"Ughh..."
Begitu kesadaranku mulai kembali, aku langsung memegang kepalaku yang terasa sedikit pusing. Aku berusaha mendudukkan diri, lalu saat kurasa pusingnya sudah mereda, aku membuka mataku perlahan.
Ruangan cukup luas dengan perabotan minimalis namun masih terlihat mewah. Kasur, bantal dan selimut yang lembut. Sangat berbeda jauh dengan tempatku disekap oleh si b***ng*n Retakka. Apa itu artinya kami berhasil melarikan diri? Dimana ini sekarang? Siapa yang membawaku ke sini? Apakah yang lain juga ada di sini?
Lalu, keadaanku sekarang. Kenapa aku hanya merasakan pusing biasa? Padahal jika mengingat seberapa banyak kekuatan roh yang ku gunakan terakhir kali, seharusnya tidak aneh jika aku sudah kehilangan sebagian kewarasanku.
Bukannya aku tidak bersyukur. Hanya saja hal itu aneh sekali.
Begitu banyak hal berputar di kepalaku.Ceklek.
Refleks, aku menoleh ke asal suara. Aku melihat pintu terbuka, menampakkan seorang gadis berambut coklat pendek berpakaian merah muda. Gadis itu terlihat seusia denganku.
"Ah, Anda sudah bangun, Pangeran. Apakah ada yang Anda rasa tidak nyaman? Atau Anda membutuhkan sesuatu?"
"Dimana ini?" tanyaku balik dengan datar, sebuah kebiasaan saat berbicara dengan orang yang tidak atau tidak begitu aku kenal, terutama perempuan. Namun, gadis itu tidak terlihat tersinggung, sebaliknya malah tersenyum.
"Anda sedang berada di Kota Gravia, tepatnya di Kastil milik Count Harvery, Pangeran. Saya adalah putrinya, Hanna Harvery."
Count Harvery, Halilintar mencoba mengingat-ingat dimana dia pernah mendengarnya. Jika tidak salah, wilayah Count itu berada di bagian timur ibukota Kekaisaran Sorine. Tidak aneh jika Putri Count mengenalnya.
"Anda tidak sadar selama dua hari. Ini adalah malam kedua Anda berada di sini. Saya berencana mengecek kondisi Anda, tapi karen Anda sudah sadar, sepertinya lebih baik saya memanggil yang lebih ahli. Mohon Anda tunggu sebentar." Gadis itu, Hanna, pergi tanpa menutup kembali pintunya.
Dua hari. Cukup masuk akal aku pingsan selama itu. Lalu, apakah maksud gadis tadi sekarang sudah malam? Aku melirik ke arah jendela dan mendapati bahwa di luar memang sudah gelap, pertanda matahari sudah tenggelam. Aku mencoba untuk berdiri, namun kakiku terasa seperti jelly. Aku pun hanya bisa pasrah menunggu sembari menata kembali pikiranku.
Putri dari Count Harvery, sepertinya dia bukan orang yang jahat. Bagaimana dengan yang lain? Apakah mereka juga berhasil selamat? Apa yang terjadi setelah aku jatuh pingsan? Apakah aku harus mencoba menghubungi yang lain dengan telepati ....
Baru saja aku akan mencoba bertelepati, sebuah suara riang terdengar dari arah pintu yang tadi tidak ditutup Hanna. Seorang pemuda yang terlihat lebih muda dariku masuk.
"Hai, hai! Untunglah kamu sudah sadar. Keadaanmu waktu itu jauh lebih buruk dari yang lain. Jika saja aku terlambat menemukan kalian saat itu, mungkin saja kamu tidak ingat lagi namamu sekarang! Eh?? Kita belum tahu kamu masih ingat atau tidak, kan? Coba katakan, siapa namamu, berapa umurmu, apa jabatanmu, siapa nama gadis yang kau sukai..."
Pats.
Aku merasa siku-siku imajiner muncul di kepalaku. Pusing yang tadi sudah hilang, mulai merambat kembali. Siapa orang ini? Aku tidak suka dengan orang yang berisik sepertinya.
"Cukup. Namaku Halilintar Zrian Sorinea, 19 tahun, Putra Mahkota Kekaisaran Sorine, dan tidak ada gadis yang kusukai. Jangan bertanya lagi," jawabku dengan nada menusuk. Sayangnya, si pemuda malah manyun.
"Kamu dulu imut sekali. Kenapa sekarang jadi amit-amit, sih?" Aku menyerngit. Apa itu 'amit-amit'? Dan dari apa yang tersisa diingatanku, aku tidak pernah bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elementa
FanfictionSuatu hari, Halilintar mendapati dirinya diculik dan ternyata ada 5 orang lain yang bernasib sama dengannya. Mereka dijadikan kelinci percobaan oleh orang yang bahkan tidak pernah mereka kenal. Semua itu ternyata berhubungan dengan Nature Spirits, e...