur nafasnya.

"Hahh,, hah, hahhh,, Bang Nana, ish!" Kesalnya sambil memukul bahu Juna.

Rasa ngantuk Aiden pun menghilang

"Udah ih! katanya mau tidur jugak, kalo Bang Nana gak mau diem Aiden pindah nih."

"Yaudah, yaudah tidur, tidur," Akhirnya Juna berhenti mengganggu nya.

***

"Aiden"

"Mamaaa~," Aiden langsung memeluk mamanya dengan erat, karena rasa rindunya yang begituh besar.

Mamanya baru menyadari kehadiran Juna, tempat disamping Aiden.

"Oh, halo Juna," Aiden melepaskan pelukannya.

"Halo tante, ayo tante duduk dulu."

"Gak usah tante mau langsung berangkat, Aidennya gak bandel kan Juna?"

"Gak terlalu bandel bandel banget, kok tante."

Aiden menatap Juna sinis

"Nda mama, Aiden nda bandel! Bang Nana boong."

"Yang bener?" Tanya bundanya pada anaknya itu.

"Beneran, ih!"

"Yaudah, barang barangnya udah di beresin kan sayang?"

"Udah kok tadi pagi"

"Makasih ya Juna, udah jagain Aiden, lain kali kalo kamu gak keberatan,!saya titip dia ke kamu lagi ya, kalo saya Ada tugas diluar."

"Boleh tante, dengan senang hati."

"Mama Aiden kan udah gede, ngapain dititip titipin," Gerutunya.

"Mama tuh tau, kamu gak bisa ditinggal sendirian, mama gak mau kamu kayak pas itu lagi."

Juna penasaran, apa yang dimaksud mamanya Aiden.

"Yaudah sekali lagi makasih yah Juna, kalo mau mampir kerumah mampir ajah yah."

"Iya, sip tante."

"Ayo sayang"

"Mama duluan ajah, Aiden mau ngomong sesuatu dulu sama Bang Nana."

"Yaudah jangan lama lama, mama duluan yah."

Setelah mamanya Aiden pergi, tersisalah mereka berdua.

"Bang Nana gak boleh mampir kerumah Aiden! Aiden gak akan pernah suka Bang Nana! Aiden benci Bang Nana! Aiden kira Bang Nana baik, ternyata gak, Bang Nana cuman manfaatin Aiden, Aiden gak bego!."

Juna yang mendengar itu kebingungan, dan merasa dadanya tertusuk oleh duri, apa yang dimaksud Aiden, Juna tak merasa kalau rahasia taruhannya itu bocor.

Aiden mengingat kembali ingatannya waktu itu, ia sadar itu bukan lah mimpi melainkan kenyataan.

"Maksud?"

Aiden langsung keluar dari apartemen itu, meninggalkan Juna yang masih dipenuhi tanda tanya.

***

"Dia tau dari mana anjir, ah sial, gue kalah lagi ASU!"

Suara telepon berdering, Juna mengangkatnya.

"Kenapa?" Tanyanya Juna kepada seseorang, yang ada di seberang sana.

"Gimana dia bilang apa?" Tanyanya kepada Juna.

"Lo ngasih tau taruhannya ya! Jan boong lu."

"Kagak Bang, sejak kapan gue bocorin taruhannya, lo kalah yah? ditunggu ya hadiahnya gue mauu apa yah, ntar gue tanya istri gue dulu mau apa, bye Bang," Varo langsung memutuskan teleponnya.

"kalo bukan dari tu bocah, tros dia tau dari mana."

Juna menuang air ke dalam gelas, dengan kesal ia meminumnya lalu di lempar hingga membuat gelas itu pecah berantakan.

Ia kesal, marah, dan kecewa karena taruhannya atau karena sesuatu yang lain.

Juna melampiaskan kekesalannya kepada kaca yang ada di dekatnya, menggunakan tangan kosong hingga pecah.

Ia tak memperdulikan darah yang mengalir di tangannya, akibat pecahan blink.





Tbc

Jangan pernah bosan untuk vote and Komen lagi~
Biar saya cepet update nya

Only You [bxb] COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang