shani pov
gracia menyentil hidungku membuat sekucur tubuhku terdiam seperti batu, lihatlah anak ini benar-benar hebat membolak-balikkan suasana hatiku
aku bahkan sempat lupa soal kejadian yang membuatku berlari ke taman ini
"a-aku juga gak tau gee" kataku menjawab pertanyaannya tadi
"kenapa tidak tahu? semua orang punya alasan dalam melakukan suatu hal shani"
gracia memajukan tubuhnya ke arahku membuatku menjadi grogi sendiri
"masa sihh" kata gracia dengan tampangnya yang tengil
aku sontak memundurkan wajahnya dengan tanganku, mendorong muka menyebalkan itu kebelakang, sejujurnya aku melakukannya bukan tanpa sebab, aku hanya takut detak jantungku yang berbunyi kuat terdengar di telinganya
"bagaimana saya tahu alasan nya, kalau shani saja tidak bisa mengerti dengan diri shani sendiri" gracia tertawa kecil
menyebalkan sekali, haruskah aku jujur tentang perasaan yang menggangguku tadi padanya ?
"saya tidak ada apa-apa dengan anin, sepersekian detik kedekatan saya dan anin tadi tidak akan membuat saya kembali untuk bersama dia, lagipula saya tidak mau dia berlama-lama disini. saya sudah menyuruhnya pulang"
aku mengalihkan pandanganku menghadap gracia, penjelasan gracia yang tiba-tiba membuat hatiku bersenang gembira, eh? kenapa aku jadi senang
"ngga nanya" jawabku berusaha menutupi senyumanku
kupalingkan wajahku ke arah lain, menutupi rona merah yang dengan kurang ajar malah merekah di pipiku
"saya kan cuma mau bilang" balas gracia
"ya apa sangkutannya"
"shani keluar setelah eum...anin membantu saya jadi saya pikir shani keluar karena itu"
ingin aku berteriak sekarang juga, apakah begitu jelas kecemburuanku...ya Tuhan mau ditaruh dimana muka ku ini
saat aku tengah melamun, gracia mengajakku berjalan-jalan disekitar halaman rumah sakit
"ayo shani, saya butuh udara segar"
gracia menyentuh tanganku yang bertengger di kursi roda nya dan memberi isyarat agar aku segera menjalankan kursi rodanya
aku mendorong kursi roda gracia, suasana taman di pagi hari ini sangat sejuk, angin yang bersapu kencang khas pegunungan membuatku kedingingan
sedangkan gracia memilih untuk memejamkan matanya menikmati udara pagi ini
aku berhenti sebentar untuk mengeratkan cardiganku yang hampir terbawa angin, gracia yang merasakan kursi rodanya terhentipun mengarahkan pandangannya padaku
"shani kedingingan?"
"iya, masih pagi kok udah dingin heran"
aku yang hendak mendorong kursi rodanya kembali terhenti saat gracia berkata
"kalau shani kedinginan kita kembali ke kamar saja dulu, cardigan yang dipakai shani sangat tipis, saya takut shani sakit"
"a-apaansih kamu ge tumben banget perhatian" ucapku terbata, sesungguhnya aku sedikit merona atas perhatian kecilnya, menggemaskan sekali.
"memangnya salah?" timpalnya dengan nada santai
"ya ngga juga sih"
"yasudah ayo kembali, nanti shani jadi es batu kalau berlama-lama disini"
"iya jadi es batu, kayak kamu waktu dulu" batinku bersuara
aku tersenyum samar-samar perasaanku membuncah, entah mengapa sungguh memabukkan aku tak pernah merasakan perasaan semacam ini sebelumnya. hanya gracia lah yang membuat aku merasakan perasaan ini, haruskah kupertanyakan lagi

KAMU SEDANG MEMBACA
After met you - greshan
Fanfictionshania gracia, putri tunggal keluarga harlan. seorang gadis yang hidup di keluarga kaya raya dan terpandang, memiliki segalanya, tapi kehilangan dunianya karena suatu musibah yang menimpanya, membuat gracia hanya bisa terduduk di kursi roda, hingga...