Pagi ini, sinar matahari masuk dengan damainya ke kamar yang Agya tempati, namun terhalang oleh dinding gorden yang masih belum dibuka. Membuat sinarnya masuk melalui sela-sela ventilasi.
Agya beberapa kali mengedipkan matanya, mencoba untuk berdamai dengan cahaya yang mengusik tidurnya.
Matanya menyapu langit-langit, kemudian beralih ke dinding kamar yang disapu oleh warna abu-abu dan diarsir sedikit warna hitam.
"Apa ini surga? Memangnya surga bentukannya begini ya?" gumamnya seraya memegang kepala yang masih sedikit pusing.
"Loh? Surga ada kompres-an juga ya?"
Agya kembali menggeleng pelan. Tubuhnya terangkat untuk duduk. Ia memikirkan apa yang terjadi pada tadi malam, namun semakin mencoba mengingatnya Agya semakin pusing.
Ceklek!
"Eh, kau sudah bangun?"
"Jangan banyak bergerak! Kau masih sakit." larangnya.
Suara itu mampu di dengar oleh Agya. Gadis itu menoleh ke arah sumber suara dengan bingung.
"Tante siapa?" ujarnya.
"Tante ini mamanya Doyoung. Memangnya kami tidak terlihat mirip?" Agya melongo. Gadis itu menatap jeli perempuan yang sudah berumur di depan matanya ini. Benar, bibir dan matanya sangat mirip sekali dengan Doyoung.
Tapi, apa benar Doyoung yang membawanya kesini? Kalau memang iya, berarti yang semalam membekap tubuhnya, yang menariknya pergi meninggalkan abangnya, itu ... Doyoung?
Segelintir pertanyaan-pertanyaan mulai terlintas dibenaknya.
"Tante, udah jam berapa?"
"Jam sembilan. Kamu sarapan dulu, Tante udah buatin bubur." Agya mengangguk pelan, seraya membenarkan posisi duduknya mencari kenyamanan.
***
Teriakan demi teriakan mulai terdengar ketika para penonton mendukung jagoannya. Semakin lama, maka akan semakin ramai murid-murid berdatangan untuk menyaksikan pertandingan basket kali ini.
Hari pertama Class Meeting ini berjalan dengan lancar. Doyoung dan teman-temannya pun fokus untuk mengecoh lawannya agar tidak ada kesempatan memasukkan bola basket ke dalam ring mereka. Menguasai lapangan yang sempat terkendala akibat kurang fokus dari mereka.
Semua murid terlihat menyoraki dan mendukung. Tetapi berbeda dengan Amora. Gadis itu memilih duduk sendiri, tanpa berniat untuk berbaur dengan temannya yang lain. Amora merasa sedikit berbeda ketika Agya tidak ada di sampingnya. Biasanya Ia selalu berdua, entah kemanapun itu. Namun Agya yang tidak ada kabar dari kemarin membuat Amora menelan pahit harapannya untuk menonton Class Meeting bersamanya.
"Boleh gue duduk disini?"
Suara itu terdengar jelas ditelinga Amora. Ia menoleh ke samping kanan, terdapat Jaehyun yang tersenyum tipis padanya.
Amora membulatkan matanya, lalu kemudian mengangguk. Senyum itu sangat tipis, namun kenapa terlihat begitu manis?
"Kenapa gak ikut di sana?" Amora memandang arah tunjuk Jaehyun pada sekumpulan murid-murid perempuan yang tengah asik mendukung perwakilan sekolahnya.
"Gak ada Agya. Biasanya gue sama dia" sahutnya dengan lesu. Jaehyun hanya mengangguk mendengarnya.
"Kak, Jaehyun sendiri?" Jaehyun menaikkan sebelah alisnya menunggu ucapan Amora yang tertunda. "Kenapa gak ikut main?" sambung Amora.
"Gue anak musik, bukan anak basket."
"O-oh. Agya juga suka musik kak." Amora tersenyum canggung. Ia kemudian mengalihkan pandangan ke lapangan, mencoba untuk meminimalisir rasa canggungnya ketika Jaehyun disampingnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTENTION || Doyoung ( Tidak Update Lagi )
Ficção Adolescente"Kamu lemah, tidak menjamin bisa menjaga Agya." _______ Belum di revisi, harap maklumi jika ada kata yang typo.