Berkumpul

1.8K 229 17
                                    

"Buktinya adalah kau menjadi saudara terfavorit tahun kemarin, lihat lah," ucap Halilintar memperlihatkan sebuah kertas itu adalah rutinitas mereka setahun sekali yakni menjawab Quiz Relationship dimana pertanyaannya adalah tentang diri mereka masing-masing.

Duri menatap kertas itu mengambil dengan tangannya yang bebas tidak diperban melihat semua isi kertas yang dimana semua jawaban mereka sama yakni dirinya, Duri tersenyum lalu menangis terharu melihat hal ini pantes saja dia disenangi semua saudara dirumah, karena dia adalah saudara terfavorit selama ini.

Duri menghapus air matanya lalu menatap kedua saudara yang menemaninya ini. "Terima kasih," ucap Duri tersenyum lebar.

Ckleek...

Ketiganya langsung menoleh saat pintu terbuka ternyata Solar yang lah membuka pintu tersebut.

"Aku akan pergi maaf sudah menganggu," Solar hendak pergi namun dicegah oleh Duri.

"Solar, Duri rindu sama Solar, Solar gak rindu sama Duri," ucap Duri menunduk.

Solar terlihat menghela nafas Ia kemudian tersenyum dan masuk kembali langsung mendekat kearah Duri.

"Tentu saja aku merindukanmu twins brotherku," ucap Solar memeluk Duri kemudian membelai rambutnya.

"Apa masih ada yang sakit itu cukup parah," ucap Solar lagi menatap luka-luka ditubuh Duri.

"Udah gak sakit, soalnya sakitnya pergi pas ada Solar," ucap Duri menampilkan deretan gigi di mulutnya.

"Solar jangan pergi lagi ya pulang kerumah bareng Duri," ucap Duri dengan tatapan memelas.


"Hmm, iya baiklah," ucap Solar terdengar pasrah.

"Hai Duri bagaimana keadaanmu? apa masih terasa sakit?" tanya dokter saat masuk keruangan inap Duri.


"Iya sakitnya hilang karena ada Solar disini," ucap Duri dengan polosnya membuat Solar merasa sedikit malu.

Dokter itu terkekeh pelan karena ucapan Duri.

"Dia bahkan mengalami perkembangan yang signifikan," ucap dokter itu kepada Halilintar dan Ice.

"Bukankah itu bagus! benar Solar," ucap Halilintar.

"Iya kurasa," ucap Solar cuek tapi sebenarnya dalam hati Ia sangat senang.

"Dia mencoba tidak peduli tapi dia kelihatan senang sekali," batin Halilintar.

"Jadi kapan Duri boleh pulang?" tanya Duri sepertinya anak itu sudah jenuh berada dirumah sakit.

"Soal itu masih belum bisa dijawab, Duri tau kan baru saja masuk rumah sakit untuk yang sakit biasa mungkin bisa kembali secepatnya, tapi Duri terluka cukup parah jadi maaf untuk sekarang Duri bisa belum pulang," ucap sang dokter langsung membuat Duri murung.

"Ini lah kenapa aku tidak suka dokter bertele-tele," komen Ice menohok dihati sang dokter.

"Nih orang kayaknya cocok jadi kritikus ngomong blak-blakan," batin Halilintar.

Querelle (Tuntas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang