Takut

6.5K 605 10
                                    

"Main yang bener dong bego!" Suruh salah satu anak yang sedang bermain bola di kelas.

Mereka bermain bola disaat jamkos, melempar nya keras keras hingga mengenai salah satu anak perempuan.

Akhh

Rintihnya sakit karena bolanya mengenai kepalanya.

"Hayuluh,, salah lu! minta maap Sono bego."

"Dih ogah," Mereka melanjutkan nya lagi, yang lain tak menghiraukan mereka.

"Jangan takut jangan takut bolanya gak kesini, gak gak akan kena," Ucap Aiden sambil menutupi area kepalanya berusaha untuk menghilangkan bayangan bayangan bola menghantam kepalanya.

"Gak, Aiden gak takut, bolanya gak akan kena gak akan," Kepalanya mulai pusing.

Bughh,,

Bola tersebut mengenai kepalanya, tangisannya mulai pecah, sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

"He kalian minta maap, jangan main bola di kelas napa, mainnya tuh diluar!" Teriak salah satu anak yang mulai kesal.

"Ya elah, cuman kena bola nangis cengeg amat si dian aja gak nangis," Aiden memilih keluar dari sana dan pergi ke arah toilet.

Toilet penuh ia tak tau harus kemana, kakak kelas yang menunggu antrian memperhatikannya, dan coba menenangkannya.

Wali kelasnya datang.

"Heh ngapain nangis, gak malu diliatin kakak kelasnya, udah jangan nangis, cengeng banget sih!" Bentaknya.

"Takut hikss,," Tangisannya semangkin kencang.

"Ayo balik ke kelas! malu malauin tau!"

"Gak gak mau," Gurunya mengantarkannya ke kelas lalu menyita bolanya.

Aiden mulai sedikit tenang, semua mata memperhatikan nya kesal.

"Gara gara dia bolanya disita, dasar," Sindir salah satu temannya.

"Gue nyimpen satu," Ia mengeluarkan bola dari dalam tas dan melanjutkan nya.

Aiden pindah kebangku paling belakang, dan lanjut menutupi area kepalanya, ia mulai benci dengan wali kelasnya itu, ia membenci semua teman SMP nya, Aiden menganggap mereka semua musuh sampai saat ini.

Masa SMP nya begitu buruk ia tak mau mengenal mereka lagi.

***

Kejadian yang sama terulang di SMA.

"Gak gue gak takut, itu gak akan terjadi lagi gak akan gak akan," Ia berusaha setenang mungkin dan mulai menjauhi mereka, duduk di tempat yang menurutnya lebih aman dan jauh dari jangkauan bola.

Ia membayangkan kembali semua kejadian itu, kejadian terburuk sampai air matanya mengalir, ia berharap teman kelasnya tak menyadarinya, Aiden tak mau dikucilkan lagi karena phobia yang aneh itu.

Hingga akhirnya salah satu teman perempuan nya memperhatikan nya dan langsung menghampiri nya.

"Lo kenapa? kok nangis?" Semua teman perempuan nya mengerubuginya.

"Bola," Ucap Aiden.

"Eh iya, eh berhenti main bolanya di kelas," Aiden pernah menceritakannya kepada salah satu temannya itu.

"Sorry gue lupa kalo lo punya phobia sama bola, udah, udah gak ada yang main bola kok," Temannya kali ini berbeda, ia kira mereka akan sama seperti teman SMP nya yang tak menerimanya, justru kali ini mereka membantu Aiden menjauh dari bola, dan melindunginya saat pelajaran olahraga.

'makasih, makasih banyak, makasih udah mau ngertiin Aiden, Aiden sayang kalian,' Ucapnya dalam hati ia tak bisa mengungkapkannya.

Flashback Off

Juna memeluknya erat, ia mengeluarkan sedikit air matanya, setelah mendengar kisah itu.

"Jadi gitu, Aiden takut sama suara keras," Juna mengelus rambut Aiden.

"Sekarang lo aman sama gue, jangan takut, gue bakal bantu lo buat ngilangin ketakutan lo, lo anak yang kuat, setiap orang pasti punya penderitaannya masing masing, gue percaya lo pasti bisa lewatin semuanya, lupain masa lalu lo, berhenti membenci semua teman lo dan wali kelas lo, berhenti dengerin semua bualan orang, mereka begitu karena mereka gak tau apa yang lo alamin, lain kali lebih terbuka."

Aiden mengangguk sambil menghapus air matanya.

"Ayo keluar"

"Udah gak ujan lagi," Lanjut Juna sambil membuka lemarinya.

Aiden keluar dan di ikuti Juna, lalu berbaring dikasur.

"Dah tidur lagi, gue mau ambil minum dulu." Aiden memegang tangannya.

"Sebentar doang"

"Ikut," Pintanya.

"Yaudah ayo," Mereka pun pergi ke dapur dan mengambil minum.

"Minum?" Aiden menggelengkan kepalanya.

"Lo tadi abis nangis, ini minum dulu," Juna memberikan gelas yang berisikan air.

"Gak mau, maunya yang dingin," Juna meminumnya lalu mengambil air yang ada di dalam kulkas.

"Nih"

"Maunya yang ada es batunya"

"Banyak mau nya ya lo," Juna meminumnya sedikit lalu menambahkan es batu ke dalamnya.

"Nih, awas kalo gak dihabisin," Aiden mengambilnya dan meminumnya sampai habis.

"Dingin, dingin, gini minum air es, gak baik."

Aiden memakan es batunya, Juna langsung merampas gelasnya.

"Heh! Gak boleh."

"Iih siniin!" Bentaknya dengan mulut yang masih terisi es batu, membuatnya sedikit menggemaskan.

"Emang gak ngilu apa?"

"Gak, siniin," Aiden mencoba meraih gelasnya.

"Gak, gak boleh nanti gigi lo sakit," Aiden menghampiri kulkas lalu mengambil es batu yang masih berada didalam sana.

"Heh! di bilangin ngeyel!" Juna menaruh gelasnya dimeja setelah itu menutup kulkasnya, Aiden langsung mengambil gelasnya dan berlari ke kamar.

"Heh bocah!!" Juna capek bilanginnya ia pasrah, seterah Aiden maunya gimana.




Tbc

Hehe nungguin yah, nanti ku usahain up tiap hari deh, seperti biasa jangan lupa vote and komen~

Only You [bxb] COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang