21

12 0 1
                                    

Tubuh yang terlilit rantai, mata yang terpejam, serta kulit yang sudah berwarna kebiruan. Gadis itu tersandar pada bangku kayu. Kondisinya yang begitu mengenaskan dengan lebam di wajah manisnya.

Rahang Alga mengeras, memperhatikan harta paling berharganya. Yang selalu Ia rawat, Ia jaga walau dari jauh. Kini tersandar lemah, lunglai di bangku kayu. Bahkan separuh rambutnya yang menutupi wajah manisnya, tidak mampu menyembunyikan lebam kebiruan itu.

Hatinya berdesir. Sakit, itu yang dirasakan Alga sekarang. Rasanya Ia sudah gagal menjadi seorang Abang yang siap siaga menjaga adiknya. Tatkala melihat Agya yang sangat lemah dihadapannya. Bagaimana bisa? Kenapa tidak dirinya saja? Itu yang terlintas dipikirannya sekarang. Dengan langkah yang cepat Ia melangkah maju, melepaskan rantai-rantai yang melilit tubuh gadis kecilnya. Merengkuh, mengambil alih tubuh yang lemah itu.

"Lari!"

Suara Alga menggema ke penjuru ruangan. Kaki besarnya dengan cepat berlari. Disusul oleh Jack yang menyeret tangan Doyoung. Anak SMA itu terhuyung-huyung dibuatnya. Pasalnya Jack sangat tidak suka terhadap orang yang lama dalam berpikir.

Keempatnya keluar melewati pintu utama. Ketika kaki Doyoung sudah melangkah melewati pagar pembatas, bangunan itu meledak. Alga langsung menyelamatkan diri dari percikan api. Bahkan tubuh adiknya saja tidak akan Ia biarkan sedikitpun terkena percikan api tersebut.

Berbeda halnya dengan Doyoung, laki-laki itu sudah tersungkur ke semak-semak ketika Jack menendang bagian belakangnya. Doyoung mendengus kesal menatap Jack. Tidak terlalu sakit, namun cukup berasa bagi seorang Doyoung yang tanpa persiapan.

"Sakit, bodoh!"

Jack tahu jika umpatan itu untuknya, namun Ia memilih diam saja. Dengan wajah datar menatap Alga yang memeluk erat tubuh adiknya.

Jack memandang sendu Alga yang merengkuh tubuh adiknya. Sudah cukup lama Jack bersama dengan Alga, tuannya. Bahkan Jack sangat mengetahui sifatnya. Baru kali ini Jack melihat Alga yang nampak kacau, sorot matanya yang begitu sendu ditambah sedikit emosi yang belum sepenuhnya menghilang.

"Jack, ke rumah sakit secepatnya."

Tidak menunggu waktu lama, Jack langsung berlari menuju mobilnya. Kemudian menghampiri Alga dan menyuruhnya untuk segera masuk.

"Kau mau kemana? Aku bukan supirmu, cepat pindah ke depan."

Doyoung menatap sinis pada Jack ketika Ia nyaris mendaratkan bokongnya di tempat duduk belakang, sebelum pada akhirnya berpindah ke tempat duduk di samping Jack dan menutup pintu dengan kencang.

Blam!

"Cepat!" Suara tegas Alga langsung mengalihkan perhatian mereka berdua. Bagai listrik yang menyambar, Jack langsung melajukan mobilnya.

Mereka semua meninggalkan gudang yang terbakar itu. Panasnya api, serta suara kayu yang di makan api itu semakin pudar hilang dipendengaran seiring di sapu angin.

Alga menggenggam erat tangan adiknya, sesekali mencium punggung tangan yang dingin itu. Kemudian tangannya beralih mengusap lembut pipi Agya. Sial! Alga benar-benar tidak akan memaafkan siapa saja yang terlibat dalam penculikan Agya adiknya. Alga berani bersumpah tentang itu.

***

Semerbak bau obat-obatan semakin menyeruak masuk ke dalam indra penciuman. Disini Alga berada sekarang, di sebuah rumah sakit besar. Di sampingnya terdapat gadis manis dengan wajah yang pucat, terbaring lemah di brankar rumah sakit.

"Sampai kapan kamu terus tidur? Gak kangen Abang, hm?"

Laki-laki itu berkali-kali mengajak bicara, namun sama sekali tidak ada sahutan yang Ia dapatkan. Hampa, suaranya teredam. Alga menghembuskan nafasnya berat, yang Ia pikirkan sekarang adalah Agya harus bangun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INTENTION || Doyoung ( Tidak Update Lagi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang