Suara musik perlahan mulai mengalun semakin keras. Orang-orang menaiki tempat dance floor guna menghilangkan pikiran yang kalut.
Hingar bingar baunya klub malam ini semakin menusuk indra penciuman. Bagi orang yang awam, Ia bisa muntah. Tapi tidak semua orang yang berada disini, mereka terlihat sudah ahli.
Agya melangkah masuk menuju bartender yang Ia kenal. Gadis itu duduk di kursi tinggi yang menghadap langsung pada Ken. Laki-laki itu juga menyambut kedatangan Agya dengan ramah. Mereka bertos-ria menghantupkan masing-masing gelas yang di pegang.
"Jangan minum banyak-banyak, kau baru saja sembuh." Peringat Ken pada gadis cantik yang berada dihadapannya.
Agya terkekeh pelan, "gue udah bisa kali." sahutnya mencibir.
Mereka berdua pun asik menikmati minumannya sesekali juga bersenda gurau tertawa.
Sudah dua jam Agya menghabiskan waktunya di dalam klub. Meredam masalahnya malam ini. Perlahan Ia sudah mulai mabuk, namun masih ada sisi kesadarannya sedikit.
"Astaga gadis ini, nakal!" Seorang laki-laki langsung menghampiri Agya dan mengangkatnya ala bridal style. Di ikuti satu anak buahnya di belakang. Sebelum membawa Agya pergi, orang itu sempat mengucapkan terimakasih pada Ken.
Agya yang merasa tubuhnya melayang di udara pun membuka matanya. Ia terkejut ketika posisi kepalanya berada di bawah dengan kaki yang berada di atas. Gadis itu mencoba memberontak dengan memukul punggung laki-laki itu dan kakinya menendang-nendang.
Tidak ada pergerakan tubuhnya terhempas dilepaskan, melainkan dekapan yang semakin erat yang Agya rasakan.
"Sialan! Siapa Lo?! Turunin gue?!"
Orang itu tidak menjawab ucapan Agya. Ia langsung membuka pintu mobil dengan kasar lalu menaruh tubuh mungil itu pada jok mobil bagian belakang.
"Gue bukan wanita murahan klub, jadi Lo gak bisa nyewa gue!" Agya berteriak. Ia berpikir kalau orang yang membawanya ini ingin menyewanya malam ini.
"Diam, Agya." nada suara itu dingin. Tapi suaranya sangat familiar ditelinga Agya. Gadis itu terdiam, berkutat dengan pikirannya sendiri.
Mengapa suara ini sangat mirip dengan suara Arga—abangnya Agya?
"Siapa Lo?"
Agya menatap jeli seseorang di sampingnya. Wajahnya tidak terlalu jelas terlihat karena di tutupi oleh topi hitam.
Karena tidak ada jawaban, dengan geram Agya berniat hendak melepaskan topi itu.
Ckitt!
Tubuh Agya terhuyung ke samping ke arah laki-laki ini, dan sementara itu Ia terhuyung ke depan membuat topinya terlempar ke bawah. Agya berpegangan pada lengannya. Gadis itu mendongakkan kepala, matanya membulat sempurna. Raut wajahnya seketika pucat pasih.
"A-abang?" Ujarnya tidak percaya melihat orang-orang ini benar-benar mirip seperti abangnya. Hanya saja orang ini memiliki tahi lalat kecil di kelopak mata sebelah kanan. Dengan hal itu Agya yakin ini bukan abangnya. Karna Arga tidak mempunya sama sekali tahi lalat di wajahnya.
Agya langsung menggeram. Siapa orang ini? Mengapa orang ini sangat mirip sekali dengan abangnya? Kenapa Ia harus dibawa kesini? Semuanya seketika terlintas di kepala Agya. Membuat gadis itu sedikit pusing akibat banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan.
"Lo bukan abang gue! Siapa Lo?!" Ujar Agya mengacungkan jari telunjuknya tepat dihadapan laki-laki ini.
"Kita turun dulu."
Agya hanya menuruti. Ia ikut turun ketika pintu mobil dibukakan oleh seorang yang Agya yakini itu adalah anak buahnya.
Matanya meneliti setiap dinding apartemen yang terlihat erotis dengan sentuhan beberapa warna yang kalem.
Orang itu menyuruh Agya untuk ikut masuk ke dalam. Agya berjalan sedikit menjaga jarak dari laki-laki itu. Awalnya Ia hendak meminta jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya yang tertunda di mobil tadi. Tapi semuanya Agya lupakan ketika Ia melihat Amora, Ren berada disini dan juga Ken yang baru saja datang ikut berkumpul. Semakin banyak pertanyaan yang terlintas di kepala Agya.
"Kalian kenapa ada disini juga? Jelasin ke gue, siapa dia?! Kenapa mirip sekali sama bang Arga!" Ujar Agya terlihat tidak sabar. Perempuan itu sudah menaikkan nada suaranya.
"Dia ... memang Abang Lo, Gy." Ujar Amora dengan hati-hati.
Agya mengernyitkan keningnya tidak paham.
"Maksud Lo? Apa yang kalian sembunyikan dari gue?! Kenapa kalian terlihat gugup semua?!"
"Agya ...," Agya langsung menoleh pada laki-laki itu. "Pertama, aku minta maaf telah membohongi mu selama bertahun-tahun. Kedua, aku memang abangmu. Aku Alga, saudara kembar Arga." Sambungnya mencoba mendekat pada Agya.
Agya menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ia mengepalkan tangannya.
"Berapa lama Lo semua ngebohongin gue?" Nada ketus Agya perlahan keluar. Tatapan amarah nampak jelas terlihat di wajahnya. Gadis itu maju, berdiri di tengah-tengah antara mereka seraya menatap mereka secara bergantian.
"Agya, dengar. Kami terpaksa melakukan ini sampai waktu ini tiba." Kali Ren yang mencoba menenangkan gadis ini.
"Lo semua tega! Gue selama delapan tahun harus ngerasain sendiri gimana sakitnya gue berada di rumah itu. Gimana lemahnya gue waktu itu sampai gue sudah benar-benar muak. Kenapa Lo baru datang hah?!"
Alga mencoba untuk merengkuh tubuh yang gemetar itu, namun tangannya langsung ditepis oleh Agya.
"Gue yang nanggung sendirian. Gue yang hampir mati disiksa, dipukulin mama. Lo kemana pada saat itu? Kenapa gue gak tau bang Arga punya kembaran? Sebegitu teganya Lo mau liat gue mati di tangan mama sendiri?"
Gadis itu melangkah maju mendekati Ren. Dengan air mata yang lancang mengalir membasahi pipinya.
"Lo juga udah tau, Ren?" Tanya Agya dengan suara yang pelan.
Ren menganggukkan kepalanya pelan.
"Maafin gue, Gy." Sahut Ren dengan suara yang lirih. Agya hanya tersenyum getir mendengarnya. Kemudian gadis itu beralih berdiri di depan Kenny. Bartender yang sudah lama Ia kenal ini.
"Lo juga?"
Lagi dan lagi Agya hanya tersenyum getir melihat anggukan kepala itu. Terakhir, gadis itu menghampiri Amora.
"Lo sahabat gue, orang yang paling dekat dengan gue selama ini. Lo ... udah tau juga kan? Kenapa Lo tutup mulut, Ra?"
Grepp!
Amora memeluk Agya sambil terisak. Dalam dekapan itu Ia mengangguk cepat. Amora tidak membalas pelukan itu. Melainkan malah mendorong kasar tubuh itu hingga pelukan Amora terlepas. Gadis itu oleng, dengan sigap Ren yang berada di belakangnya langsung menangkap tubuh Amora.
"Lo tau kan Ra gue orang yang paling gak suka dibohongi. Tapi kenapa Lo ngelakuin itu?!" Bentak Agya.
Agya memukul kepalanya beberapa kali dengan keras. Ia merasa seperti orang yang paling bodoh di dunia ini. Tidak sadar dan tidak mengetahui telah dibohongi oleh empat orang sekaligus. Bahkan sahabatnya pun ikut andil dalam rencana ini.
"Jangan sakiti diri kamu, Gy!" ujar Alga tegas seraya menghentikan aksinya.
"Diem Lo!" Agya memberontak. Dengan beringas gadis itu menghentakkan tangan Alga.
"Kurang ajar Lo semua!"
"Gue benci sama kalian!"
Setelah mengucapkannya itu Agya langsung pergi meninggalkan mereka semua. Alga yang khawatir dengan kondisi adiknya itu pun langsung menyusul. Ia teringat dengan ancaman musuhnya yang ingin menyakiti Agya. Oleh sebab itu Alga membawa Agya kesini. Dengan di apartemennya ini Alga bisa lebih leluasa menjaganya dari serangan musuh.
••••
Gatauuu, gatau lagi gimana ini cerita. Mumet.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTENTION || Doyoung ( Tidak Update Lagi )
Ficção Adolescente"Kamu lemah, tidak menjamin bisa menjaga Agya." _______ Belum di revisi, harap maklumi jika ada kata yang typo.