"akhirnya pulang jugak!" Aiden merapikan tas nya dan cepat-cepat pulang.
Hari belum terlalu malam, jadi ia tidak terlalu takut untuk pulang sendiri.
"Yang bener nendangnya!" Ucap salah satu anak cowok yang masih mengenakan seragam Sekolah, kepada temannya.
Mereka bermain bola di tengah jalan, dan ada salah satu anak yang tak pandai bermain.
"Heh cupu! yang bener mainnya!" Ucapnya lagi sambil melempar bola hingga mengenai kepala temannya itu.
"Akhh sakit," ia menangis Aiden yang melihat itu tak terima, ia tak mau anak itu seperti dirinya kelak.
"Heh! Jangan kayak gituh kasian temennya!"
"Abang siapa hah? Ikut campur urusan orang," Bocah itu menendang bolanya ke arah Aiden kencang, dengan spontan ia meringkuk ketakutan.
Bukkk
Hampir saja mengenai kepalanya, tapi mengenai anak yang menangis tadi.
"Yahahhaa takut kan lo! Pake ngelarang ngelarang orang! Huuu!" Ejeknya ke Aiden.
Aiden yang sudah pernah mendengarkan ejekan seperti itu, membuat ia mengingat masa lalunya, yang ia sendiri benci mengingatnya.
Ia terdiam, mencoba mengusir bisikan bisikan yang ada di telinganya.
"Kak? Kakak gak papa?" Ia memeluk Aiden.
Anak nakal itu mengambil bolanya kembali, dengan kesal ia menendangnya ke arah mereka.
"YUDA!! BERENTI!" Teriak temannya yang terus melindungi Aiden.
Tangis Aiden pecah, ia tak kuat menahan air matanya, ia sangat-sangat takut saat ini.
Deo memungut bolanya dan menghampiri anak nakal yang bernama Yuda itu.
"Siapa yang ngajarin lo kayak gitu?!" Tanyanya sambil menoyor dahi anak nakal itu.
"Balikin bola gue!"
"Gak gua balikin anak setan, jawab siapa yang ngajarin lo! Mak lo? Guru lo?" Tanyanya lagi dengan kesal.
"Gak ada! Balikin bola gue BANGSAT!" Deo langsung menampar wajahnya.
"Heh, BANGSAT! BANGSAT! MULUT LO DIJAGA! Anak sekolahan mana sih lo, gue aduin lu mampus."
"Aduin aja kalo berani!" Deo hendak menampar nya lagi, tapi tangannya ditahan oleh Aiden.
"Lepasin"
"Udah kasian"
"Bocah kayak gini gak perlu dikasihani, lepas," Perintahnya sekali lagi.
Temannya menyeret Yuda pergi dari sana, sebelum urusannya makin panjang.
"Udah, ayo! biarin," Deo mencoba menenangkan dirinya dari emosi.
"Lo gak papa?" Tanyanya, Aiden langsung menggelengkan kepalanya.
"Yaudah ayo gue anterin," Ia menggandeng tangan nya.
***
'Cih sok perhatian, bilang ajah jalan jalan lagi,' kesalnya lalu mematikan hpnya.
"Btw makasih yah Deo, untung Deo lewat situ kalo gak yah," ucapnya terima kasih.
"Iyaaa sama-sama, lain kali kalo ketemu bocah kayak gitu, lo jangan ikut campur nanti lo yang kena."
"Tapi tadi kasian temennya"
"Iya tau kasian tapi kan," Deo susah menjelaskannya.
"Yaudah terserah lu mau gimana, yang penting lo hati-hati," Ucapnya khawatir.
"Iyah pasti," ia tersenyum tipis, Aiden senang, ternyata banyak orang yang peduli dengannya.
***
BYURR,,
Bajunya basah kuyup, ia dilempari air satu baskom, saat sudah rapih mengenakan kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam, dan hendak menaiki bus.
"Sorry gak sengaja," Orang itu langsung buru-buru pergi.
"Iih! bilang aja sengaja! kan baju Aiden jadi basah," Aiden tak jadi menaiki bus dan putar balik, untuk berganti baju.
***
Saat sampai di halte bus, kedua sudah berangkat, Aiden mengejarnya.
"Eh! TUNGGU!" Bus tak berhenti, sia-sia Aiden mengejarnya.
Langit mulai mendung, suara guntur mulai menggelegar, Aiden panik, ia sudah berlari cukup jauh, cepat-cepat pulang.
Tik,, tik,,
Hujan mulai turun, ia terus berlari menuju rumahnya sambil menangis, mencoba menghilangkan rasa takut.
Seorang wanita mengenakan masker menarik tangannya.
"Lepasin," Wanita itu tak melepaskanya, hujan semakin deras.
"LEPAS!!" Teriaknya sekali lagi sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkramannya.
Wanita itu tertawa senang dari balik masker, Aiden terus menangis, ia kesal dengan wanita itu, sambil mencoba melupakan masa lalu yang paling ditakutkan.
"Please lepasin, hiks, lepas," mohonnya.
Diderasnya hujan, tak ada satupun orang lalu lalang yang menolong Aiden, Aiden benci situasi ini, ia berjongkok, memohon kepada tuhan supaya wanita itu melepaskan tangannya.
Aiden terus menderita dibuatnya, ia sudah sangat cukup puas, lalu melepaskan tangannya, pria mungil itu terjatuh tak sadarkan diri.
Sedangkan wanita itu langsung pergi meninggalkannya, sebelum ketahuan orang orang.
***
"Hujan," Juna mengecek meja kerja Aiden, ia tak menemukan Aiden.
"Dimana Aiden?" Tanya Juna ke zea.
"Aiden belum dateng boss," Juna semakin khawatir, ia bergegas pergi ke rumah Aiden.
***
Saat diperjalanan Juna melihat seseorang berbaring di jalan, ditengah derasnya hujan.
Ia coba menghentikan mobilnya dan mengeceknya.
"Aiden," Juna langsung memeluknya erat, menggendong Aiden masuk kedalam Mobil.
"Aiden sayang, bangun," Panggil nya sambil menepuk nepuk pipinya pelan.
"Maapin gue," Ia merasa sangat sangat bersalah karena tak becus menjaga pacarnya itu.
•
•
•
•
TbcThanks yah udah baca ceritanya sampe sini, seperti biasa jangan lupa vote and komen~
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You [bxb] COMPLETED
Teen FictionPria mungil berlari ditengah hujan yang deras diikuti oleh pria yang lebih tua. "Jangan ikutin Aiden!"- Aiden "Siapa juga yang ngikutin" Aiden lanjut berjalan pria lebih tua itu terus megikuti kemana ia pergi, dengan kesal ia menghadap ke arah pria...