8. Jijik

20.4K 1.8K 290
                                    

Sebelum baca Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke temen-temen kalian yah!

Follow Wattpad : @sxs_saa

Author bakal spoiler duluan di Instagram : sxs.saa_
tiktok : sxs.saa_
Jadi jangan lupa follow.

Janji nggak kesel sama Gavin ✌️

Happy reading!

•••

Beberapa menit sudah Clarissa tertidur jalanan masih saja padat okeh kendaraan dan tentunya itu membuat Gavin menggeram marah. Bermenit-menit ia duduk diam didalam mobil sudah pasti membuat pantat dan punggung nya terasa pegal dan kram.

Ia melihat Clarissa yang tampak nyenyak dalam tidur nya, selepas perdebatan tadi gadis itu tiba-tiba terlelap, mungkin lelah.

Gavin juga merasa lelah, matanya terasa berat akibat terlalu lama menatap jalanan yang di isi oleh banyak nya kendaraan.

Tidak adil menurutnya, Clarissa tertidur dan dirinya menyetir. Ia bagaikan supir yang membawa majikanya.

Ia melirik jam yang ada dipergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, Tapi tak ada tanda-tanda jalanan akan berjalan dengan lancar mobilnya hanya berjalan sedikit demi sedikit.

Clarissa menggeliatkan kepala nya kesamping membuat kepalanya bersandar di bahu kokoh milik Gavin.

Gavin spontan menoleh kesamping dengan cepat. "Enak banget ya tidur?!"

Gavin mendorong kepala Clarissa kasar membuat kepala gadis itu terhuyung kesamping membentur kaca mobil.

"Awshh." Ringis Clarissa ia membuka mata saat merasakan sakit dikepala nya.

Clarissa memegang kepalanya dan menatap Gavin. "Kenapa, kak?" Tanya Clarissa. Kenapa Gavin sampai mendorong kepalanya? Apa salah dirinya ia tak melakukan hal yang membuat Gavin marah kan saat dirinya tertidur?

"Kepala kamu nempel ke pundak saya, Jijik!" Balas Gavin tanpa memandang wajah Clarissa.

"Jijik? Aku nggak kotor, kak." Jawab gadis itu.

"Seharusnya kakak bisa ngehargai aku, kak. Aku ini istri kakak nggak seharusnya kakak ngomong gitu sama aku."

"Siapa yang anggap kamu istri saya?! Saya nggak pernah Sudi punya istri kayak kamu!"

Tanpa sadar pandangan Clarissa memburam, air mata yang sedari ia pendam kini mengalir membasahi pipi mulusnya.

Sakit. Istri mana yang tak sakit hati jika tak diakui oleh suaminya sendiri.

"Tapi kenyataannya aku memang istri kakak seharusnya kakak bisa ngehargai aku walaupun kakak belum bisa Nerima kehadiran aku dihidup kakak." Clarissa berucap lirih walaupun ucapan nya masih didengar oleh Gavin.

Gavin memiringkan badannya menghadap Clarissa. "Belum?! Jangan harap saya bakal terima kehadiran kamu dihidup saya!"

Gavin yang melihat gadis didepannya hanya menangis membuat nya tersulut emosi.

"Aarrgghh!" Gavin memukul stir mobilnya kencang membuat Clarissa tersentak. Ia takut. 

"Nggak usah drama! Apa-apa nangis! Kalo lagi diajak ngomong jangan bales pake air mata! Kamu pikir saya bakal kasian liat kamu nangis? Nggak sama sekali!" Sarkas Gavin tajam.

Dengan cepat Clarissa mengusap matanya ia menarik nafasnya panjang. "Aku nggak minta dikasihani aku cuman mau kakak ngehargai aku, itu aja cukup." Air mata Clarissa tak berhenti keluar susah untuk membuatnya berhenti.

Two Lovers (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang