DUKUNG PAKET KUMCER DEWASA 2
HANYA 150K BUAT 20 CERPEN
CERPEN KE-21 SAMPAI 40Kumpulan Cerpen Dewasa
Sultan dan Zara
By Tamara Aruna
"Mmmhhh... mmm... Zara... kau yakin kita boleh melakukannya?"
Meski bertanya begitu, jemari Sultan terus membelai punggung telanjangku. Bibir dan lidahnya mengulumi putingku. Aku duduk di pangkuannya, di atas batang kejantanannya yang keras. Dadaku membusung, payudaraku terisap-isap dan terjilat, tubuhku menggeliat. Milikku terasa sangat lembab. Angin sejuk yang berembus lewat jendela membelai dingin kulitku. Hanya jejak-jejak tangan Sultan yang menghangatkannya. Gaun tidur mungil milik mama yang kukenakan tersingkap. Celana dalam kecilku tak bisa menghalangi lekatnya bokongku ke paha Sultan yang hanya mengenakan bokser. Liukan pinggulku menggesekkan vulva basahku ke keperkasaannya. Sultan mengerang melihat tingkah sensualku dan mengulum putingku lebih erat. Aku menggelegak, menyibakkan rambutku ke belakang. Dia menjambaknya dan menjilati leherku, menarik tengkukku dan gantian memagut bibirku.
"Ohhh... oh, Zara... nggghhh... you're so fucking hot," bisiknya sambil mengecup dan mengemut cuping telingaku, aku menggeliat menghindar karena tergelitik. "Kulitmu sangat lembut... wangimu manis... mmmhhh... Zara... kau seperti hidangan penutup paling lezat... mmmhhh... aku ingin memakanmu...."
"Mmm... yeah...?"
"Yeah... Sayang... kau yakin kau ingin melakukannya?"
"Mmm... ya... kau?"
"Lebih dari apapun, Sayang... sejak pertama kita bertemu... kau memenuhi imajinasiku. Jangan katakan apapun pada kakakmu, okay?"
"Nggg... okay...."
"Cewek pintar...," pujinya.
Kami saling menatap dalam jarak yang sangat dekat, sama-sama terbakar nafsu birahi. Sultan sangat tampan. Usianya lima tahun lebih tua, sedangkan tubuhku baru merekah. Rahang Sultan yang mengetat membuatnya tampak lebih buas dan ganas. Aku seperti santapan yang tak berdaya, dengan sengaja kulengkungkan alis dan kuredupkan mataku. Menunjukkan gairah tanpa daya. Mulut Sultan menggeram, tangannya mencengkeram pinggul sintalku dan menggesekkannya makin rapat ke alat kelaminnya. Aku mendesah, bergoyang di pangkuannya. Sultan memanggil namaku, kedua tanganku di pundaknya mencakar saat bibirku tersedot erat dan putingku dimainkan oleh jari-jarinya. Cubitan-cubitan itu menyengat antara nikmat dan pedih, aku mundur tapi Sultan menangkap dan memelintirnya. Dalam mulutnya aku terengah, dia menjulukkan tubuhku ke atas.