INTENTION • 1

69 40 6
                                    

Agya duduk bersandar di bangkunya seraya memainkan ponsel. Menggulir sedikit demi sedikit postingan seseorang di Instagram. Disana tidak banyak foto, hanya pemandangan-pemandangan yang diunggah.

"Masih berharap sama dia Gy?"

Amora—teman sebangku Agya sejak SMP itu menaruh tasnya, lalu duduk. Ia menatap Agya dengan geleng-geleng.

"Lihat, Ra. Di Instagram-nya aja gak ada foto dia atau pacarnya" ujar Agya memperlihatkan ponselnya lalu menunjuk postingan itu.

"Lo kenapa sih saking sukanya sama dia jadi sekepo ini sama kehidupannya?"

"Gua kan udah bilang. Kalau gue udah suka sama seseorang, kemungkinan kecil gua nyerah kalau ditolak."

"Harus dapat, itu kata-kata kebesaran Lo kan?" Amora mencibir. Tidak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya ini.

"Gy, jangan terlalu jauh. Itu sama aja Lo ngeganggu privasi dia." Amora meng-ingati was-was saja kalau Agya semakin jauh. Agya adalah orang yang keras kepala, dan Amora tau itu.

***

"Lo sibuk buat proposal pengajuan Class Meeting, Doy?" Doyoung mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop. Ia dan teman-temannya sekarang sudah berada di kantin, di bangku paling ujung dekat dinding—sangat cocok untuk acara mengisi perut mereka.

"Gue lagi usahain, supaya dapat biaya untuk hadiahnya. Kali ini ada berbeda dari Class Meeting tahun lalu, Class Meeting tahun ini akan melibatkan sekolah lain."

"Maksud Lo kita bakalan tanding dengan sekolah sebelah?" pertanyaan dari laki-laki tinggi itu mendapat anggukan dari Doyoung. Johny namanya, temannya yang ini lebih aktif dari temannya yang lain.

"Iya, semacam kerja sama antar Class Meeting."

Semuanya mengangguk paham. Kemudian mereka asik menyantap makanan mereka sendiri. Berbincang-bincang, membuat tawa demi tawa terdengar nyaring.

"Ngomong-ngomong, cewe yang itu masih ngedeketin Lo, Doy?" tanya Haechan.

Doyoung menutup laptopnya dan menatap sang empu, "iya, gue muak." Sahutnya yang mendapat kekehan kecil dari temannya.

"Lo kenapa gak respon sih, Doy? Orangnya juga cantik, apa salahnya?"

"Ngikutin, ganjen, caper ke gue Lo pikir gak ngeganggu?"

"Haha, santai Doy. Gue cuman bercanda. Heran aja gue sama kelakuan dia."

"Kak Doy!"

Seisi kantin menatap kepada pelaku peneriak. Agya, sedikit berlari menuju Doyoung dan teman-temannya. Ia tidak tidak peduli dengan bisikan-bisikan dari murid-murid lain yang membicarakannya.

Agya mulai berjalan, namun tangannya ditahan oleh Amora yang sejak dari tadi tidak nyaman dengan tatapan yang lain.

"Gy, Lo mau apa? Jangan bikin malu" ujar Amora pelan.

Agya berbalik sebentar untuk menatap Amora. "Ada yang mau gue kasih tau" sahutnya seraya menarik kembali tangannya yang sempat tertahan.

"Apa lagi, Gy? Lo gak liat tatapan yang lain itu tidak mengenakkan? Gak usah, Gy. Kita makan aja."

Agya seolah menuli. Ia tidak mendengarkan ucapan sahabatnya itu. Pikirannya berkecamuk memikirkan apa yang harus Ia keluarkan terlebih dahulu untuk memberitahu Doyoung.

Sesampainya dibangku Doyoung dan teman-temannya, Agya menarik napas dalam-dalam sebelum mengatakan.

"Kak, gue mau ngomong."

Doyoung melirik Agya dari atas sampai bawah. Ia menaikkan sebelah alisnya.

Agya yang paham pun langsung saja berujar, "pacar Lo bukan orang baik." Agya merasa lega sudah bisa mengeluarkan pikiran yang terus berputar dikepalanya. Baginya, Doyoung harus tahu.

Seisi kantin tiba-tiba terdiam. Suasana menjadi hening. Baik Amora maupun teman Doyoung yang lainnya menatap Agya dengan terkejut.

Doyoung bangkit, rahang tegasnya mulai terlihat. Tidak itu saja, tangannya bahkan mulai mengepal yang membuat teman-temannya juga ikut berdiri.

Tangan Agya tercekal, Amora pelakunya.

"Gy, kita pergi aja. Gak perlu begini" ucap Amora, namun Agya menggeleng. Ia kekeh dengan pendiriannya sendiri yang tidak mementingkan perasaan orang lain.

"Waras Lo?" ujar Doyoung.

"Gue tau Lo suka sama gue, tapi gak ini caranya Lo ngejelekin dia dihadapan gue. Dia baru aja meninggal, harusnya Lo paham."

"Gue ngasih tau yang sebenarnya" kekeh Agya.

Doyoung maju menghadap Agya. Nafasnya berderu, dadanya kembang kempis yang menandakan Doyoung sudah terbawa emosi.

"Lo tau, murahan. Cupu gaya Lo! Lama-lama gue muak sama kelakuan Lo yang begini."

Suaranya meninggi, namun tidak membuat nyali Agya ciut sedikitpun. Gadis itu bahkan berani menatap Doyoung.

"Lu rendah dimata gue!"

Setelah mengucapkan itu Doyoung langsung pergi meninggalkan kantin. Di ikuti dengan teman-temannya. Sebelum pergi, Johny sempat menepuk pelan pundak Agya.

"Lo orang baik, gue yakin itu." Setelah mengucapkan itu, Johny berlalu pergi.

Kini hanya tersisa Agya dan Amora disitu yang berdiri, yang lainnya duduk namun sangat berisik. Desas-desus tidak karuan muncul di mulut mereka. Kemungkinan menganggap Agya ini aneh, orang yang terlalu berlebihan? Atau segalanya yang tidak baik dicantumkan pada Agya.

***

Doyoung memantulkan bola basket dengan marah. Kepalanya berkabut, pikirannya kalut. Semuanya timbul karena ucapan perempuan yang kurang ajar tadi sanggahnya.

Sebelum pada akhirnya teman-temannya datang, namun lebih memilih untuk duduk menyaksikan satu orang yang sedang dilanda amarah itu mempermainkan bola basket.

Doyoung melemparkan bola basket itu ke dalam ring, namun tidak ada yang masuk. Sudah lelah bermain, Ia akhirnya memilih rebahan di lapangan yang tidak panas, terlindung oleh pohon. Membiarkan bola basket yang menontonnya.

Segelintir percakapan-percakapan Ia dan pacarnya dulu kembali muncul.

"Doy, gue mau es krim!"

"Doy, gue sayang banget sama Lo!"

"Doy, sakit ...!"

"Gimana ya kalau Lo ninggalin gue?"

Nyatanya Doyoung masih disini, ditemani sepi yang menghanyutkan. Tersenyum getir mengingat pacarnya-lah yang meninggalkannya.

"Tuhan lebih sayang dia dari kamu, Doy."

Kata dari mamanya-lah yang bisa menguatkannya, namun nyatanya Ia berpura-pura kuat menahannya. Ada telalu banyak kenangan, selama dua tahun Doyoung bahagia, namun sesaat semuanya menghilang hingga membuat Doyoung sedikit demi sedikit berubah dengan jarang menampilkan senyumnya dulu.

"Doy, sudahlah" Johny berujar, Ia tahu Doyoung kembali mengingat masa-masa sulitnya dulu.

Tidak ada sahutan yang didapat Johny, melainkan Doyoung sudah bangkit dan mulai berjalan ke arah mereka.

"Gue rasa Lo tadi sedikit berlebihan." Doyoung melirik ke arah Jaehyun, Ia tersenyum kecut.

"Gue gak mau dia ngejelekin Zoa di depan gue."

"Tapi secara tidak langsung Lo juga mempermalukan dia dihadapan anak-anak yang lain, Doy." Ucapan Jaehyun mendapat anggukan pelan dari mereka.

Doyoung berdecak, "dia bikin malu Zoa di depan mereka kalau Lo lupa." sahutnya dengan tawaan hambar.

Mereka semua terdiam, berkalut dengan pikirannya masing-masing. Sebelum pada akhirnya Taeyong membuka suara.

"Tapi yang gue bingungnya, kenapa dia bisa tahu itu, padahal Lo sendiri orang yang paling dekat dengan Zoa aja gak tahu."

Doyoung menggidikkan bahu pelan.

"Sorry, Doy kalau gue lancang. Gue akan cari tahu semuanya, supaya tidak ada kesalahpahaman lagi."  Taeyong membatin sembari menatap Doyoung.

•••

See you di chapter 2!

INTENTION || Doyoung ( Tidak Update Lagi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang