Chapter 12

44 13 0
                                    

Warning: Slight TauHali

###

Pemandangan yang tidak pernah aku lihat sebelumnya memasuki mataku dan membuatku terkagum-kagum. Aku berada jauh di atas tanah, dengan 'angin' sebagai penyanggaku. Angin sebenarnya yang membungkus tubuhku sehingga aku bisa melayang dan 'Angin' secara personifikasi yang memegang kedua tanganku. Langit malam tanpa bulan luas dengan kerlap-kerlip jutaan bintang terasa sangat dekat, bagai aku dapat menggapai bintang-bintang itu jika aku mengulurkan tanganku. Namun saat aku mengalihkan pandanganku dari atas ke depan, aku menyadari bahwa yang paling indah adalah kedua mata sewarna langit pagi yang cerah, menatapku dengan perasaan yang ku tangkap sebagai ... nostalgia?

"Hali, maukah kamu berdansa denganku?"

"Hah? Kenapa? Sekarang? Di sini?" Dengan melayang tanpa ada pijakan sama sekali?

Kekehan Taufan membuatku kesal. Tentu saja aku bertanya seperti itu. Maksudku, bagaimana caranya berdansa di ... atas sini? Dan kenapa tiba-tiba?

"Bisa, kok. Kamu bahkan dulu pernah menari-nari heboh. Seperti yang ku katakan, kali ini aku tidak akan membiarkanmu jatuh lagi. Sini tanganmu." Taufan meletakkan tangan kananku di pinggangnya, sedangkan tangan kirinya diletakkan di bahuku. Tangan kami yang satunya saling bertaut. Perlahan, dia menuntunku untuk melangkah ke kiri, ke kanan, hingga gerakan-gerakan tarian mulai terbentuk. Tubuhku yang memang sudah terlatih untuk berdansa sejak kecil, bergerak secara natural mengikuti alunan musik dari gumaman pelan Taufan. Partner dansaku itu menutup matanya, tampak sangat menikmati dansa dadakan kami di tengah udara.

"Aku ... pernah berdansa seperti ini dengan Petir. Kamu mempunyai aura yang sangat mirip dengannya. Apa karena kekuatannya ada padamu? Tapi, sifatmu yang sekarang juga mirip dengannya, tidak seperti saat kamu kecil dulu," Taufan mengatakannya tanpa membuka mata ataupun menghentikan gerakan dansa kami.

"Waktu kami berdansa seperti ini dulu, kami tidak sengaja membuat badai petir besar yang memporak-porandakan hutan. Tanah sampai mengomeli kami habis-habisan. Untung saja tidak ada desa manusia di dekat sana. Setelah itu Daun membantu kami memperbaiki hutan dengan sukarela. Air yang biasanya susah bangun itu bahkan jadi terbangun karena kami dan Api marah-marah karena tidak diajak menari. Cahaya malah mengatakan hal-hal yang membuat Petir hampir menyambarnya dan merubahnya jadi singa hitam," Taufan kembali tertawa kecil.

Aku hanya diam mendengar cerita yang mungkin terjadi bahkan jauh sebelum kakekku lahir. Tarian kami masih tetap berlanjut. Aku pun mulai menikmatinya. Beginikah rasanya terbang? Terasa sangat ringan dan bebas. Tubuhku bagai menyatu dengan angin, membuatku tidak sadar kami telah sangat jauh dari Kastil Harvery.

"Hm. Kita sudah sampai."
Kata-kata Taufan membuatku melihat ke bawah. Kami tepat di atas sebuah danau yang dikelilingi oleh hutan yang lebat. Aku tidak tahu pasti kami berada dimana karena seingatku, aku tidak pernah ke daerah ini.
Angin membawa kami turun perlahan ke tepi danau yang tidak kalah indah dengan langit penuh bintang yang kami lihat. Ribuan kunang-kunang terbang di atas danau yang memantulkan cahaya-cahaya kecil mereka, bagai replika langit berbintang di bumi. Taufan duduk beralaskan rumput dan aku mengikutinya.

Aku terdiam beberapa saat karena masih takjub dengan semua yang terjadi barusan.

"Hali, apa kau tahu, bahwa hutan ini adalah tempat yang memiliki energi alam terkuat di Dunia Manusia? Karena itu aku dan Nature Spirits lain menjadikan hutan ini sebagai gerbang saat kami pergi ke Dunia Manusia bersama-sama. Di hutan ini juga ... mereka tertangkap," Taufan memeluk kakinya dan membenamkan wajahnya di lutut, "dan aku tidak bisa melakukan apapun. Saat itu, hingga saat ini. Tujuh tahun memang waktu yang singkat bagi kami para roh, tapi tetap saja ... Aku merindukan mereka ...."

ElementaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang