"Juna"
"..."
"JUNA!!" Teriaknya kesal karena dicuekin.
"Apasih Bellv, bisa diem gak? lo ganggu banget," Ucap Juna yang sedang asik bermain game di HP nya.
"Dengerin aku dulu!, udahan main gamenya!"
"Lu kalo mau ngomong tinggal ngomong aja!, hue lagi naikin rank ini, gak bisa diganggu."
Belvina Belen, yang biasanya dipanggil Nona Belen atau Bellv, salah satu CEO perusahaan yg sudah bekerja sama selama 4 tahun, ia selalu datang mengganggu Juna.
Bellv mengambil HP Juna.
"HE JALANG! BALIKIN HP GUE!!" Teriaknya sambil berdiri dan menggebrak meja.
"Gak!" Ia membanting HP nya hingga mati, Juna menarik kerah bajunya.
"Lo mau mati?" Juna berusaha menahan amarahnya.
"Lepasin, Jun lepasin," Ia mulai sesak dan susah bernafas.
"Please Jun," Juna melepaskannya lalu mendorongnya agar menjauh, dan kembali duduk.
"Keluar," Ucap Juna pelan.
"..." Bellv masih terdiam di sana.
"GUE BILANG KELUAR YA KELUAR JALANG!" Bentaknya kesal.
Ia langsung cepat-cepat keluar dan tidak lupa menutup pintu.
***
"Siang Nona Belen," Sapa salah satu pelayan yang berpapasan.
Bellv tak menyapanya balik, ia masih kesal habis dicampakan oleh Juna.
'dih napa dah tuh Nona Belen, mukanya asin banget kek garem,' Sindirnya yang masih terdengar oleh Bellv.
"Heh kamu ngomong apa tadi?" Ia kembali menatap pelayan itu.
"Gak bu, eh maksudnya Nona Belen."
"Memangnya saya budeg," Ia mengambil gelas yang ada di nampan lalu menyiram wajah pelayan itu dengan air, setelah itu menaruh kembali gelasnya di nampan yang pelayan itu pegang.
Beberapa orang yang lewat pun kaget dan langsung cepat pergi sebelum Bellv mengamuk.
"Dasar pelayan gak tau diri! nanti saya bilangin ke bos kamu tau rasa," Ia pergi dari sana.
"Ema, ema gak papa?" Aiden membantu pelayan yang bernama ema itu membersihkan wajahnya dengan sapu tangan miliknya.
"Gak papa kok Aiden."
"Memangnya dia siapa sih berani banget kayak gituh disini."
"Kamu gak tau den?" Tanya ema tak percaya.
Aiden menggelengkan kepalanya.
"Dia CEO yang suka datengin ruangan Boss Pratama," Aiden terus mendengar kan ceritanya.
"Pokoknya gituh lah den, kamu harus hati hati sama dia."
"Okey, sip deh, yaudah Aiden tinggal yah," Aiden pergi ke ruangan Juna karena ia harus mengantarkan beberapa dokumen yang harus ditanda tangani.
Tuk,, tukk,,,
"Masuk," Aiden pun masuk yang saat Juna tau yang masuk adalah kekasihnya, ia merubah ekspresi wajah kesalnya, menjadi senang dan tersenyum lebar.
"Bang Nana kenapa senyum senyum gituh?" Tanya Aiden.
"Emang kenapa kalo gue senyum?" Tanya Juna balik.
"Serem,, nakutin tauk!," Ucapannya membuat hati munggil Juna potek, tadinya ia ingin menutupi ekspresi marahnya, agar tidak menakuti Aiden.
Justru saat ia tersenyum dengan terpaksa seperti itu membuatnya lebih seram dan menakutkan.
"Nih tanda tanganin cepetan Aiden masih banyak urusan," Juna mengambil dokumen nya.
"Ngurusin apaan sih? sampe banyak begitu," Tanyanya sambil menandatangani dokumennya.
"Ya kerjaan lah emangnya apaan lagi udah buruan," Jawabnya.
"Sini," Juna menyuruh Aiden mendekat ke kursinya.
"Kenapa?"
"Sini cepet," Aiden mengikuti perintahnya, Juna menarik pinggangnya agar duduk dipangkuannya dan memeluk nya.
"Bang Nana," panggil Aiden malas.
"Kenapa?" Tanya Juna sambil menaruh dagunya di bahu Aiden.
"Aiden masih banyak kerjaan, nanti aja manja manja nya."
"Tapi gue mau nya sekarang gimana dong?" Bisiknya di telinga Aiden membuatnya merinding.
"Nanti aja," Ia menyingkirkan tangannya dan hendak turun tapi Juna menariknya kembali.
"Bang Nana"
"Apaaa baby dean~"
"Turunin"
"Nggak," Juna ndusel di tengkuknya.
Aiden pasrah dengan tingkahnya.
"Udah disini aja, nanti gue suruh yang lain aja ngerjain tugas lu, sekarang tugas lo duduk anteng."
***
Lima belas menit berlalu, Aiden mulai bosan hanya duduk dipangkuannya dan tidak melakukan apapun.
"Bang Nana," Panggil nya.
"..."
"Bang," Aiden mengecek nya dan benar saja Juna tertidur di bahunya.
"Ish!" Aiden pelan pelan mendorongnya agar bersandar di kursi lalu menggerak gerakan bahunya yang sudah kram dan membenarkan posisi duduknya.
Membuat sesuatu yang menyentuh bagian belakangnya mengeras.
Aiden buru buru turun tapi pinggang nya sudah ditahan.
"Mau kemana hm?" Aiden menggelengkan kepalanya.
"Udah bangunin, terus kabur gitu aja?"
Aiden terdiam mematung, ia salah seharusnya ia cepat cepat turun, tanpa membangunkan gundukan yang menyentuh bagian belakangnya itu.
Cup
Juna mengecup lehernya lalu berpindah menjilati telinga Aiden, yang membuat nya sedikit terangsang.
Mmh
"Bang Nana"
Brakkk,,
Pintu terbuka memperlihatkan beberapa anak buah nya.
Aiden cepat-cepat turun tapi ditahan lagi oleh Juna yang kesekian kalinya.
"Ada apa?" Tanya Juna kepada anak buahnya itu.
"Maaf boss mengganggu, cabang yang ada di kota *** diserang."
"Ya Sudah, sana cepat panggil yang lain, urus semuanya tangkap mereka, jangan sampai ada yang lolos, bawa mereka ke tempat biasa," Perintahnya ke mereka.
"Baik boss," Mereka pun pergi tidak lupa menutup pintunya kembali.
"Bang Nana"
"Kenapa? dari tadi manggil mulu."
"Turunin, mau ke toilet," Alasanya bohong.
"Mau ngapain?"
"Pipis," Juna menurunkannya dan ikut berdiri.
"Bang Nana mau ngapain?"
"Ikut"
"Tapi kan toilet ada disitu, ngapain ikut, ikut," Jelasnya sambil menunjuk toilet yang ada di dalam ruangan Juna.
Juna menatap sesuatu yang sudah mengeras, Aiden mengikuti arah tatapannya.
Aiden sedikit ngeri ia langsung berlari ke toilet, dan langsung menguncinya.
Juna yang mengejarnya pun tak sempat.
"Baby dean~, kok tega sih," Panggil nya di depan pintu toilet.
"Gak mau!! Bang Nana ituin aja sendiri, Aiden gak mau bantuin."
•
•
•
•
TbcThanks banget yang udah nungguin up hehe, seperti biasa jangan lupa vote and komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You [bxb] COMPLETED
Teen FictionPria mungil berlari ditengah hujan yang deras diikuti oleh pria yang lebih tua. "Jangan ikutin Aiden!"- Aiden "Siapa juga yang ngikutin" Aiden lanjut berjalan pria lebih tua itu terus megikuti kemana ia pergi, dengan kesal ia menghadap ke arah pria...