rose baru saja menerima pesan dari rumah sakit tempat wendy di rawat.
kata mereka, jantung rose cocok dengan jantung yang dibutuhkan oleh wendy.takdir seolah mengatakan jika rose memang harus mendonorkan jantungnya untuk wendy. miris sekali.
***
sekarang rose lagi rebahan aja di kasurnya, menatap langit langit kamarnya dengan tatapan kosong.
lamunan rose buyar saat ponsel nya tiba tiba berdering. lisa telfon.
"halo lis, kenapa?"
"jadi ambil hank rose?"
"lis kayanya gue nitip hank buat beberapa hari kedepan gapapa ya?"
"oke rose itumah enteng, tapi dia kayanya kangen berat sama lo rose. lo gamau jengukin dia? atau gue aja yang ke rumah lo?"
di tengah tengah telfon, bel pintu appartemen tiba tiba bunyi.
"bentar ya lis ada tamu."
"okeh."
"kak suho?"
"kakak mabok lagi? habis berapa botol sih kak sampe sebau ini."
"rose gue mohon, adek gue sekarat, lo donorin jantung lo buat dia ya? dia kan juga saudara lo rose.
lo sayang kan sama papa? dia ga bisa hidup tanpa wendy lo tau sendiri kan kalo papa sayang banget sama wendy." ucap suho sambil teler."tapi kan gue juga anak nya kak, gue juga berhak untuk hidup."
"TAPI KEHIDUPAN LO ITU GA DIINGINKAN DI KELUARGA GUE SEJAK AWAL!"
huek!!huek!!
rose yang liat kak suho muntah langsung membantunya.
ga lama kemudian kak suho pingsan.
disisi lain, lisa tengah tercengang hebat, mendengar apa yang terjadi barusan. lisa langsung memutuskan sambungan telfonnya dengan rose, agar rose gatau kalo dia udah denger semua percakapannya dengan kak suho.
***
pagi telah tiba.
kak suho bangun dari tidurnya, lebih tepatnya bangun dari pingsan.dia sadar kalo sekarang lagi di appartement rose.
"rose? roseee?! tolong ambilin gue minum dong kepala gue masih pusing." teriak kak suho.
tapi rose ga nyahut juga.
akhirnya suho memutuskan untuk ngecek ponselnya.
ada 25 panggilan tak terjawab dari mamanya.suho pun menelfon balik.
"halo ma, kenapa telfon?"
"kamu darimana aja sih baru bisa dihubungin? wendy udah dapet pendonor nya."
"beneran ma?"
"iya kak, operasinya baru selesai 2 jam yang lalu, kata dokter operasinya berjalan lancar. kamu segera kesini ya."
"iya ma aku kesana." ucap suho antusias.
***
"ini udah jam segini kok rose belum nyampe di sekolah ya?" tanya lisa kepada kedua temannya yang lagi asyik sarapan di kantin.
"gamasuk kali dia lis." sahut jennie.
"gue khawatir sama dia." lisa.
"emang kenapa?" jisoo.
"gapapa sih, cuma khawatir aja." lisa.
***
disisi lain chanyeol dan suho tengah berjalan menuju ruang jenazah, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pendonor jantung wendy.
suho perlahan membuka kain putih yang menutupi tubuh orang baik yang telah menyelamatkan nyawa adiknya itu.
"r-rose? nggak ga mungkin dia rose. dia bukan rose kan kak?!?!" teriak chanyeol.
chanyeol langsung memeluk tubuh rose yang telah tak bernyawa, sambil menggoyangkan pelan tubuh rose berharap ada keajaiban datang.
chanyeol mengenggam erat tangan rose, tangan yang selalu ia tolak genggamannya.
dan sialnya chanyeol menginginkan genggaman itu sekarang.disisi lain suho memucat, tangannya mendadak dingin.
dia mulai mengingat percakapannya dengan rose kemarin malam, saat dia berkata bahwa kehidupan rose tak berguna.
entah kenapa dada suho sakit melihat rose terbujur kaku, padahal dia sering sekali menyumpah serapahi rose agar cepat mati.tak lama kemudian sandara datang.
"m-mama kenapa kesini?" tanya suho kepada mamanya yang tengah sumringah itu.
sandara melihat kearah chanyeol yang tengah menangis sejadi-jadinya sambil memeluk jenazah yang diketahui sebagai pendonor jantung anaknya.
"chanyeol kenapa? chanyeol kenal dengan pendonornya wendy?" tanya sandara.
suho tak menjawab pertanyaan mamanya.
"selain mendonorkan jantungnya untuk wendy, dia juga donorin kedua ginjalnya untuk papa kak, dan dia juga ga pmau menerima kompensasi apapun." jelas sandara.
suho seketika terduduk lemas.
"kak, kakak kenapa sih?"
"d-dia rose."