Chapter 2

3.1K 258 62
                                    

Jaemin menuruni undakan tangga menuju lantai 1 rumah kakaknya. Lelaki tampan itu sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan yang lebih santai, rambut hitam legamnya juga sedikit basah.

la melihat kearah meja makan. Disana sudah ada sang kakak beserta istrinya yang sudah menunggu dirinya untuk makan siang bersama,mata tajamnya itu menyusuri seluruh lantai 1 rumah sang kakak namun sama sekali tidak melihat keberadaan keponakan manisnya itu.

"Jaemin, kemarilah. Aku dan Renjun sudah menunggu mu untuk makan siang bersama." Panggil Jeno saat mendapati adiknya itu sudah berada dilantai 1 rumah mereka.

Jaemin pun melangkahkan kakinya ke arah meja makan,dan duduk pada kursi yang sudah disediakan disana.

"Dimana keponakan ku itu? Aku sama sekali tidak melihatnya." Jaemin bertanya dengan heran, pasalnya setelah ia selesai mandi sampai turun untuk makan siang bersama .. ia belum melihat keponakan manisnya lagi.

"Jisung sedang keluar bersama para sahabatnya, tadi saat kau sedang membersihkan diri mereka datang dan membawa Jisung pergi." Jelas Renjun
kepada adik iparnya itu.

"Jam berapa dia akan pulang nantinya?" Lagi, Jaemin bertanya.

"Mungkin menjelang sore. Tapi bisa juga saat jam makan malam keponakanmu itu akan pulang" Jeno menjawab pertanyaan adiknya .. "Kau seperti tidak pernah muda saja adikku. Keponakanmu hanya pergi bersenang-senang,menghabiskan waktu bersama para sahabatnya."

"Sekarang makanlah .. setelah itu kau bisa beristirahat Jaemin."Renjun mempersilahkan Jaemin untuk mengambil makanan yang sudah disediakan.

"Baiklah kakak ipar. Terimakasih atas makan siangnya ini, masakanmu pasti tetap yang terbaik seperti dulu." Ucap Jaemin berterimakasih,lalu memakan hidangan makan siangnya itu dalam diam.la tiba-tiba memikirkan keponakannya itu, lucu sekali.

Jaemin terkekeh dan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa aku terus memikirkan keponakan manisku itu?" Batin Jaemin.

"Kau kenapa Jaemin? Kau sedikit tertawa dan menggelengkan kepalamu, apa masakannya tidak enak?" Renjun bertanya saat ia dan suaminya itu tak sengaja melihat tingkah Jaemin.

"Tidak kakak ipar, ini sangat enak. Aku hanya sedang memikirkan seseorang."

"Sayang..kau seperti tidak tahu saja gelagat orang kalau sedang jatuh cinta. Adik iparmu sedang merasakannya sekarang, mengertilah." Jeno menepuk pelan tangan lembut Renjun dan tersenyum menggoda adiknya.

"Jadi siapa orang beruntung itu Jung Jaemin?"
Jeno bertanya dengan penasaran. Pasalnya,
adiknya ini sangat tertutup sekali dengan
hubungan asmaranya. la sama sekali belum pernah mengenalkan kepada mereka seseorangpun sebagai kekasihnya.

"What the hell. Apakah aku jatuh cinta pada
keponakan ku sendiri? Tidak mungkin." Jaemin
lagi-lagi membatin, ia tak percaya dengan
perasaan yang ia miliki untuk keponakannya itu.

"Aku hanya memikirkannya saja. Tidak mungkin aku langsung jatuh cinta padanya, diamlah Jung Jeno dan makan makananmu itu." Jaemin menatap kakaknya itu dengan kesal.

"Lihatlah sayang,ada yang belum menyadari perasaanya sendiri. Kasihan sekali, hati-hati .. kalau kau terlambat bisa-bisa orang yang kau pikirkan itu diambil orang lain." Ucapan Jeno lagi-lagi membuat Jaemin berpikir.

"Tidak mungkin." Jaemin hanya bergumam lirih dan kembali melanjutkan makan siangnya itu.

"Sudahlah sayang, jangan mengganggu Jaemin lagi. Sekarang kau juga harus habiskan makan siangmu itu." Renjun menatap suaminya, memberi kode untuk diam saat adik iparnya itu tak membalas ucapannya lagi.

Perfect CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang