2. Anastasia (Best Seller 2)

91.1K 164 0
                                    

*Cerpen Best Seller 2 di kumpulan cerpen dewasa gue*

Cerpen 2. Anastasia (Step Dad X Step Daughter)

Anastasia mendekapku di dadanya.

Aku tersentak saat gadis manis itu melakukannya. Setelah membawa istriku ke rumah sakit untuk kesekian kalinya bulan ini, aku begitu putus harapan dan menangis di ruang tamu rumah kami. Dokter menyuruhku pulang karena tak ada lagi yang bisa kulakukan selain menyerahkan nasibnya kepada peralatan medis di rumah sakit. Setelah setahun penuh bergelut dengan kanker, beberapa bulan ini kondisinya semakin menyedihkan. Semalam aku membawanya ke rumah sakit setelah wanita itu muntah darah dan pingsan di kamar mandi.

Lucrecia-ibu Anastasia-dulunya adalah wanita yang sangat cantik dan molek. Kami bertiga-aku, Luc, dan Adam-adalah sahabat dekat saat kami menempuh perguruan tinggi di UCLA. Dulu dia pernah menjalin kasih denganku, tapi kandas di tengah jalan karena aku harus menempuh studi lanjut ke Kanada. Sewaktu aku kembali lima tahun kemudian ke LA begitu studi yang berlanjut dengan kontrak kerjaku selesai di Quebec, mereka sudah menikah dan memiliki bayi perempuan mungil yang sangat manis. Aku memutuskan menjalin persahabatan lagi dengan mereka setelah pernah memutuskan hubungan empat tahun sebelumnya karena marah dan cemburu. Aku tahu kami sudah putus, tapi tak menyangka Adam justru mengencani, menghamili dan menikahi mantan kekasihku.

Meskipun ada perasaan kecewa di benakku, sampai tiga belas tahun kemudian, aku menjadi ayah kedua bagi Anastasia. Setiap Natal, aku yang pindah ke New York mengunjungi mereka secara rutin dan tak lupa memberi Anastasia kado istimewa. Dia tumbuh menjadi remaja yang sangat cantik dan seksi sehingga aku sering memberinya nasehat mengenai percintaan jika ia menuturkan kisah-kisah romansanya padaku. Anastasia bahkan pernah mengunjungiku ke New York saat usianya tiga belas, atau empat belas tahun dan tinggal bersamaku selama seminggu. Dia anak yang sangat manis, aku menjaganya dengan sepenuh hati.

Tahun lalu, Adam meninggal karena kecelakaan. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, dia memintaku menikahi Lucrecia karena ternyata wanita itu mengidap kanker ganas. Adam ingin memastikan keselamatan kedua perempuan yang paling dicintainya itu kepadaku. Saat aku menuturkan pesan terakhir itu pada Lucrecia, dia menangis tersedu dan menolaknya. Dia tak lagi memiliki sisa cinta untukku.

Namun, aku berhasil membujuknya. Ini adalah tanggung jawab besar yang dibebankan di pundakku langsung oleh Adam, aku tak mungkin memungkirinya. Sewaktu aku menikahi ibunya, Anastasia marah besar kepadaku. Dia hampir tak pernah berbicara padaku, bahkan dia tak hadir di pernikahan sederhana kami yang hanya dihadiri segelintir orang terdekat.

Belakangan aku tahu mengapa dia begitu marah. Suatu hari aku mendapati pintu kamarnya tak terkunci dan aku masuk untuk memberesi tempat tidurnya yang berantakan. Di sana aku menemukan coretan buku hariannya dan diam-diam membaca beberapa lembar isi curahan hatinya. Aku tahu itu salah, aku hanya iseng saja.

Sampai kemudian, aku menemukan catatan-catatan lamanya saat dia masih berusia tiga belas atau empat belas tahun yang menyatakan bahwa dia sangat memujaku. Jantungku berdebar membacanya, apalagi saat aku menemukan fantasi-fantasi seks-nya bersamaku yang dituangkannya di lembaran-lembaran itu dengan indah dan puitis. Aku menutupnya cepat dan membatalkan niatku membereskan kamarnya.

Saat aku melangkah keluar dari kamarnya dengan wajah memerah panas, dia yang baru pulang dari sekolah memergokiku, tapi tak berkata apa-apa. Sejak itu hubungan kami sama sekali tak membaik, tapi juga tak memburuk. Di tengah kesibukanku mengurus Lucrecia yang tak pernah kusentuh karena sakit, aku tak bisa menghapus tulisan-tulisan Anastasia dari benakku. Bahkan, aku kerap menggunakan sosoknya yang mungil dan seksi untuk memuaskan fantasi liarku sambil merancap.

Semakin hari, Anastasia tumbuh semakin seksi. Tahun ini ia berusia tujuh belas tahun. Dia mulai menjalin hubungan dengan beberapa orang pemuda dan aku curiga dia sudah tidak perawan lagi. Hatiku sedih karena sebagai ayah, aku justru tak bisa memberinya nasehat seperti dulu. Dia tak pernah memberitahuku mengenai kisah-kisah cintanya, atau siapa saja pemuda yang gonta-ganti mengantarnya pulang.

Mature ContentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang