Gadis itu berjalan dengan santai sambil membawa ponselnya yang tersangkut kuat di genggamannya. Kakinya yang dilapisi dengan heels, melangkah semakin masuk ke dalam menciptakan suara seolah meminta perhatian.
Hingar bingar bau tempat ini membuatnya tersenyum tipis—seperti biasa, tidak ada yang berubah, menoloknya. Banyak orang-orang berjalan sempoyongan, menari mengikuti alunan musik yang di putar. Wanita-wanita yang bajunya kekurangan bahan-pun semakin beraksi merayu pria-pria berhidung belang.
Disinilah Agya sekarang. Berdiri di dalam ruangan klub yang minim pencerahan, hanya diterangi oleh lampu disko. Tidak ada maksud lain Ia datang kesini, hanya menenangkan pikiran. Itupun sudah menjadi rutinitasnya apabila kesini.
"Mau minum, Nona cantik?"
Agya tersenyum mendapati laki-laki yang sudah lama dikenalnya ini. Kenny—barista sekaligus pemilik klub ini mempersilahkan Agya duduk di bangku panjang.
"Seperti biasa saja, Ken."
"Kau ini, pasti sedang ada masalah." Laki-laki itu mencibir, namun tangannya dengan gesit menuangkan minuman yang Agya pinta. Tangannya terulur memberikan gelas itu ketika sudah cukup terisi.
Agya mengambil alih gelasnya, dalam sekali tegukan Ia meminumnya hingga tandas.
"Hah! Tidak pernah mengecewakan" ujar Agya sambil memandangi gelasnya yang kosong itu. "Begitu banyak masalah hari ini" sambungnya kemudian.
"Kau tidak berniat bermain dengan pria? Aku merekomendasikan, pria di ujung sana. Sangat kaya, tapi sudah mempunyai delapan istri." Agya mengikuti arah tunjuk Kenny, Ia meringis ngeri melihat pria yang sudah berumur itu mengasuh tiga orang wanita penghibur.
"Ah, tidak! Itu terlalu mengerikan untukmu. Ohoo! Bagaimana dengan pria itu saja? Dia baru saja kehilangan istrinya dan mencari seorang wanita." Agya semakin bergidik ngeri. Pria itu menatapnya, pipinya dihiasi oleh bulatan hitam besar—tompel bukan namanya?
"Lo merekomendasikan kepada orang yang salah, Ken." Kenny tidak menghiraukan ucapan Agya, matanya masih menyapu seisi klub. Entah orang seperti apa lagi yang mau Kenny tunjukan padanya.
"Ah, yang itu saja Agya! Muda dan berotot hm."
"Ahaha! Ken, stop. Gue bukan wanita haus belaian. Lo tau gue gak pernah ngelakuin itu. Gue juga masih SMA, bocah SMA!" Agya menekan kalimat terakhirnya yang membuat mereka tertawa bersama-sama. Tangannya terulur mengusap ujung matanya yang sedikit berair akibat terlalu tertawa. Begitupun juga dengan Ken, laki-laki itu memegang perutnya dan menggaduh sakit.
"Kau bocah SMA, tapi tempat bermainnya malah di klub." Terkekeh Agya mendengarnya.
"Tempat ini penenang, Ken." sahutnya seraya mengeluarkan dua lembar uang. Ken yang melihat itu langsung menahan tangan Agya.
"No, Nona. Kau tidak perlu bayar."
Agya mendengus kesal. Ini keberapa kalinya Kenny tidak mau Ia membayar minumannya. Padahal Agya sudah beberapa kali minum disini tanpa mengeluarkan uang.
"Ken, Lo traktir gue terus. Nanti bangkrut!"
Ken tertawa pelan menampilkan gigi rapinya. Tangannya terulur untuk mengacak rambut Agya, sebelum akhirnya mendarat dipipinya, mencubit karena gemas melihat Agya kesal.
"Mentraktir satu orang tidak membuatku rugi, Nona. Kau hari ini kutraktir sepuasnya."
"Ken, gue bukan nona-lo! Lo kira gue Nona Belanda apa!"
Sudah, cukup. Ken tidak dapat lagi menahan tawanya. Ia menyemburkan tawanya yang membuat Agya semakin kesal. Ah temannya yang ini begitu lucu—batin Ken.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTENTION || Doyoung ( Tidak Update Lagi )
Novela Juvenil"Kamu lemah, tidak menjamin bisa menjaga Agya." _______ Belum di revisi, harap maklumi jika ada kata yang typo.