"Rumah Lo?" Tanya Moreno sulit di dengar Deara.
"Ha?" Tanya Deara. "Lo ngomong apa?"
"Rumah Lo, dimana?" Tanya Moreno meninggikan suaranya.
"Turunin gue di pertigaan komplek depan itu aja!!!" Sahut Deara berseru.
Moreno meneliti, "Itu?" Tanya Moreno menunjuk.
"IYAA!!" seru Deara dibalik helm nya.
"Stop stop stop!" Pinta Deara memukul-mukul pundak Moreno.
Motor Moreno berhenti dan deara langsung turun.
"Disini aja, thanks," ucap Deara memberi helm dan juga jaket Moreno.
Moreno hanya berdeham sebagai balasannya, kemudian cowok itu melengos begitu saja.
Deara merotasikan bola matanya, "Bilang sama-sama atau apa kek! Asal Lo tau, Gue udah mati-matian nggak canggung untuk bilang terimakasih, dasar batu!" Umpat Deara.
Daripada terus-menerus mendumel tak jelas, gadis itu memilih langsung berjalan menuju perumahan nya.
"Deara?" Panggil Bapak Satpam pos perumahan Deara.
"Eh? Iya Pak?" Jawab Deara sopan.
"Jalan kaki?" Tanya beliau.
"Iya nih, Papa kayaknya sibuk deh,"
"Kenapa nggak telfon saya aja?"
Deara tersenyum lalu menggeleng, "Engga ah Pak, takut ganggu Pak Wisnu,"
"Nggak ganggu kok Deara, lagian kan orangtua kamu selalu pasrahin kamu ke saya kalau ada apa-apa." Ucap Pak Wisnu.
Deara merasa tak enak, "Mama Papa jangan di dengerin. Deara itu udah besar, jadi juga harus belajar mandiri,"
Pak Wisnu mengangguk tersenyum, "Cepet banget kamu gedenya,"
Deara mengerutkan keningnya, "Masa mau kecil terus, Pak?"
"Dulu tuh kamu paling nggak bisa diem diantara temen-temen se-perumahan Melati ini. Eh, malah sekarang paling kalem." Jawab beliau flashback.
"Itumah dulu ya, pas masih rame-rame nya. Sekarang udah pada pindah keluar kota dari sini." Sendu Pak Wisnu.
Deara ikut merasakan apa yang dirasakan Pak Wisnu, "Nggak apa-apa Pak, Deara masih setia tinggal disini,"
"Alhamdulillah bapak masih punya satu anak momongan dari lima belas anak kecil sewaktu dulu,"
Deara terkekeh, "Pak Wisnu bisa aja,"
"Kamu kan anak terakhir yang masih disini Deara, jadi Pak Wisnu kudu banyakin senang bercanda-canda sama kamu."
Deara tertegun, "Pak Wisnu ngomong gitu malah kayak Pak Wisnu yang mau pergi," sendu gadis itu.
Pak Wisnu mengelus pundak Deara, "Udah besar, makin cantik, makin kalem, dan lain-lainnya. Nanti kalau kamu udah lulus SMA, terus mau kuliah di luar kota, jangan lupa sama Pak Wisnu ya,"
Deara tersenyum lebar, "SIAP!!! Aku nggak bakal lupain Pak Wisnu yang udah jaga aku sama yang lainnya dari kecil,"
"Kamu nih, bikin saya sedih,"
Mendengarkan ucapan Pak Wisnu, Deara tertawa menanggapi nya. "Pak Wisnu duluan yang mulai ya,"
Pak Wisnu tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya.
"Udah ah, Deara mau pulang kerumah dulu ya," pamit gadis itu.
Pak Wisnu mengangguk, "Iya, hati-hati,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA #1 || Moreno Deara
Teen FictionBagaimana ketika kamu menjadi Deara yang ditinggalkan keluarga nya ke luar kota dan dirinya diharuskan tinggal sementara bersama anak laki-laki dari teman sekuliah-an kedua orang tuanya? Moreno Elvan Gentara Yang ternyata anak dari teman kedua orang...