Chapter 3

2.7K 243 90
                                    

Jisung memasuki kamar tidurnya yang tampak gelap. Hanya ada sedikit cahaya sang rembulan yang menyelinap masuk melalui jendela kamarnya.

Pemuda manis itu melangkah dengan perlahan kearah ranjangnya. la dapat melihat dengan jelas sang Paman yang mungkin sudah terlelap sedari tadi saat ia sibuk mengerjakan tugas kuliahnya di ruang belajar miliknya.

Mungkin. Karena Jisung sendiri setelah makan malam bersama kedua orang tua dan Paman tampannya itu langsung pamit untuk mengerjakan tugas kuliahnya, tadi saja sebelum ia masuk ke kamarnya ia dapat melihat dengan jelas kamar kedua orangtuanya yang tampak sudah gelap. Sepertinya Papa dan Mamanya juga sudah tidur sedari tadi.

Jisung duduk diranjang-nya, melihat ke sekeliling kamar itu. Ia sama sekali tidak suka tidur dalam kegelapan, pemuda manis itu selalu tidur dalam kondisi lampu yang menyala atau setidaknya lampu tidurnya itu tetap bersinar sampai pagi menjelang.

Gelap.

Jisung sangat tidak suka gelap.

Tapi berbanding terbalik dengan Pamannya itu. Katanya si Papa kalau Pamannya itu sama sekali tidak suka tidur dengan kondisi lampu yang menyala.

Jisung menarik nafas pelan lalu membaringkan tubuhnya diatas ranjang berusaha memejamkan matanya.

Namun,sepertinya usaha untuk tidur tidak membuahkan hasil sama sekali. Buktinya sudah 20 menit berlalu dan sudah beberapa kali juga ia bergerak gelisah.

"Apakah kau tidak bisa tidur sayang?" Suara berat Pamannya membuat Jisung tersentak kaget, ia merasa bersalah karena membangunkan Pamannya.

"Maaf, karena aku.. tidur Paman terganggu." Jisung berkata sambil melihat kearah sang Paman yang tampak bergerak untuk menghadap ke arah-nya.

"Kau takut gelap? Kenapa tidak memberitahu Paman hmm?" Lelaki tampan itu menjulurkan tangannya untuk menghidupkan lampu tidur disamping sisi ranjang Jisung.

Takk!!

Lampu tidur itu menyala, membuat suasana temaram dalam kamar.

Jaemin menatap kearah keponakan manisnya dan tersenyum. Tangannya terjulur kearah wajah manis itu,mengusap lembut pipi gembil itu sayang.

"Tidurlah..." Ucap Jaemin.

"Tapi Paman-.."Ucapan Jisung terhenti saat Pamannya itu semakin mengikis jarak diantara mereka.

Cup!!!

"Tidurlah sayang, kalau tidak kau akan terlambat ke kampus besok." Jaemin berucap setelah mencium dahi Jisung.
Jisung lagi-lagi merona, perasaan aneh itu datang lagi.

Pemuda manis itu berusaha menata debaran jantungnya dengan membalas senyuman Pamannya.

"Terimakasih Paman." Ucapnya pelan.

"Apapun. Apapun untuk keponakan manisnya Paman."

Jaemin menaruh tangannya kearah pinggang ramping Jisung, menarik keponakannya itu untuk semakin mendekat kearah-nya.

"Pa-paman .."

"Paman tidak bisa tidur dalam kondisi lampu yang menyala sayang. Maka dari itu Paman akan memelukmu sampai Paman kembali terlelap lagi, bukankah sudah Paman katakan kalau wangi tubuhmu sangat Paman sukai? Wangimu sangat menenangkan."

Jisung hanya mengangguk dalam pelukan Pamannya. Pemuda manis itu memposisikan tubuhnya senyaman mungkin dalam pelukan hangat itu dan memejamkan matanya,membuat Jaemin tersenyum dan kembali memberikan kecupan pada pipi gembil Jisung.

"Perasaan apa ini?". Ucapnya dalam hati.

"Sepertinya aku benar-benar sedang jatuh cinta." Jaemin berucap saat mereka sedang sarapan pagi bersama.

"Woahh betulkah? Akhirnya ada seseorang yang dapat membuatmu merasakan jatuh cinta. Selamat, sebagai kakakmu aku ikut merasa bahagia." Jeno menepuk pundak adiknya itu.

"Orang seperti apa yang membuat adikku ini jatuh cinta? Aku sangat penasaran, bagaimana ciri-cirinya?" Ucap Jeno lagi, membuat istrinya itu ikut-ikutan penasaran.

"Benar Jaemin. Aku pun penasaran, orang seperti apa yang membuatmu jatuh cinta."
Jaemin tersenyum dan menggigit bibir bawahnya, pandangannya tertuju kepada keponakannya yang sedang berjalan menuruni tangga.

"Dia sangat manis. Aku sangat menyukai harum tubuhnya, sangat menenangkan.Bisa dibilang kalau aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepada orang itu."

Jaemin semakin tersenyum lebar kearah Jeno dan Renjun.Ia lantas langsung mengalihkan tatapannya lagi kearah Keponakannya yang sudah menarik kursi untuk duduk dan sarapan bersama.

"Tapi .. aku tidak tahu apa ia menyukai ku atau tidak?"

"Dia pasti akan langsung menyukaimu. Tak ada yang bisa menolak pesona keluarga Jung,kau tahu?" Ucap Jeno bangga sekaligus memberikan semangat untuk adiknya itu.

"Siapa yang menyukai siapa, Papa?" Tanya Jisung.

"Pamanmu sedang jatuh cinta sayang. Dia takut kalau orang yang dia sukai tidak menyukainya." Jeno menjelaskan perbincangan mereka kepada anaknya.

"Begitukah?" Ucap Jisung pelan. la tidak mengerti kenapa dirinya sedikit merasa kecewa.

Pemuda manis itu mencoba tersenyum dan menatap Pamannya.

"Paman sangat tampan dan juga baik. Pasti orang itu akan langsung menyukai Paman. Benarkan apa yang Jie bilang, Ma?"

"Iya sayang. Paman mu pasti akan dengan mudah mendapatkan cinta orang itu."

"Karena kalian sudah memberikan dukungan kepadaku, aku akan semangat untuk mendapatkan hatinya." Jaemin menatap kakak dan kakak iparnya itu, lalu kembali menatap Keponakannya dengan tatapan teduh yang ia miliki.

"Bagus. Itu baru namanya Jung Jaemin. Dapatkan hatinya secepat mungkin dan kenalkan kepada Ka-.."

"Kalian sangat mengenalnya." Jaemin memotong ucapan Jeno.

"Kau memang sangat penuh kejutan Jaemin. Aku dan Kakakmu tidak sabar untuk mengetahui siapa orang itu, tapi ada baiknya kita habiskan sarapannya dulu. Jisung bisa terlambat ke kampusnya kalau kita terus-terusan berbicara saja dan tidak makan."

"Lihatlah Keponakanmu sudah sangat cemberut, Jaemin."

Ucapan sang Papa membuat Jisung semakin mengerucutkan bibirnya. Tidak sadar bahwa seseorang menatapnya dengan sangat intens.

"Maafkan Paman, sayang. Hari ini Paman yang akan mengantarkan mu ke kampus, bagaimana?"

Mendengar itu Jisung hanya tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya.

Jaemin sedari tadi memperhatikan Jisung yang terus berbicara tentang banyak hal selama perjalanan menuju kampusnya. Bibir pinkish yang terus bergerak-gerak, mengerucut ke depan,terkadang tersenyum lalu tertawa saat menceritakan hal yang sangat menarik.

Hingga akhirnya mobil mewah milik Jaemin berhenti tepat pada parkiran kampus milik Jisung. Lelaki tampan itu pun langsung membantu Keponakan manisnya untuk melepaskan sabuk pengaman.

"Terimakasih Paman..."Ucap Jisung dan tersenyum kearah Pamannya.Pemuda manis itu pun langsung membuka pintu mobil,hendak keluar saat lengannya ditahan.

Jisung menoleh kearah Pamannya,ia terdiam kaku saat lelaki tampan itu semakin mendekat kearahnya.

Cup !!!

Paman tampannya itu memberinya sebuah kecupan ringan.

Tepat di bibirnya.

Lelaki tampan itu menyeringai saat Keponakannya itu terlihat sangat terkejut.

"Aku mencintaimu, Jung Jisung."

Bisik Jaemin tepat di telinga Jisung.

TBC.

Perfect CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang